“ Sebaiknya kamu undang anak
Fakultas Kedokteran yang kira-kira sudah punya pengalaman dibidang kesehatan,
kamu punya teman anak FK?” tanya Pak Tito padaku “ Lebih baik kalau medis di
acara ini ada anak FK yang bantu handle, supaya lebih terjamin aja” tambahnya
lagi
“ Ya…ya” jawabku ragu-ragu
“ Ada…siapa?” tanya Pak Tito
lagi
Duh pake nanya nama segala?
Jadi inget sama dia…sebel!!
“ Sidik” jawabku pelan
“ Ok, tolong kamu yang
menghubungi dia ya untuk diminta kesediaannya membantu kita…bisa?” tawar Pak Tito,
aku menganguk pelan, berfikir keras bagaimana aku harus menghubungi Sidik?
“ Kalau begitu saya permisi
dulu Pak” aku memutarkan tubuhku dan berjalan gontai keluar dari ruang
koordinator kemahasiswaan. Sesampainya di koridor lantai dasar aku merasa ada
seseorang yang merangkul pundakku
“ Sudah selesai?” tanya Beno
“ Eh…iya, udah selesai kok!”
jawabku pelan, aku memaksakan diriku untuk tersenyum didepannya
“ Sekarang kita makan yuk?”
ajak Beno
“ Tapi…mau hujan nih” aku
mendongakkan kepalaku begitu sampai di halaman parkir
“ So what? Memang Marun bawa
mobil?” tanya Beno
“ Iya, makannya ditunda aja
ya?!”
“ Ya udah nggak apa-apa…tapi
besok pagi gua yang jemput Marun ya, biar kita bisa makan bareng dan pulang
bareng” tawar Beno
Hah…enak aja lo bikin rencana besok
semaunya!!! Memangnya lo siapa?! But…ok ok gua inget kalau sikap gua harus
berubah
“ Ok!! See ya tomorrow ok?!”
aku langsung melangkahkan kakiku menuju mobilku dan buru-buru pergi.
Paginya Beno menjemputku ke
rumah
“ Selamat pagi, kita sarapan
dulu atau langsung ke kampus?” tanya Beno ketika aku duduk disebelahnya
“ Mmm memang Beno belum
makan pagi ya?”
“ Belon” jawab Beno pendek
“ Nih gua udah bawain Beno
sarapan” aku langsung menjulurkan satu kotak makan pagi yang kubuat sendiri
khusus untuk Beno. Wajah Beno berubah luarbiasa drastis, dari yang biasanya
ramah dan manis, sekarang menjadi lebih ramah lagi dan kebahagiaan membuat rona
merah di pipinya
“ Buat gua? Beneran?” tanya
Beno tak percaya
“ Ya…sekarang lo nyetir,
biar gua suapin dari sini, gimana?” tawarku
“ Thanks” Beno lantas
mencium tanganku dan menyalakan mobilnya untuk berangkat ke kampus
Don’t waste your time on me you’re
already your voice insight my head, I miss you I miss you…. Don’t waste your
time on me you’re already your voice insight my head, I miss you I miss you
I miss you…yeah, I miss you
Mendengar lirik lagu I miss you-nya Blink 182
membuat aku terdiam sendiri dan langsung teringat pada sosok yang sangat aku
rindukan selama ini…sosok seseorang yang selalu baik terhadapku, sosok yang
selalu memikirkan keadaanku, sosok yang selalu lembut, percaya padaku dan
selalu ada disampingku ketika aku butuhkan baik dalam bahagia maupun dalam
sedih…
“ Kok bengong?” tanya Beno
menghancurkan lamunanku
“ He-eh maaf, udah abis
makanannya?” tanyaku bingung
“ Belum…ada apa Run?” tanya
Beno heran melihat sikapku sekarang
“ Mmm hanya lagi agak pusing
aja” jawab ku asal
Interior mobil ini benar-benar
membuatku gila!! Lengkap sudah bangkitnya kenanganku bersama orang yang selama
seminggu ini menghantui pikiranku. Di mobil seperti ini, dengan interior,
pengharum mobil, bahkan jenis musik yang diputar benar-benar membuatku merasa
ada didalam mobil sosok yang sudah lama aku ingin lupakan tapi aku tak kunjung
bisa. Sial!!! Kenapa Beno harus ganti mobil sih?
“ Marun nggak suka sama mobil ini
ya? Kok dari tadi diam aja sih?” tanya Beno sambil menggenggam erat tanganku
“ Mmm bukannya nggak
suka…hanya…”
“ Hanya apa? Boleh gua tau?”
“ Heran aja…kok
tumben-tumbennya lo mau pake mobil yang seperti ini”
“ Memang kenapa dengan mobil
yang seperti ini?” tanya Beno penasaran. Aduh jadi aneh-aneh deh
pertanyaannya..
“ Mmm lo-kan paling suka
sedan, dan memangnya mobil lo yang biasanya udah dijual ya? Kok nggak bilang
mau dijual sih?” tanyaku berusaha mencegah Beno melontarkan pertanyaan yang
macam-macam
“ Nggak dijual kok! Cuman
lagi bosan dan tukeran aja sama sepupu gua” jawab Beno enteng
“ Ohh”
“ Run… mumpung gua inget!
Maukan lo ikut bareng gua ke acara arisan keluarga gua? Sekalian kenalin elo
sama bokap-nyokap gua, gimana?” tanya Beno riang
“ Hah? Kapan tuh?” tanyaku
kaget
“ Hari Minggu, lusa…mau ya?
Please…gua males nih kalau kesana sendirian, paling gua maen sama sepupu gua
doank” jelas Beno, wajahnya memelas ingin aku supaya ikut dengannya, lucu
sekali. Aku tersenyum menanggapi kelakuan Beno yang sok manja dihadapanku
“ Memangnya nggak ada
saudara lain yang seumuran sama lo? Kok kayaknya nggak ada temen banget sih?”
tanyaku
“ Nggak ada saudara yang
seumuran sama gua! Sepupu gua yang tukeran sama mobil gua ini aja yang seumuran
sama gua!! Yang lainnya masih pada SD dan SMP!! BT banget gua…ya Run ya, lo
ikut sama gua ya” Beno memohon sambil menciumi tanganku, geli sekali melihat
Beno yang memelas memohon padaku
“ Ya, gua ikut, pake baju
ap…” belum selesai aku bertanya Beno sudah menyambar memelukku dan menciumi
kepalaku
“ Thanks, thanks…lo cantik
pake baju apapun!! Gua suka semua penampilan lo! Gua suka semua gaya lo! Gua
suka sama lo!” lalu Beno menciumku…
Dasar!!!
Minggu pagi Beno sudah ada didepan
rumahku, berpenampilan rapi walau hanya jeans dan kemeja santai berwarna putih
“ Pagi Run, sudah siap?”
tanya Beno
“ Kenapa harus sepagi ini
sih Ben? Memang acaranya jam berapa?” tanya begitu memasuki mobil sepupunya
lagi
“ Acara jam 12 siang, tapi
acaranya di Bandung” jawab Beno enteng sambil mulai menjalankan kendaraannya
What?!! Jadi sekarang kita ke Bandung?
Bagus!!! Gua sekarang lagi rindu banget sama orang yang mobilnya mirip banget
dengan mobil orang yang sedang kurindukan, dan sekarang gua pergi ke kota
dimana dia berada…apa ini Tuhan?
“ Ohh kita ke Bandung to…Beno yang nyetir aja, nggak
capek?” tanyaku khawatir
“ Nggak, gua akan nyetir dengan baik kok! Tenang
aja!! Believe me!” ujar Beno meyakinkanku
Kedua tanganku mengusap pipinya, dan mencium kening
Beno pelan, Beno tersenyum lebar bahagia
“ Gua hanya khawatir sama keadaan lo, gua nggak mau
lo sakit karena kecapekan nyetir mobil, gua nggak mau kalau lo sakit, that’s
all” ujarku pelan sambil menatap mata teduh Beno yang berkilat ceria mendengar
semua ini dari mulutku
“ Gua nggak akan sakit kok!! Ok deh, kalo gitu nanti
pas pulangnya Marun aja yang nyetir ok?” tawar Beno, aku menganguk setuju
Arisan keluarga Beno diadakan di Kopo, selatan
Bandung, dirumah tante Beno yang baru saja membeli rumah besar ini dan sekarang
mengadakan selamatan sekaligus arisan keluarga. Meriah sekali acaranya,
keluarga Beno juga ramah-ramah dan sangat terbuka sekali kepadaku dan
menghormatiku sebagai tamu di pesta tersebut. Aku sekarang sedang duduk
sendirian di taman belakang rumah menikmati udara segar dan pantulan cahaya
yang menari-menari menimpa wajahku yang berasal dari pantulan permukaan air
kolam renang. Aku mulai bosan, aku langsung menyambar Hpku dan menyetel MP3.
Entah mengapa, begitu menyalakan MP3 langsung saja Hpku melantunkan tembang I miss you
Blink182 yang selama ini memang mewakili isi hatiku merindukan seseorang yang
sangat ingin aku temui tapi ingin sekali aku lupakan keberadaannya.
Haaah…ada-ada saja, terkadang aku merasa aku butuh liburan dan pergi dari pulau
Jawa untuk menghilangkan kepenatan dan beban yang ada di kepalaku selama
ini…memang itu ada baiknya, mungkin saja apa yang dikatakan Beno selama ini
benar, aku sudah mulai letih dan butuh istirahat dari semua kegiatanku yang
selama ini menuntut banyak pikiran dan menyita waktuku. Beno benar, aku
sekarang sering melamun sendiri dan terkadang suka berkhayal sendiri, sama
seperti sekarang…aku sekarang merasa sedang melihat sosok orang berjalan tegap
ke arahku, sosoknya jangkung, kurus, mata agak sipit, tatapannya tajam namun
lembut, wajahnya mirip dengan sosok yang sudah lama aku rindukan selama
ini…Sidik
“ Run…sedang apa disini?” lamunanku buyar akibat
sapaan orang yang belum aku percaya saat ini keberadaannya…Sidik ada didepanku,
menatap mataku. Aku mengedipkan mataku dan mulai duduk tegap, tak percaya Sidik
ada didepanku
“ Sidik?!”
“ Ya…kamu Marunkan?” Sidik balik bertanya
“ Gua…ya benar, gua Marun…Sidik kok ada disini?”
tanyaku masih belum percaya
Oh
Tuhan…terima kasih atas semua kebetulan ini…akhirnya aku bisa juga bertemu
dengan Sidik
“ Hahahaha dari dulu kamu memang selalu bisa bikin
saya tertawa, hanya Marun yang bisa bikin saya ceria”
Renyah sekali
tawamu…ingin sekali mendekapmu dalam pelukku setiap saat dalam hidupku…tapi itu
nggak mungkin, karena lo sudah menyakiti gua, gua nggak mungkin kembali sama lo
“ Mmm gua serius…kok Sidik ada disini sih?” tanyaku
lagi
“ Ohh oh itu…ya ini adalah acara arisan keluarga
saya…sekarang giliran Marun, kok bisa Marun ada disini?” Sidik balik bertanya
sambil tersenyum manis
“ Gua diundang sama Beno”
“ Ohh Beno, memangnya kalian pacaran ya?”
Sial!!! Enak
banget lo nanya kayak gitu!!! Dasar cowok nggak punya perasaan!!! Keren banget
lo udah melupakan semua hal tentang kita dulu…
“ Kok lo nanyanya gitu sih?!” aku lantas bangkit
menahan amarah yang begitu cepat menjulur ke seluruh tubuhku, bergegas menelfon
Beno dan berjalan cepat menuju halaman depan. Beberapa menit kemudian Beno
muncul dengan raut wajah khawatir
“ Ada apa Run? Kok kayaknya marah banget?” tanya Beno
khawatir
Ahh Beno…lo
selalu tahu tentang gua, kadang lo bahkan tahu apa yang terjadi dalam diri gua
padahal gua sendiri nggak menyedari hal tersebut. Lo bener-bener baik…
“ Kita pulang yuk?!” ajakku
“ Marun bosan disini?” tanya Beno lagi
“ Nggak gua nggak bosan. Kita pulang ya?” ajakku lagi
“ Marun sakit? Atau mau gua panggilkan dokter? Sepupu gua anak kedokteran kok! Mungkin
lo bisa diperiksa sama sepupu gua”
“ NGGAK!!” aku mulai marah lagi, Beno terkejut
mendengar jawabanku, ia langsung masuk ke rumah dan pamit pulang.
Jadi mobil
yang tadi rupanya benar-benar mobil Sidik…pantas, aku merasakan sesuatu yang
beda dengan mobil itu, aku bisa merasakan itu semua mungkin karena banyak
sekali kenanganku bersama mobil Sidik…dan itu menyakitkan!!!!
Sesampainya dirumahku Beno hanya tersenyum tipis
sebelum aku turun dari mobilnya. Rasa bersalah menyelimutiku, aku lantas
mengecup bibirnya dan mengucapkan ‘Terima kasih, selamat malam’ dengan pelan.
“ Pagi Ben” sapaku riang begitu aku bertemu dengan
Beno di kampus keesokkan harinya
“ Pagi” jawab Beno pendek sambil pergi begitu saja
dari hadapanku
Lo memang
berhak marah Ben…kemarin memang kesalahan gua, bentak lo tanpa alasan padahal
lo sangat mengkhawatirkan keadaan gua. Maaf, ini semua gara-gara pertemuanku
dengan Sidik, pertemuan itu membuat perasaanku tambah kacau…Beno…
“ Halo” sapaku ketika ada seseorang yang menelfonku
“ Ini dengan Marunkan?”
“ Ya, ini Marun, ada apa?”
“ Ini Sidik”
Sidik?? Mau
apa lagi sih?
“ Ya…ada apa?” tubuhku terasa lemas saat ini
“ Kenapa kemarin langsung pergi? Padahal saya masih
ingin bicara banyak sama Marun”
“ Bicara banyak? Memang ada apa?”
“ Banyak sekali yang mau saya bicarakan dengan
Marun…salah satunya tentang hubungan kita”
DEG!!!
Hubungan kita? Apa maksudnya? Kalau ini hanya mainan, awas!!!!
“ Maksudnya apa sih? Jangan main-main ah! I don’t
have any time for that!!” ujarku ketus
“ No no no!! Saya serius, saya mau sekali berbicara
banyak dengan Marun tentang Marun, saya, hubungan kita, tentang…”
“ Serius dong Dik?!!” kilahku
“ I miss you”. Kata-kata terakhir itu membuatku
membeku sesaat, bahagia menjalar keseluruh tubuhku membuat tubuhku kembali
hangat
“ Saya akan ke Jakarta, kita akan ketemu, saya
janji…bye, see you” Sidik lantas memutuskan percakapan kita
Maksud lo apa
Dik? You miss me? Ohh God thank you very much…apa benar Sidik rindu sama gua?
Lantas gimana dengan Beno?
Tubuhku lemas lagi, nampaknya Sidik memang mulai
membuatku gila dan aku buru-buru pulang setelah kuliahku berakhir. Tanpa
kusadari, Beno memandangku dari kejauhan dengan tatapan penuh kekecewaan.
Aku bergegas mandi air hangat dan minum coklat panas
begitu sampai di rumah. Hujan diluar sangat deras, sendirian di tengah-tengah
hujan membuatku teringat kembali akan kenangan indahku bersama Sidik.
Dia selalu menjemput dan mengantarkan aku kemana saja
aku ingin pergi. Dia selalu ada disisiku, menemaniku setiap saat, bersamaku
dalam keadaan susah dan senang, selalu mendampingiku dalam segala kesempatan,
tempat bertukar pikiran, belajar bersama…..segalanya, segalanya merupakan
saat-saat yang indah bersama Sidik. Sayangnya, semua itu sekejap saja pupus
dihadapanku. Tapi rasa sakitnya tak akan pernah hilang dari hatiku, sakit yang
luar biasa tak akan pernah bisa diobati oleh apapun…
Aku langsung tersadar kembali begitu mendengar
ketukkan pelan di pintu rumahu.
Siapa ya?
“ Sidik??” tanyaku keheranan, Sidik menggigil
kedinginan, tubuhnya berguncang keras dan luarbiasa basah, tak ada satupun
tempat kering di tubuhnya. Dengan sedikit meringis menahan dingin Sidik mencoba
tersenyum padaku
“ Se-selamat sore” giginya bernyanyi pelan karena
bergidik saling bertemu karena kedinginan
“ Masuk!!” refleks aku menarik tangannya untuk masuk,
membiarkannya duduk disofa dan segera aku ambilkan dia handuk tebal dan
menyelimutinya dengan selimut.
“ Ini, tunggu sebentar ya, gua lagi manasin air buat
Sidik mandi” sambil mengusap kepalanya dengan handuk supaya agak kering
“ Nggak usah Run, jangan ngerepotin, saya kesini
hanya ingin ngobrol aja sama Marun. Tapi memang nggak mengharapkan basah
seperti ini sih?!”
“ Hahaha udah tau tubuh lo paling nggak kuat sama
dingin dan alergi dingin, masih sok kuat lagi!!! Udah, sekarang minum ini dulu
ya, ini punya gua, tapi nanti gua buatin lagi buat Sidik. Sekarang Sidik minum
dulu, biar agak hangat…” belum selesai aku bicara Sidik sudah menyambarku
dengan bersinnya yang sedikit mengejutkanku.
“ Hatsi!!!”
“ Tuhkan…belon apa-apa gua udah bener! Jangan bandel
di rumah gua! Masa dokter sakit sih?” omelku lagi sambil menyodorkan coklat
panasku
“ Thanks” ujar Sidik lembut sambil tersenyum tipis,
aku membalasnya dengan satu kedipan mata.
Seusai Sidik mandi, aku lantas menyiapkan piyama
untuknya dan menunggunya di ruang tengah yang lebih hangat. Sidik turun ke
ruang tengah setelah selesai mandi dan duduk disampingku sambil tersenyum.
“ Piyamanya masih cukup! Berarti badan saya nggak
berubah ya?!” sapa Sidik
“ Ohh iya”
Bahagia
sedikit mengisi hatiku, teringat saat kami dulu bertukar piyama agar bisa
saling ingat sampai terbawa mimpi
“ Piyama itu favorit gua…lo taukan?!”
“ Sama, saya juga masih sering pakai piyama Marun.
Sampai-sampai warna merah marunnya sedikit usang karena terlalu sering dipakai.
Tapi saya nggak pernah bosan pakai piyama Marun, saya selalu senang kalau bisa
ingat sama Marun” jelas Sidik lalu menyeruput coklat hangat yang sudah aku
siapkan untuknya.
Oh my God!!!
Sidik masih pakai piyama gua?? Yang bener aja?! Ohh God, kenapa harus seperti
ini sih? Disaat aku ingin belajar mencintai Beno, Sidik hadir lagi…
“ Oh ya…rumahnya nyaman sekali..saya suka warna
birunya, seperti di laut ya?” tanya Sidik
“ Ya…agar gua bisa senyaman di laut”
“ Tempat favorit Marun” sambar Sidik cepat
Mata kami
bertemu, dia tahu semua hal kesukaanku. Oh jangan sampai aku jatuh cinta lagi
padanya, jangan Run, jangan…apa lo lupa kalau dia sudah buat hati lo hancur?
“ Mmm ya”
“ Kenapa rumahnya disini Run? Saya agak kesulitan
sampai rumah ini , bukannya dulu rumah Marun di daerah Depok?” tanya Sidik
“ Orang tua gua pindah ke Slipi untuk buka usaha
bengkel, sedangkan gua nggak mau nge-kos kayak adik gua, jadi gua beli rumah
yang deket ke kampus tapi nggak terlalu jauh dari Slipi, jadi…ya disini”
jelasku agak ragu, tapi kututupi dengan senyuman lebar
Wajah Sidik sangat lembut, matanya lembut dan tenang
menatapku, perasaan damai dan tenang sekejap memenuhi seluruh ruangan. Nyaman
sekali bila berada di dalam pelukkannya…
Dalam gerakan lamban dan agak ragu, Sidik menyentuh
tanganku dan meremasnya pelan. Aku hanya diam menikmatinya. Sidik lantas
mencium hangat tanganku, seketika sekujur tubuhku hangat dan penuh rasa kasih…
“ Run…I miss you…saya yakin kalau Marun selalu tahu kalau
saya selalu sayang sama Marun, saya nggak pernah sedetikpun melupakan Marun.
Beruntung sekali saya bertemu Marun lagi di acara keluarga saya minggu lalu.
Sejak saat itu, saya bertekad untuk bisa bertemu Marun dan bilang sama Marun
kalau Sidik selalu sayang sama Marun…saya selalu ingin seperti ini, kalau boleh
saya berkorban buat Marun, saya akan korbankan nyawa saya untuk bisa seperti
sekarang…memeluk Marun dan selalu tahu kalau Marun juga sayang sama saya” Sidik
lantas mendekapku
Air mataku
rasanya ingin menetes…ayo Run, pikirkan!!! Apa maksud semua ini? Sidik hanya
main-main atau serius?? Ayo Run berpikirlah!!! Sial…selama sepuluh menit ini
justru gua hanya bisa diam menikmati dekapan Sidik!!!
“ Run…makasih ya sudah boleh datang dan ketemu sama
Marun” ujar Sidik membuyarkan lamunanku, Sidik lantas melepaskan dekapannya
Jangan lepas
Dik!!! Gua saat ini hanya ingin ada di dalam dekapan lo, menikmati semua kasih
dan cinta lo buat gua. Memiliki semua rasa sayang lo hanya untuk gua, pokoknya
lo harus jadi milik gua! Walau hanya untuk malam ini…
Aku gantian memeluknya, tubuhku menyalurkan semua
energi untuk memeluk erat Sidik. Aku ingin dia ada disampingku malam ini…
“ Jangan lepasin ya…just for a night…tolong Sidik ada
disamping gua satu malaaam aja...please…please” tanpa ragu aku mengucapkan itu
semua walaupun air mata ku leleh tetapi rasa lega memenuhi hatiku, dan harapan
untuk bisa bersama Sidik membuatku lebih tenang.
“ Ya…saya nggak akan ninggalin Marun malam ini.
Nggak” Sidik mencium kepalaku dan mengusapnya penuh kasih
Luarbiasa…aku tak percaya bisa berada dalam pelukkan
Sidik saat ini…aku benar-benar menyanginya…aku belum melupakannya…aku
benar-benar bahagia
Paginya aku membuka pelan mataku dan berharap
menemukan Sidik dihadapanku. Betapa bahagianya aku ternyata harapan itu
terjadi. Wajah pertama yang ku tatap pagi itu adalah wajah lembut penuh kasih
dari orang yang kusayangi. Jariku mengusap pelan pipi dan bibir Sidik yang agak
pucat.
“ Hmm selamat pagi” sapa Sidik pelan begitu ia bangun
karena sentuhanku
“ Pagi” balasku
“ Wonderful night…terima kasih sudah boleh tidur
sambil memeluk Marun semalaman…thanks, that was a very beautiful moment ever”
“ You are welcome…so Sidik mau sarapan apa?” tanyaku
“ Kalau Marun yang siapkan, apa saja pasti saya suka”
jawabnya romantis sambil tersenyum
Ahh senyum
itu…akhirnya bisa kulihat lagi senyum itu…
“ Ok, gua mandi dulu ya” ujarku sambil bangkit
“ Wow breakfast yang enak, terima kasih tuan Putri”
ujar Sidik sambil mencium tanganku. Dulu, Sidik selalu memanggilku tuan Putri,
sama seperti sekarang
Tok-tok-tok
“ Biar gua yang buka” ujar sembari bangkit menuju
ruang tamu. Hari ini indah, aku sangat antusias menyambut tamuku pagi ini. Akan
kubuat tamu pagi ini adalah tamu yang beruntung karena telah mengunjungiku di
hari bahagia ini…
“ Pagi Run”
Oh no…rasa
antusias yang tadi memenuhi benakku sekarang surut dan habis sudah! Beno
sekarang ada didepanku dengan balutan kaos hitam legam pemberianku kemarin yang
aku selipkan di tasnya tanpa ia sadari. Kenapa harus pagi ini sih Ben!!! Lo
nggak tau ya kalau gua lagi nggak ingin diganggu sama siapapun apalagi lo!!!
“ Ben, silahkan masuk…duduk Ben…sebentar ya gua ambil
minuman dulu”
Apa yang
harus gua jelasin kalau dia ngeliat Sidik dirumah ini?? Pagi-pagi pula!!
“ Silahkan diminum” ujarku
pelan sambil menyodorkan segelas minuman ke arah Beno
“ Thanks! Oh ya…bajunya juga
makasih ya! Gua suka banget!!! Kok Marun tahu sih kalau gua suka hitam?” tanya
Beno riang, ini artinya ia sudah memaafkanku akibat prilaku kasarku terhadapnya
tempo hari
“ Ya…gua bisa nebak dong!!
That’s eazy for me…oh ya, mau sarapan apanih, tumben pagi-pagi Beno mau datang
kesini” aku agak bingung ketika Beno pindah tempat duduk ke sampingku
“ Gua pengen ketemu sama
lo!! Dan…” Beno lantas menciumku, aku buru-buru menyudahi dan menunduk mengatur
emosiku yang mulai tak karuan ingin marah
“ Sorry, mungkin lo kurang
comfort ya kalau gua cium lo?” tanya Beno
“ Gua hanya…ngerasa nggak
pas aja, lagi pula masih pagi masa udah kissing segala sih?!” ujarku dibuat
seriang mungkin
Ayo Run…putuskan lo pilih siapa…Sidik atau Beno
“ Yah…nggak apa-apa dong
kalau pagi-pagi kita udah kissing, lagi pula nggak ada yang ngelarangkan? Atau
lo udah nggak sayang lagi sama gua?” tanya Beno pelan
Sayang sama lo?? Aduh!!! Gua
sendiri heran kenapa gua nggak bisa memutuskan apa gua sayang sama lo apa
nggak…Aduh Run lo harus buat Beno pergi sesegera mungkin! Kalau nggak Sidik
bisa datang kesini!! Upsss!!! Kayaknya telat deh…
“ Eh ada tamu, siapa Run?”
tanya Sidik sambil menghampiriku
“ Beno” jawabku tegas
Mata Sidik dan Beno bertemu.
Mereka saling pandang sebelum saling berjabat tangan. Belum selesai berjabat
tangan, Beno keburu menyudahi dengan kasar dengan melepaskan tangan Sidik
sengaja agak membanting.
“ Ngapain lo disini!!” tanya
Beno ketus
“ Saya tadi habis mandi dan
sebentar lagi saya akan pergi, jadi jangan berpikir yang aneh-aneh sama Marun,
dia nggak salah” jawab Sidik cepat. Aku mulai gelisah, khawatir kalau-kalau
mereka bertengkar atau berkelahi…
“ Mandi?? Oh lo habis
ngapain sampai-sampai bisa mandi di rumah Marun?” tanya Beno lagi, sekarang
menatapku penuh amarah
“ Dia mandi pagi dan
sebentar lagi mau pergi, that’s all” jawabku
“ Gua tanya sama Sidik,
bukan lo!” ujar Beno geram
“ Jangan kasar sama cewek,
nggak sopan!” kilah Sidik
“ Ohh jadi sekarang lo
adalah malaikat penjaganya Marun ya? Sejak kapan? Sejak lo dapatkan tubuhnya?
HAH?!!” timpal Beno.
Sialan!!!! Gua nggak semurah itu!!!! Kurang ajar!!!
“ Kita nggak melakukan hal
itu!! Jadi jangan macem-macem ya!” ancamku
“ Ohh jadi sekarang lo mau
ngancem gua?” Beno mendekatiku, mencengkram lenganku kuat-kuat, sakit sekali.
Sambil sedikit kesakitan aku
berusaha melepaskan cengkraman erat Beno.
“ Ben…lo harus percaya,
kalau gua dan Sidik nggak melakukan hal itu, kita hanya…”
“ Ya?? Hanya apa? Hanya
menikmati indahnya malam berdua? Menghianati gua? Itu? Hanya itukan?!” Beno
lebih erat lagi mencengkramku
“ Lepaskan Marun…dia nggak
salah, yang salah saya!!!” timpal Sidik tegas
“ Well angel…sekarang lo mau
gua lepasin cewek pelacur ini?” ujar Beno marah
“ DIA BUKAN PELACUR!!! DIA
CEWEK TERHORMAT!!! DIA SELALU HORMAT SAMA KAMU!!! DAN DIA SUDAH BUKTIKAN ITU
SEMUA KE BENO!!!!” teriak Sidik membelaku, tangan mengepal erat mungkin menahan
amarahnya
Aduh gawat ini….Oh God
jangan buat mereka bertengkar, please…
“ Oh dengan tidur sama lo
artinya dia hormat sama gua? Hah? Lo tuh dokter, tapi bodoh!!!! Lo nggak liat
kalau lo itu jadi mainan buat dia?! Lo nggak liat apa?!!!!”
“ Selama ini saya sudah
mengalah buat kamu, jadi sekarang tolong pergi” ujar Sidik tenang lagi
“ What?? Sekarang lo suruh
gua keluar? Yang keluar itu seharusnya ELO!!!” Beno lalu meninju pipi Sidik
sangat keras sampai-sampai tubuhnya jatuh kebelakang dan kepala Sidik membentur
pot keramik yang ada di pojok ruangan sampai pecah. Dari hidung Sidik mengucur
deras darah segar, wajahnya nampak sangat pucat dan ada warna hitam lebam di
pipinya. Beno bergerak cepat ke arah Sidik, wajahnya luarbiasa murka, ingin
menghabisi Sidik sekali lagi. Tapi Beno kurang gesit, aku memeluk erat Sidik
yang terkapar lemas dilantai menghalangi Beno yang ingin memukulnya lagi.
“ Jangan pukul Sidik lagi
Ben…kalau mau pukul, pukul gua aja, gua yang pantas lo salahkan…gua nggak
pernah bisa ngebalas semua cinta yang lo kasih buat gua…tapi please jangan
sakiti Sidik” ujarku lemah ketakutan
“ MAU-MAUNYA LO MELINDUNGI
DIA?!” ujar Beno sengit, “ MINGGIR!!! MINGGIR!!” Beno berusaha melepas
pelukkanku
“ Jangan Ben jangan….please”
aku berusaha mempertahankan pelukkanku
“ Beno!!! Kamu keterlaluan
Ben!!! Selama ini kamu sudah ambil Marun dari saya, apa itu belum cukup?! Apa
kamu belum puas mengambil semua milik saya? Apa kamu belum puas ngeliat saya
kesakitan selama ini karena selalu tahu kalau Marun jadi milik kamu?! Selama ini
saya sudah cukup bersabar untuk bisa tahan mendengarkan semua cerita romantis
kamu dengan Marun yang menyakitkan buat saya. Selama ini saya selalu mengalah
dengan harapan kamu bisa berubah, tapi saya salah!! Sejak saat saya melihat dia
dihadapan saya tempo hari, cantik, sehat,
tetap memukau seperti dulu, duduk didepan saya, saya tahu kalau saya
tidak akan pernah bisa memberikan harta saya yang paling saya sayangi. Sejak
saat saya melihat Marun di arisan keluarga kita, saya tahu kalau saya harus
mengambil Marun lagi, saya sadar kalau Marun milik saya, saya nggak akan bisa
hidup normal tanpa ada Marun disamping saya. Sejak saat itu saya putuskan untuk
kembali lagi merebut hatinya, dan saya benar!! Hati Marun memang hanya untuk
saya!” ujar Sidik sambil susah payah mengatur nafasnya. Aku menatap takjub
kearahnya dan mengusap pipinya yang pucat…ada warna darah di pipinya!!! Dari
mana itu? Hah dari tanganku!!! Tapi, aku tidak terluka sedikitpun!!! Oh tidak,
tidak mungkin ini dari kepala Sidik!!! Oh tidak!!!
“ Marun masih cinta sama
lo?? Nggak mungkin!!! Lo nggak mungkin masih cinta sama orang yang sudah
ninggalin lo Run!!!” ujar Beno cepat sambil menatapku
“ NGGAK!!! Saya tidak pernah
meninggalkan dia!!!” sambar Sidik cepat
“ Lalu kenapa tunangan sama
orang lain dan pergi keluar negeri hah?” sambung Beno lagi
“ Saya keluar negeri untuk
belajar!! Bukan bertunangan!!! Kamu yang salah!!! Kamu tidak pernah
menyampaikan surat saya yang berisi semua alamat dan nomor saya yang bisa Marun
hubungi. Kamu sengaja tidak menyampaikan surat itu karena kamu pikir ini
saatnya kamu memiliki Marun!! Ditambah kepindahan Marun kemari membuat jalan
untuk mencuri Marun dari saya terbuka lebar!!! Kamu lantas memfitnah saya,
bilang kalau saya bertunangan di luar negeri dan sengaja pergi supaya tidak
ketahuan olehnya. Tidak, saya bukan pengecut seperti kamu Ben!!!” ujar Sidik
tegas, wajahnya makin pucat. Aku menatap tak percaya ke arah Beno yang sekarang
nampak ragu dan agak gelisah, mungkinkah Sidik benar? Tapi memang Beno yang
menyampaikan surat dari Sidik yang isinya menjelaskan kalau Sidik ingin
tunangan dengan orang lain. Apa benar surat itu buatan Beno? Aku bingung…tapi
aku segera ingat kalau harus cepat-cepat membawa Sidik ke rumah sakit,
kepalanya sudah terlalu banyak mengeluarkan darah….
“ Run lo jangan percaya
perkataan Sidik, dia sirik sama hubungan kita!!! Dia licik!!” ujar Beno
“ GUA NGGAK PERCAYA
SIAPAPUN!!! SEKARANG TOLONG BANTU GUA!!! PANGGILKAN AMBULANS!!! SEKARANG
BEN!!!” teriakku cepat, Beno lantas cepat menyambar telefon dan menghubungi
rumah sakit untuk menjemput Sidik dengan ambulans
Mata Sidik sudah sangat
layu, bibirnya pucat pasi, kepalanya basah karena darahnya. Air mataku mengalir
deras sambil memeluknya, terus membisikkinya kata-kata semangat untuk bertahan
sebentar lagi.
“ Sidik lo bisa bertahan
sebelum ambulans datang! Gua percaya kalau Sidik selalu ingin hidup…” bisikku
pelan ditelinganya
“ Ya, saya akan selalu hidup
disamping Marun. Walau saya udah nggak ada lagi, saya pasti akan selalu
menemani Marun walau kita beda du-dunia..”
“ Jangan ngomong seperti
itu! Gua nggak mau Sidik jauh dari Marun. I need you” ujarku pelan, air mataku
membasahi pipinya
“ Jangan menangis tuan
Putri, saya selalu sayang, saya sayang Marun…I love you” ujar Sidik lemah
“ I love you too” sambungku
cepat dan yakin dengan keputusanku untuk memilih Sidik
“ Tuan Putri jangan
nangis…apa yang bisa saya lakukan untuk menghapus air mata ini?” tanya Sidik
lembut sambil mengusap pelan pipiku menghapus air mata yang menggenangi pipi ku
yang merasakan sentuhan dingin jari Sidik
“ Be alive…jangan pernah
tinggalin Marun lagi, gua nggak tahan hidup tanpa Sidik” ujarku sambil
memaksakan sedikit tersenyum, Sidik membalas senyuman ku dengan seuntai
senyuman manis
Oh God, kemana ambulansnya??
God…tolong buat Sidik bertahan sebentar lagi untuk hidup…tolong lindungi dia
Tuhan…tolong jangan ambil dia disaat aku menemukan cintaku lagi…God…tolong
hentikan darah ini! Hentikan kepalanya untuk terus mengeluarkan darah!!! Dia
bisa meninggal karena kehabisan darah!!!
“ Beno,
tolong gotong Sidik ke mobil!!! Kita bawa dia ke rumah sakit sendiri aja!! Ayo
bantu!!!” aku cepat mengambil keputusan ini karena aku putus asa terus menunggu
ambulans yang tak kunjung datang sedangkan kondisi Sidik makin lemah. Beno
dengan sigap membantu menggotong tubuh Sidik ke jok belakang mobil dan
mengendarai mobilku secepat mungkin ia bisa. Aku duduk sambil mendekap erat
tubuh Sidik yang sekarang sedikit bergetar, menahan kepalanya dan terus
berharap agar darahnya bisa berhenti mengucur.
“ Tuan
Putri…saya pusing” ujar Sidik lemah
“
Pusing?” lantas aku mendekap kepala Sidik, mengusapnya lembut dan menciumi
kepalanya
“
Sekarang nggak pusing lagi” ujar Sidik dari balik pelukkanku
“
Bertahan ya sayang…I love you” ujarku lembut sambil meneteskan air mata lagi,
Sidik balas tersenyum. Tanpa aku sadari, aku mendekatinya lantas mencium pelan
tepat di bibirnya
“ I love
you” lirihku
“ I love
you too…Tuan Putri…I miss you” ujar Sidik pelan, sambil tersenyum mata Sidik menutup
pelan.
Rahangku
menegang…
Sidik jangan pergi…I miss you too….
R 13 Agustus 2005