Minggu, 23 April 2017

How to be Single

Jujur....

im not an expert on this

or maybe

I forgot how to be a single (again)

dulu, before got married, Im GREAT being a single!! I can focus on my dreams, make plans, and.....happy

now....future

im gonna be single, again

justru, setelah keluar status single, bukannya mempermudah, justru lebih sulit!!
why?

karena ini Indonesia
mau ndak mau, harus menerima kenyataan saya hidup diantara masyarakat yang menganut tata nilai yang kental dengan adat ketimuran, yang masih banyak memegang paradigma bahwa single parents its a bad thing!!!

esp. if you got divorced by your husband.

banyak malam saya habiskan untuk menangis dan berfikir, how am I gonna be alone, can I survive or can I be happy again??

kalimat ini mungkin bisa jadi penyemangat saya
diambil dari film How To Be Single :

The thing about being single is, YOU SHOULD CHERISH IT.
Because, in a week, or a lifetime, of being alone, you may only get one moment when you not tied up in a relationship with anyone.
One moment, when you stand on your own.

Kamis, 07 November 2013

Brown Eyes

“ Huah, panas banget ya” ujar Marun sambil menyeka keringat yang menetes dari dahinya, terik matahari memang sangat galak menunjukkan sinarnya siang ini. Marun meneruskan langkahnya sambil sedikit tergopoh menuju pinggir tambak udang terhampar luas didepannya.
“Yap, sudah di waypoint, nomor 103 ya Ma” Marun sedikit berteriak, diikuti anggukan kepala Norma, sahabatnya, sembari mencatat di lembar kerjanya.
“Run, mau kesana gak?” tanya Adi, teman sekantor Marun yang juga ikut dalam survey hari ini.
“Hah? Emang perlu ya?” tanya Marun sambil mengernyitkan dahinya, enggan berpijak lagi, sudah terlalu lelah
“Ya perlu dong Run, kan disitu ada obyek aktifitas manusia lain yang perlu kita survey” jawab Adi meyakinkan Marun untuk mengumpulkan lagi semangatnya. Adi menatap Marun lama sambil tersenyum, mengangukan kepala tanda mengajaknya.
“Oke” jawab Marun lemah sambil beranjak pergi menuju lokasi berikutnya, mengejar ketertinggalannya mengikuti langkah-langkah panjang Adi.
“Mbaaaaa, aku sama Dwi tunggu disini yaa, panas!!” seru Norma pada Marun yang dibalas Marun dengan acungan jempolnya.
“Bang, tunggu dong! Lo kan panjang kakinya, gue nggak bisa nyamain lo!” seru Marun sembari berlari kecil menyusul Adi, Marun memang menyebut Adi dengan sebutan Abang karena umur Adi yang jauh lebih tua dan sudah ia anggap seperti kakaknya.
“Hehehehe maaf Run, biar cepet selesai untuk hari ini, jadi kita bisa buru-buru balik ke hotel buat istirahat” jawab Adi
“Iya tapi lo jangan ninggalin lah, capek tau!” balas Marun sengit
“Iya iya ini ditungguin” Adi lantas melambatkan langkahnya, menyodorkan tangannya untuk membantu Marun naik ke tempat mereka berdiri sekarang. Mereka sampai di tepi jurang pantai yang menghadap laut Bali di utara pulau Dewata itu. Air laut yang biru, dengan gelombang yang tidak terlalu besar, menderu deru mencapai pantai berpasir putih yang sempit jauh dibawah sana. Angin meniup mereka memberikan kesegaran disela kelelahan.
“Wooow” Marun tercengang melihat pemandangan yang mereka dapat saat ini.
“Keren ya Run” balas Adi sambil melirik ke arah Marun
“Iya, keren, untung lo keukeuh ajak gue kesini ya Bang” balas Marun lagi
“Berarti insting gue lebih bagus daripada lo ya Run” canda Adi
“What?”
“Hahahaha canda Run” sembari mengacak-acak rambut Marun yang sudah berantakan tertiup angin. Marun ikut tertawa sembari melirik ke arah Adi, entah mengapa mata Adi yang berwarna cokelat terang saat ini terlihat sangat indah menghiasi wajah Adi yang kemerahan tertimpa teriknya matahari.
“Yuk kita balik” ajak Marun sambil menarik tangan Adi.



“Wah mba tega nih gak ajak kita ke pantai tadi” ujar Norma di mobil dalam perjalanan kembali menuju hotel tempat mereka menginap
“Hehehe itu juga nggak sengaja dapet pantai Ma, gue nggak kira ada pantai disana,  padahal udah bawa GPS hahahaha” jawab Marun sambil menyandarkan kepalanya ke headrest.
“Bagus ya mba?” tanya Dwi
“Bagus Wi, keren banget! Sayang kalian nggak lihat ya” jawab Adi, sambil melirik ke arah Marun yang diikuti lirikan Marun, mata mereka bertemu sesaat, Marun segera memalingkan matanya melihat ke arah luar jendela mobil.
“ Hmmm, awas ya kalo nanti-nanti nggak kasih tau kalo dapet obyek yang bagus! Tega banget nih mbak Marun sama Bli Adi ninggalin kita” seru Norma lagi
“Iya iya Ma, maaf ya, tadi rejeki gue ama Abang aja tuh hihihi” balas Marun.
Sesampainya di hotel mereka bergegas memasuki kamar tidur masing-masing. Marun dan Adi masing-masing tidur sendiri, sedangkan Norma dan Dwi tidur sekamar. Marun lantas merebahkan tubuhnya di kasur, sambil memejamkan matanya erat-erat, menarik nafas panjang, kepalanya penuh pikiran yang sama sekali tidak disangkanya, kepalanya memikirkan momen dipinggir pantai saat survey tadi bersama Adi. Mengapa tiba-tiba ada rasa ketertarikan saat melihat matanya? Benarkah? Marun segera bangun melepaskan kacamatanya, dan melihat sosok Adi berjalan melintasi depan kamarnya dan mengetuk pintu kamarnya.
Marun bergegas membuka pintu kamarnya, dan Adi sudah berdiri didepannya, menggunakan t-shirt santai warna biru dan celana pendek serta sendal capit.
“Run, lo tidur ya?” tanya Adi
“Nggak, kenapa Bang?” tanya Marun lagi
“Oh, beneran nggak tidur?” tanya Adi lagi sambil tersenyum lebar “Kita snorkling yuk!” ajak Adi
Marun mengernyitkan alisnya sesaat , “Dimana?” tanya Marun
“Tuuuh! Pantai di depan jalan, tinggal jalan sedikit” jawab Adi bersemangat
“Oh, ayuk!” seru Marun , Marun tak khawatir akan kelelahan walau esok masih harus meneruskan survey lagi, dikepalanya saat ini terlalui senang karena akan snorkling dan yang paling membuatnya senang adalah bersama Adi.



“Mau makan siang dimana nih?” tanya Marun kepada teman-temannya sambil terus fokus ke arah depan mengendalikan mobilnya, ini adalah hari terakhir mereka survey lokasi pendataan.
“Di deket hotel aja Run” jawab Adi pelan sambil memandang Marun, Marun sedikit meliriknya dan kembali memalingkan matanya ke arah jalan, hatinya senang bukan main bisa menatap mata Adi walau sepersekian detik.
“Disitu aja mbak! Taman Wana Villas, seru kali ya makan dipinggir danau” rayu Norma bersemangat sambil menunjuk ke papan reklame hotel dipinggir jalan.
“Ooh iya mba, kayaknya seru tuh makan siang disana, kan bisa dapet foto-foto yang bagus juga” timpal Dwi
“Nampaknya jauh” balas Marun lemas, ia mulai kelalahan menyetir sambil menahan perutnya yang lapar.
“Gue aja yang nyetir ya, gantian, kasian lo udah capek dari tadi yang nyetir” tawar Adi, Marun tersenyum menerima tawaran Adi, segera menepikan mobil dan bertukar posisi dengan Adi. Merasakan sedikit kelegaan karena tidak harus fokus menyetir sembari menahan lapar yang sudah dari tadi ia rasakan.
Dalam perjalanan menuju tempat makan siang, mereka melalui daerah yang sangat cantik dan menawan, terdapat hamparan sawah yang luas dan menghijau tertata rapi lengkap dengan jalan aspal kecil yang hanya cukup dilalui oleh satu kendaraan saja. Mereka bersemangat berfoto-foto dan menikmati pemandangan yang indah dan tentu saja makin girang ketika mengetahui ternyata Villa yang mereka tuju terletak sangat terpencil, rapi, bersih, mewah sekaligus romatis.
Dengan semangat mereka menuju restoran dan memesan makanan untuk memenuhi gejolak laparnya perut yang sudah datang sedari tadi. Sambil menunggu menu makanan jadi, mereka bergantian untuk berfoto dipinggir kolam renang yang berada tepat didepan restoran yang menghadap langsung ke danau luas yang airnya terhampar tenang. Sungguh pemandangan indah yang sangat sayang jika dilewatkan tanpa ada dokumentasi.
“Woooow” Marun terdiam sambil mencelupkan ujung kakinya kedalam air kolam renang, duduk terdiam menikmati pemandangan yang memanjakan matanya saat ini.
“Run, kok melamun” Adi membuyarkan lamunan Marun, duduk disebelahnya ikut memainkan kakinya di dalam air kolam renang yang dingin
“Bukan melamun Bang, tapi menikmati pemandangan danau noh! Cakep banget! Mata jadi adem” jawab Marun sambil tersenyum, menatap mata cokelat Adi yang bersinar terang tertimpa sinar Matahari.
“Oh kirain melamun mikirin seseorang yang di Jakarta” jawab Adi tersenyum manis
“Nggak Bang, hehehehe” jawab Marun sambil menundukkan kepalanya, ia menepis pikirannya untuk mengingat siapa yang dimaksud oleh Adi tadi.
“Yuk makan” ajak Adi bangkit, diikuti Marun yang juga bangkit bersemangat akan menyantap makan siangnya yang sangat spesial hari ini.



Marun melangkah pelan menuju pintu kamar, mengetuk pintu dan menunggu untuk dibukakan pintunya. Adi membuka pintunya, telanjang dada dan mengenakan celana pendek, tercium wangi sabun pertanda baru saja mandi, wajahnya tersenyum sembari membuka pintu mempersilahkan Marun untuk masuk ke kamarnya, Marun memejamkan matanya sesaat menikmati sensasi wangi yang menggelitik indera penciumannya.
 “Ada apa neng?” tanya Adi sambil mempersilahkan Marun untuk duduk di bangku tamu
“Hmmm mau ajakin Abang” jawab Marun pelan
“Kemana?” tanya Adi
“Ke cafe di hotel yang tadi siang Abang tunjukin waktu mau pulang kesini” jawab Marun mantap
“Ngapain kesana?” tanya Adi lagi sambil mengenakan kaos santai warna oranye kalem bertuliskan club motor gede favoritnya.
“Mau minta temenin minum wine” jawab Marun agak ragu
Wine? Beneran?” tanya Adi lagi, tak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan oleh Marun
“Iya Bang, mau white wine atau red wine, penasaran banget Bang”
“Ajakin Norma sama Dwi gak?” tanya Adi
“Terserah” jawab Marun cepat
“Nggak usahlah ya, mereka mungkin nggak bakalan mau, lagian udah malam juga, palingan udah pada tidur” jawab Adi, yang disertai anggukan kepala Marun, lantas Marun menarik tangan Adi untuk bergegas berangkat.
Dengan langkah pelan mereka menyelinap keluar hotel menuju parkir mobil dan berangkat menuju hotel lain yang tidak jauh dari hotel tempat mereka menginap. Sesampainya disana, mereka segera memesan red wine untuk Adi dan white wine untuk Marun.
Mereka memiliki tradisi ketika menginap di hotel tempat survey pendataan atau acara-acara kantor, yaitu menikmati signature wine atau wine khas daerah masing-masing hotel tersebut berada. Mereka duduk berhadapan di meja kecil di pojok café menghadap ke kolam ikan yang terdapat di tengah hotel. Dengan diiringin gemericik suara air yang mengalir dari pompa air, mereka menikmati indahnya malam ditemani dengan segelas wine favoritnya masing-masing sambil mengobrol dan bercanda tertawa melepas kelelahan setelah seharian survey.
“Bang, toast!” ajak Marun, Adi lantas mengangkat gelasnya lalu saling toast, dan meminum winenya pelan. Mata mereka saling menatap sembari menikmati rasa pahit wine yang menghangatkan tubuh.
Marun enggan menyudahi pertemuan mata mereka, sangat nikmat menikmati tatapan mata cokelat Adi yang indah menentramkan hatinya yang entah sudah sangat lama tidak pernah merasakan kebahagiaan yang berasal dari hanya dari pandangan mata seseorang. Marun menikmati setiap senti wajah Adi yang baru ia sadari setelah sekian lama menjadi teman sekantornya, ia menyadari bahwa ternyata alis Adi berwarna hitam kelam tersusun rapi membingkai wajahnya yang tampan, hidung mancung bertengger tepat diantara mata cokelatnya yang indah. Marun terkesima saat menatap lama wajah pria didepannya, sambil terus meminum minumannya sampai-sampai ia refill sampai dua kali.
“Run, pulang yuk!” ajak Adi sambil menatap serius mata Marun, Marun saat ini sedikit kesulitan untuk memfokuskan pikirannya karena kepalanya terasa sedikit pusing dan berat.
“Iya Bang” jawab Marun pelan sembari bangkit dari tempat duduknya. Marun berjalan pelan, berusaha untuk tetap bisa berjalan lurus menuju parkiran mobil.
Sesampainya di hotel, Marun menggenggam tangan Adi, mengajaknya untuk mengantarkan ia sampai ke kamarnya, karena memang kamarnya terletak dipinggir kolam renang yang harus melewati jalan setapak, Marun khawatir akan kehilangan keseimbangannya karena rasanya kepalanya sudah sangat berat ingin segera rebahan di kasur.
“Makasih Bang, for this wonderful night” ujar Marun sambil tersenyum menatap mata Adi dalam-dalam
“Iya Run, sama-sama, Abang juga seneng malam ini” jawab Adi pelan.
Hati Marun terus enggan untuk berpisah dari tatapan mata indah Adi, entah keberanian dari mana, Marun mengusap pipi Adi pelan. Adi terlihat sedikit terkejut, namun dengan cepat mengendalikan dirinya kembali. Adi menatap dalam mata Marun dan menundukkan kepalanya, mendekatkan bibirnya ke bibir Marun.
Bibir mereka bertemu dalam lumatan lembut. Marun dapat mencium aroma nafas Adi, mendengarkan suara kecupan bibir mereka, dan menikmati sensasi deru debar jantungnya yang memompakan darahnya berkali-kali lebih cepat daripada biasanya. Adi memeluk tubuh Marun erat dalam dekapan dada bidangnya, mengusap rambut Marun dan merasakan lembutnya kulit leher Marun lewat jemarinya.



Adi bergegas menurunkan kopernya dari bagasi mobil, kemudian menurunkan koper Marun, Norma dan Dwi.


“Hati-hati yah Run pulang kerumahnya” ujar Adi sembari memberikan senyum manisnya, kemudian berbalik berjalan ke arah wanita berambut panjang yang sudah menunggunya di lobby kantor, memeluknya dan berjalan bersama berpegangan tangan meninggalkan Marun yang terdiam tercengang menatap pemandangan didepannya, kepalanya sekarang jauh lebih berat daripada malam kemarin.


R 7 November 2013
inspired by :

Selasa, 16 Juli 2013

I Miss You



“ Sebaiknya kamu undang anak Fakultas Kedokteran yang kira-kira sudah punya pengalaman dibidang kesehatan, kamu punya teman anak FK?” tanya Pak Tito padaku “ Lebih baik kalau medis di acara ini ada anak FK yang bantu handle, supaya lebih terjamin aja” tambahnya lagi
“ Ya…ya” jawabku ragu-ragu
“ Ada…siapa?” tanya Pak Tito lagi
Duh pake nanya nama segala? Jadi inget sama dia…sebel!!
“ Sidik” jawabku pelan
“ Ok, tolong kamu yang menghubungi dia ya untuk diminta kesediaannya membantu kita…bisa?” tawar Pak Tito, aku menganguk pelan, berfikir keras bagaimana aku harus menghubungi Sidik?
“ Kalau begitu saya permisi dulu Pak” aku memutarkan tubuhku dan berjalan gontai keluar dari ruang koordinator kemahasiswaan. Sesampainya di koridor lantai dasar aku merasa ada seseorang yang merangkul pundakku
“ Sudah selesai?” tanya Beno
“ Eh…iya, udah selesai kok!” jawabku pelan, aku memaksakan diriku untuk tersenyum didepannya
“ Sekarang kita makan yuk?” ajak Beno
“ Tapi…mau hujan nih” aku mendongakkan kepalaku begitu sampai di halaman parkir
“ So what? Memang Marun bawa mobil?” tanya Beno
“ Iya, makannya ditunda aja ya?!”
“ Ya udah nggak apa-apa…tapi besok pagi gua yang jemput Marun ya, biar kita bisa makan bareng dan pulang bareng” tawar Beno
Hah…enak aja lo bikin rencana besok semaunya!!! Memangnya lo siapa?! But…ok ok gua inget kalau sikap gua harus berubah
“ Ok!! See ya tomorrow ok?!” aku langsung melangkahkan kakiku menuju mobilku dan buru-buru pergi.

Paginya Beno menjemputku ke rumah
“ Selamat pagi, kita sarapan dulu atau langsung ke kampus?” tanya Beno ketika aku duduk disebelahnya
“ Mmm memang Beno belum makan pagi ya?”
“ Belon” jawab Beno pendek
“ Nih gua udah bawain Beno sarapan” aku langsung menjulurkan satu kotak makan pagi yang kubuat sendiri khusus untuk Beno. Wajah Beno berubah luarbiasa drastis, dari yang biasanya ramah dan manis, sekarang menjadi lebih ramah lagi dan kebahagiaan membuat rona merah di pipinya
“ Buat gua? Beneran?” tanya Beno tak percaya
“ Ya…sekarang lo nyetir, biar gua suapin dari sini, gimana?” tawarku
“ Thanks” Beno lantas mencium tanganku dan menyalakan mobilnya untuk berangkat ke kampus

Don’t waste your time on me you’re already your voice insight my head, I miss you I miss you…. Don’t waste your time on me you’re already your voice insight my head, I miss you I miss you
I miss you…yeah, I miss you
Mendengar lirik lagu I miss you-nya Blink 182 membuat aku terdiam sendiri dan langsung teringat pada sosok yang sangat aku rindukan selama ini…sosok seseorang yang selalu baik terhadapku, sosok yang selalu memikirkan keadaanku, sosok yang selalu lembut, percaya padaku dan selalu ada disampingku ketika aku butuhkan baik dalam bahagia maupun dalam sedih…

“ Kok bengong?” tanya Beno menghancurkan lamunanku
“ He-eh maaf, udah abis makanannya?” tanyaku bingung
“ Belum…ada apa Run?” tanya Beno heran melihat sikapku sekarang
“ Mmm hanya lagi agak pusing aja” jawab ku asal


Interior mobil ini benar-benar membuatku gila!! Lengkap sudah bangkitnya kenanganku bersama orang yang selama seminggu ini menghantui pikiranku. Di mobil seperti ini, dengan interior, pengharum mobil, bahkan jenis musik yang diputar benar-benar membuatku merasa ada didalam mobil sosok yang sudah lama aku ingin lupakan tapi aku tak kunjung bisa. Sial!!! Kenapa Beno harus ganti mobil sih?
“ Marun nggak suka sama mobil ini ya? Kok dari tadi diam aja sih?” tanya Beno sambil menggenggam erat tanganku
“ Mmm bukannya nggak suka…hanya…”
“ Hanya apa? Boleh gua tau?”
“ Heran aja…kok tumben-tumbennya lo mau pake mobil yang seperti ini”
“ Memang kenapa dengan mobil yang seperti ini?” tanya Beno penasaran. Aduh jadi aneh-aneh deh pertanyaannya..
“ Mmm lo-kan paling suka sedan, dan memangnya mobil lo yang biasanya udah dijual ya? Kok nggak bilang mau dijual sih?” tanyaku berusaha mencegah Beno melontarkan pertanyaan yang macam-macam
“ Nggak dijual kok! Cuman lagi bosan dan tukeran aja sama sepupu gua” jawab Beno enteng
“ Ohh”
“ Run… mumpung gua inget! Maukan lo ikut bareng gua ke acara arisan keluarga gua? Sekalian kenalin elo sama bokap-nyokap gua, gimana?” tanya Beno riang
“ Hah? Kapan tuh?” tanyaku kaget
“ Hari Minggu, lusa…mau ya? Please…gua males nih kalau kesana sendirian, paling gua maen sama sepupu gua doank” jelas Beno, wajahnya memelas ingin aku supaya ikut dengannya, lucu sekali. Aku tersenyum menanggapi kelakuan Beno yang sok manja dihadapanku
“ Memangnya nggak ada saudara lain yang seumuran sama lo? Kok kayaknya nggak ada temen banget sih?” tanyaku
“ Nggak ada saudara yang seumuran sama gua! Sepupu gua yang tukeran sama mobil gua ini aja yang seumuran sama gua!! Yang lainnya masih pada SD dan SMP!! BT banget gua…ya Run ya, lo ikut sama gua ya” Beno memohon sambil menciumi tanganku, geli sekali melihat Beno yang memelas memohon padaku
“ Ya, gua ikut, pake baju ap…” belum selesai aku bertanya Beno sudah menyambar memelukku dan menciumi kepalaku
“ Thanks, thanks…lo cantik pake baju apapun!! Gua suka semua penampilan lo! Gua suka semua gaya lo! Gua suka sama lo!” lalu Beno menciumku…
Dasar!!!

Minggu pagi Beno sudah ada didepan rumahku, berpenampilan rapi walau hanya jeans dan kemeja santai berwarna putih
“ Pagi Run, sudah siap?” tanya Beno
“ Kenapa harus sepagi ini sih Ben? Memang acaranya jam berapa?” tanya begitu memasuki mobil sepupunya lagi
“ Acara jam 12 siang, tapi acaranya di Bandung” jawab Beno enteng sambil mulai menjalankan kendaraannya
What?!! Jadi sekarang kita ke Bandung? Bagus!!! Gua sekarang lagi rindu banget sama orang yang mobilnya mirip banget dengan mobil orang yang sedang kurindukan, dan sekarang gua pergi ke kota dimana dia berada…apa ini Tuhan?
“ Ohh kita ke Bandung to…Beno yang nyetir aja, nggak capek?” tanyaku khawatir
“ Nggak, gua akan nyetir dengan baik kok! Tenang aja!! Believe me!” ujar Beno meyakinkanku
Kedua tanganku mengusap pipinya, dan mencium kening Beno pelan, Beno tersenyum lebar bahagia
“ Gua hanya khawatir sama keadaan lo, gua nggak mau lo sakit karena kecapekan nyetir mobil, gua nggak mau kalau lo sakit, that’s all” ujarku pelan sambil menatap mata teduh Beno yang berkilat ceria mendengar semua ini dari mulutku
“ Gua nggak akan sakit kok!! Ok deh, kalo gitu nanti pas pulangnya Marun aja yang nyetir ok?” tawar Beno, aku menganguk setuju

Arisan keluarga Beno diadakan di Kopo, selatan Bandung, dirumah tante Beno yang baru saja membeli rumah besar ini dan sekarang mengadakan selamatan sekaligus arisan keluarga. Meriah sekali acaranya, keluarga Beno juga ramah-ramah dan sangat terbuka sekali kepadaku dan menghormatiku sebagai tamu di pesta tersebut. Aku sekarang sedang duduk sendirian di taman belakang rumah menikmati udara segar dan pantulan cahaya yang menari-menari menimpa wajahku yang berasal dari pantulan permukaan air kolam renang. Aku mulai bosan, aku langsung menyambar Hpku dan menyetel MP3. Entah mengapa, begitu menyalakan MP3 langsung saja Hpku melantunkan tembang I miss you Blink182 yang selama ini memang mewakili isi hatiku merindukan seseorang yang sangat ingin aku temui tapi ingin sekali aku lupakan keberadaannya. Haaah…ada-ada saja, terkadang aku merasa aku butuh liburan dan pergi dari pulau Jawa untuk menghilangkan kepenatan dan beban yang ada di kepalaku selama ini…memang itu ada baiknya, mungkin saja apa yang dikatakan Beno selama ini benar, aku sudah mulai letih dan butuh istirahat dari semua kegiatanku yang selama ini menuntut banyak pikiran dan menyita waktuku. Beno benar, aku sekarang sering melamun sendiri dan terkadang suka berkhayal sendiri, sama seperti sekarang…aku sekarang merasa sedang melihat sosok orang berjalan tegap ke arahku, sosoknya jangkung, kurus, mata agak sipit, tatapannya tajam namun lembut, wajahnya mirip dengan sosok yang sudah lama aku rindukan selama ini…Sidik
“ Run…sedang apa disini?” lamunanku buyar akibat sapaan orang yang belum aku percaya saat ini keberadaannya…Sidik ada didepanku, menatap mataku. Aku mengedipkan mataku dan mulai duduk tegap, tak percaya Sidik ada didepanku
“ Sidik?!”
“ Ya…kamu Marunkan?” Sidik balik bertanya
“ Gua…ya benar, gua Marun…Sidik kok ada disini?” tanyaku masih belum percaya
Oh Tuhan…terima kasih atas semua kebetulan ini…akhirnya aku bisa juga bertemu dengan Sidik
“ Hahahaha dari dulu kamu memang selalu bisa bikin saya tertawa, hanya Marun yang bisa bikin saya ceria”
Renyah sekali tawamu…ingin sekali mendekapmu dalam pelukku setiap saat dalam hidupku…tapi itu nggak mungkin, karena lo sudah menyakiti gua, gua nggak mungkin kembali sama lo
“ Mmm gua serius…kok Sidik ada disini sih?” tanyaku lagi
“ Ohh oh itu…ya ini adalah acara arisan keluarga saya…sekarang giliran Marun, kok bisa Marun ada disini?” Sidik balik bertanya sambil tersenyum manis
“ Gua diundang sama Beno”
“ Ohh Beno, memangnya kalian pacaran ya?”
Sial!!! Enak banget lo nanya kayak gitu!!! Dasar cowok nggak punya perasaan!!! Keren banget lo udah melupakan semua hal tentang kita dulu…
“ Kok lo nanyanya gitu sih?!” aku lantas bangkit menahan amarah yang begitu cepat menjulur ke seluruh tubuhku, bergegas menelfon Beno dan berjalan cepat menuju halaman depan. Beberapa menit kemudian Beno muncul dengan raut wajah khawatir
“ Ada apa Run? Kok kayaknya marah banget?” tanya Beno khawatir
Ahh Beno…lo selalu tahu tentang gua, kadang lo bahkan tahu apa yang terjadi dalam diri gua padahal gua sendiri nggak menyedari hal tersebut. Lo bener-bener baik…
“ Kita pulang yuk?!” ajakku
“ Marun bosan disini?” tanya Beno lagi
“ Nggak gua nggak bosan. Kita pulang ya?” ajakku lagi
“ Marun sakit? Atau mau gua panggilkan dokter? Sepupu gua anak kedokteran kok! Mungkin lo bisa diperiksa sama sepupu gua”
“ NGGAK!!” aku mulai marah lagi, Beno terkejut mendengar jawabanku, ia langsung masuk ke rumah dan pamit pulang.
Jadi mobil yang tadi rupanya benar-benar mobil Sidik…pantas, aku merasakan sesuatu yang beda dengan mobil itu, aku bisa merasakan itu semua mungkin karena banyak sekali kenanganku bersama mobil Sidik…dan itu menyakitkan!!!!
Sesampainya dirumahku Beno hanya tersenyum tipis sebelum aku turun dari mobilnya. Rasa bersalah menyelimutiku, aku lantas mengecup bibirnya dan mengucapkan ‘Terima kasih, selamat malam’ dengan pelan.

“ Pagi Ben” sapaku riang begitu aku bertemu dengan Beno di kampus keesokkan harinya
“ Pagi” jawab Beno pendek sambil pergi begitu saja dari hadapanku
Lo memang berhak marah Ben…kemarin memang kesalahan gua, bentak lo tanpa alasan padahal lo sangat mengkhawatirkan keadaan gua. Maaf, ini semua gara-gara pertemuanku dengan Sidik, pertemuan itu membuat perasaanku tambah kacau…Beno…
“ Halo” sapaku ketika ada seseorang yang menelfonku
“ Ini dengan Marunkan?”
“ Ya, ini Marun, ada apa?”
“ Ini Sidik”
Sidik?? Mau apa lagi sih?
“ Ya…ada apa?” tubuhku terasa lemas saat ini
“ Kenapa kemarin langsung pergi? Padahal saya masih ingin bicara banyak sama Marun”
“ Bicara banyak? Memang ada apa?”
“ Banyak sekali yang mau saya bicarakan dengan Marun…salah satunya tentang hubungan kita”
DEG!!! Hubungan kita? Apa maksudnya? Kalau ini hanya mainan, awas!!!!
“ Maksudnya apa sih? Jangan main-main ah! I don’t have any time for that!!” ujarku ketus
“ No no no!! Saya serius, saya mau sekali berbicara banyak dengan Marun tentang Marun, saya, hubungan kita, tentang…”
“ Serius dong Dik?!!” kilahku
“ I miss you”. Kata-kata terakhir itu membuatku membeku sesaat, bahagia menjalar keseluruh tubuhku membuat tubuhku kembali hangat
“ Saya akan ke Jakarta, kita akan ketemu, saya janji…bye, see you” Sidik lantas memutuskan percakapan kita
Maksud lo apa Dik? You miss me? Ohh God thank you very much…apa benar Sidik rindu sama gua? Lantas gimana dengan Beno?
Tubuhku lemas lagi, nampaknya Sidik memang mulai membuatku gila dan aku buru-buru pulang setelah kuliahku berakhir. Tanpa kusadari, Beno memandangku dari kejauhan dengan tatapan penuh kekecewaan.

Aku bergegas mandi air hangat dan minum coklat panas begitu sampai di rumah. Hujan diluar sangat deras, sendirian di tengah-tengah hujan membuatku teringat kembali akan kenangan indahku bersama Sidik.
Dia selalu menjemput dan mengantarkan aku kemana saja aku ingin pergi. Dia selalu ada disisiku, menemaniku setiap saat, bersamaku dalam keadaan susah dan senang, selalu mendampingiku dalam segala kesempatan, tempat bertukar pikiran, belajar bersama…..segalanya, segalanya merupakan saat-saat yang indah bersama Sidik. Sayangnya, semua itu sekejap saja pupus dihadapanku. Tapi rasa sakitnya tak akan pernah hilang dari hatiku, sakit yang luar biasa tak akan pernah bisa diobati oleh apapun…
Aku langsung tersadar kembali begitu mendengar ketukkan pelan di pintu rumahu.
Siapa ya?
“ Sidik??” tanyaku keheranan, Sidik menggigil kedinginan, tubuhnya berguncang keras dan luarbiasa basah, tak ada satupun tempat kering di tubuhnya. Dengan sedikit meringis menahan dingin Sidik mencoba tersenyum padaku
“ Se-selamat sore” giginya bernyanyi pelan karena bergidik saling bertemu karena kedinginan
“ Masuk!!” refleks aku menarik tangannya untuk masuk, membiarkannya duduk disofa dan segera aku ambilkan dia handuk tebal dan menyelimutinya dengan selimut.
“ Ini, tunggu sebentar ya, gua lagi manasin air buat Sidik mandi” sambil mengusap kepalanya dengan handuk supaya agak kering
“ Nggak usah Run, jangan ngerepotin, saya kesini hanya ingin ngobrol aja sama Marun. Tapi memang nggak mengharapkan basah seperti ini sih?!”
“ Hahaha udah tau tubuh lo paling nggak kuat sama dingin dan alergi dingin, masih sok kuat lagi!!! Udah, sekarang minum ini dulu ya, ini punya gua, tapi nanti gua buatin lagi buat Sidik. Sekarang Sidik minum dulu, biar agak hangat…” belum selesai aku bicara Sidik sudah menyambarku dengan bersinnya yang sedikit mengejutkanku.
“ Hatsi!!!”
“ Tuhkan…belon apa-apa gua udah bener! Jangan bandel di rumah gua! Masa dokter sakit sih?” omelku lagi sambil menyodorkan coklat panasku
“ Thanks” ujar Sidik lembut sambil tersenyum tipis, aku membalasnya dengan satu kedipan mata.
Seusai Sidik mandi, aku lantas menyiapkan piyama untuknya dan menunggunya di ruang tengah yang lebih hangat. Sidik turun ke ruang tengah setelah selesai mandi dan duduk disampingku sambil tersenyum.
“ Piyamanya masih cukup! Berarti badan saya nggak berubah ya?!” sapa Sidik
“ Ohh iya”
Bahagia sedikit mengisi hatiku, teringat saat kami dulu bertukar piyama agar bisa saling ingat sampai terbawa mimpi
“ Piyama itu favorit gua…lo taukan?!”
“ Sama, saya juga masih sering pakai piyama Marun. Sampai-sampai warna merah marunnya sedikit usang karena terlalu sering dipakai. Tapi saya nggak pernah bosan pakai piyama Marun, saya selalu senang kalau bisa ingat sama Marun” jelas Sidik lalu menyeruput coklat hangat yang sudah aku siapkan untuknya.
Oh my God!!! Sidik masih pakai piyama gua?? Yang bener aja?! Ohh God, kenapa harus seperti ini sih? Disaat aku ingin belajar mencintai Beno, Sidik hadir lagi…
“ Oh ya…rumahnya nyaman sekali..saya suka warna birunya, seperti di laut ya?” tanya Sidik
“ Ya…agar gua bisa senyaman di laut”
“ Tempat favorit Marun” sambar Sidik cepat
Mata kami bertemu, dia tahu semua hal kesukaanku. Oh jangan sampai aku jatuh cinta lagi padanya, jangan Run, jangan…apa lo lupa kalau dia sudah buat hati lo hancur?
“ Mmm ya”
“ Kenapa rumahnya disini Run? Saya agak kesulitan sampai rumah ini , bukannya dulu rumah Marun di daerah Depok?” tanya Sidik
“ Orang tua gua pindah ke Slipi untuk buka usaha bengkel, sedangkan gua nggak mau nge-kos kayak adik gua, jadi gua beli rumah yang deket ke kampus tapi nggak terlalu jauh dari Slipi, jadi…ya disini” jelasku agak ragu, tapi kututupi dengan senyuman lebar
Wajah Sidik sangat lembut, matanya lembut dan tenang menatapku, perasaan damai dan tenang sekejap memenuhi seluruh ruangan. Nyaman sekali bila berada di dalam pelukkannya…
Dalam gerakan lamban dan agak ragu, Sidik menyentuh tanganku dan meremasnya pelan. Aku hanya diam menikmatinya. Sidik lantas mencium hangat tanganku, seketika sekujur tubuhku hangat dan penuh rasa kasih…
“ Run…I miss you…saya yakin kalau Marun selalu tahu kalau saya selalu sayang sama Marun, saya nggak pernah sedetikpun melupakan Marun. Beruntung sekali saya bertemu Marun lagi di acara keluarga saya minggu lalu. Sejak saat itu, saya bertekad untuk bisa bertemu Marun dan bilang sama Marun kalau Sidik selalu sayang sama Marun…saya selalu ingin seperti ini, kalau boleh saya berkorban buat Marun, saya akan korbankan nyawa saya untuk bisa seperti sekarang…memeluk Marun dan selalu tahu kalau Marun juga sayang sama saya” Sidik lantas mendekapku
Air mataku rasanya ingin menetes…ayo Run, pikirkan!!! Apa maksud semua ini? Sidik hanya main-main atau serius?? Ayo Run berpikirlah!!! Sial…selama sepuluh menit ini justru gua hanya bisa diam menikmati dekapan Sidik!!!
“ Run…makasih ya sudah boleh datang dan ketemu sama Marun” ujar Sidik membuyarkan lamunanku, Sidik lantas melepaskan dekapannya
Jangan lepas Dik!!! Gua saat ini hanya ingin ada di dalam dekapan lo, menikmati semua kasih dan cinta lo buat gua. Memiliki semua rasa sayang lo hanya untuk gua, pokoknya lo harus jadi milik gua! Walau hanya untuk malam ini…
Aku gantian memeluknya, tubuhku menyalurkan semua energi untuk memeluk erat Sidik. Aku ingin dia ada disampingku malam ini…
“ Jangan lepasin ya…just for a night…tolong Sidik ada disamping gua satu malaaam aja...please…please” tanpa ragu aku mengucapkan itu semua walaupun air mata ku leleh tetapi rasa lega memenuhi hatiku, dan harapan untuk bisa bersama Sidik membuatku lebih tenang.
“ Ya…saya nggak akan ninggalin Marun malam ini. Nggak” Sidik mencium kepalaku dan mengusapnya penuh kasih
Luarbiasa…aku tak percaya bisa berada dalam pelukkan Sidik saat ini…aku benar-benar menyanginya…aku belum melupakannya…aku benar-benar bahagia

Paginya aku membuka pelan mataku dan berharap menemukan Sidik dihadapanku. Betapa bahagianya aku ternyata harapan itu terjadi. Wajah pertama yang ku tatap pagi itu adalah wajah lembut penuh kasih dari orang yang kusayangi. Jariku mengusap pelan pipi dan bibir Sidik yang agak pucat.
“ Hmm selamat pagi” sapa Sidik pelan begitu ia bangun karena sentuhanku
“ Pagi” balasku
“ Wonderful night…terima kasih sudah boleh tidur sambil memeluk Marun semalaman…thanks, that was a very beautiful moment ever”
“ You are welcome…so Sidik mau sarapan apa?” tanyaku
“ Kalau Marun yang siapkan, apa saja pasti saya suka” jawabnya romantis sambil tersenyum
Ahh senyum itu…akhirnya bisa kulihat lagi senyum itu…
“ Ok, gua mandi dulu ya” ujarku sambil bangkit

“ Wow breakfast yang enak, terima kasih tuan Putri” ujar Sidik sambil mencium tanganku. Dulu, Sidik selalu memanggilku tuan Putri, sama seperti sekarang
Tok-tok-tok
“ Biar gua yang buka” ujar sembari bangkit menuju ruang tamu. Hari ini indah, aku sangat antusias menyambut tamuku pagi ini. Akan kubuat tamu pagi ini adalah tamu yang beruntung karena telah mengunjungiku di hari bahagia ini…
“ Pagi Run”
Oh no…rasa antusias yang tadi memenuhi benakku sekarang surut dan habis sudah! Beno sekarang ada didepanku dengan balutan kaos hitam legam pemberianku kemarin yang aku selipkan di tasnya tanpa ia sadari. Kenapa harus pagi ini sih Ben!!! Lo nggak tau ya kalau gua lagi nggak ingin diganggu sama siapapun apalagi lo!!!
“ Ben, silahkan masuk…duduk Ben…sebentar ya gua ambil minuman dulu”
Apa yang harus gua jelasin kalau dia ngeliat Sidik dirumah ini?? Pagi-pagi pula!!
“ Silahkan diminum” ujarku pelan sambil menyodorkan segelas minuman ke arah Beno
“ Thanks! Oh ya…bajunya juga makasih ya! Gua suka banget!!! Kok Marun tahu sih kalau gua suka hitam?” tanya Beno riang, ini artinya ia sudah memaafkanku akibat prilaku kasarku terhadapnya tempo hari
“ Ya…gua bisa nebak dong!! That’s eazy for me…oh ya, mau sarapan apanih, tumben pagi-pagi Beno mau datang kesini” aku agak bingung ketika Beno pindah tempat duduk ke sampingku
“ Gua pengen ketemu sama lo!! Dan…” Beno lantas menciumku, aku buru-buru menyudahi dan menunduk mengatur emosiku yang mulai tak karuan ingin marah
“ Sorry, mungkin lo kurang comfort ya kalau gua cium lo?” tanya Beno
“ Gua hanya…ngerasa nggak pas aja, lagi pula masih pagi masa udah kissing segala sih?!” ujarku dibuat seriang mungkin

Ayo Run…putuskan lo pilih siapa…Sidik atau Beno

“ Yah…nggak apa-apa dong kalau pagi-pagi kita udah kissing, lagi pula nggak ada yang ngelarangkan? Atau lo udah nggak sayang lagi sama gua?” tanya Beno pelan
Sayang sama lo?? Aduh!!! Gua sendiri heran kenapa gua nggak bisa memutuskan apa gua sayang sama lo apa nggak…Aduh Run lo harus buat Beno pergi sesegera mungkin! Kalau nggak Sidik bisa datang kesini!! Upsss!!! Kayaknya telat deh…
“ Eh ada tamu, siapa Run?” tanya Sidik sambil menghampiriku
“ Beno” jawabku tegas
Mata Sidik dan Beno bertemu. Mereka saling pandang sebelum saling berjabat tangan. Belum selesai berjabat tangan, Beno keburu menyudahi dengan kasar dengan melepaskan tangan Sidik sengaja agak membanting.
“ Ngapain lo disini!!” tanya Beno ketus
“ Saya tadi habis mandi dan sebentar lagi saya akan pergi, jadi jangan berpikir yang aneh-aneh sama Marun, dia nggak salah” jawab Sidik cepat. Aku mulai gelisah, khawatir kalau-kalau mereka bertengkar atau berkelahi…
“ Mandi?? Oh lo habis ngapain sampai-sampai bisa mandi di rumah Marun?” tanya Beno lagi, sekarang menatapku penuh amarah
“ Dia mandi pagi dan sebentar lagi mau pergi, that’s all” jawabku
“ Gua tanya sama Sidik, bukan lo!” ujar Beno geram
“ Jangan kasar sama cewek, nggak sopan!” kilah Sidik
“ Ohh jadi sekarang lo adalah malaikat penjaganya Marun ya? Sejak kapan? Sejak lo dapatkan tubuhnya? HAH?!!” timpal Beno.

Sialan!!!! Gua nggak semurah itu!!!! Kurang ajar!!!

“ Kita nggak melakukan hal itu!! Jadi jangan macem-macem ya!” ancamku
“ Ohh jadi sekarang lo mau ngancem gua?” Beno mendekatiku, mencengkram lenganku kuat-kuat, sakit sekali.
Sambil sedikit kesakitan aku berusaha melepaskan cengkraman erat Beno.
“ Ben…lo harus percaya, kalau gua dan Sidik nggak melakukan hal itu, kita hanya…”
“ Ya?? Hanya apa? Hanya menikmati indahnya malam berdua? Menghianati gua? Itu? Hanya itukan?!” Beno lebih erat lagi mencengkramku
“ Lepaskan Marun…dia nggak salah, yang salah saya!!!” timpal Sidik tegas
“ Well angel…sekarang lo mau gua lepasin cewek pelacur ini?” ujar Beno marah
“ DIA BUKAN PELACUR!!! DIA CEWEK TERHORMAT!!! DIA SELALU HORMAT SAMA KAMU!!! DAN DIA SUDAH BUKTIKAN ITU SEMUA KE BENO!!!!” teriak Sidik membelaku, tangan mengepal erat mungkin menahan amarahnya
Aduh gawat ini….Oh God jangan buat mereka bertengkar, please
“ Oh dengan tidur sama lo artinya dia hormat sama gua? Hah? Lo tuh dokter, tapi bodoh!!!! Lo nggak liat kalau lo itu jadi mainan buat dia?! Lo nggak liat apa?!!!!”
“ Selama ini saya sudah mengalah buat kamu, jadi sekarang tolong pergi” ujar Sidik tenang lagi
“ What?? Sekarang lo suruh gua keluar? Yang keluar itu seharusnya ELO!!!” Beno lalu meninju pipi Sidik sangat keras sampai-sampai tubuhnya jatuh kebelakang dan kepala Sidik membentur pot keramik yang ada di pojok ruangan sampai pecah. Dari hidung Sidik mengucur deras darah segar, wajahnya nampak sangat pucat dan ada warna hitam lebam di pipinya. Beno bergerak cepat ke arah Sidik, wajahnya luarbiasa murka, ingin menghabisi Sidik sekali lagi. Tapi Beno kurang gesit, aku memeluk erat Sidik yang terkapar lemas dilantai menghalangi Beno yang ingin memukulnya lagi.
“ Jangan pukul Sidik lagi Ben…kalau mau pukul, pukul gua aja, gua yang pantas lo salahkan…gua nggak pernah bisa ngebalas semua cinta yang lo kasih buat gua…tapi please jangan sakiti Sidik” ujarku lemah ketakutan
“ MAU-MAUNYA LO MELINDUNGI DIA?!” ujar Beno sengit, “ MINGGIR!!! MINGGIR!!” Beno berusaha melepas pelukkanku
“ Jangan Ben jangan….please” aku berusaha mempertahankan pelukkanku
“ Beno!!! Kamu keterlaluan Ben!!! Selama ini kamu sudah ambil Marun dari saya, apa itu belum cukup?! Apa kamu belum puas mengambil semua milik saya? Apa kamu belum puas ngeliat saya kesakitan selama ini karena selalu tahu kalau Marun jadi milik kamu?! Selama ini saya sudah cukup bersabar untuk bisa tahan mendengarkan semua cerita romantis kamu dengan Marun yang menyakitkan buat saya. Selama ini saya selalu mengalah dengan harapan kamu bisa berubah, tapi saya salah!! Sejak saat saya melihat dia dihadapan saya tempo hari, cantik, sehat,  tetap memukau seperti dulu, duduk didepan saya, saya tahu kalau saya tidak akan pernah bisa memberikan harta saya yang paling saya sayangi. Sejak saat saya melihat Marun di arisan keluarga kita, saya tahu kalau saya harus mengambil Marun lagi, saya sadar kalau Marun milik saya, saya nggak akan bisa hidup normal tanpa ada Marun disamping saya. Sejak saat itu saya putuskan untuk kembali lagi merebut hatinya, dan saya benar!! Hati Marun memang hanya untuk saya!” ujar Sidik sambil susah payah mengatur nafasnya. Aku menatap takjub kearahnya dan mengusap pipinya yang pucat…ada warna darah di pipinya!!! Dari mana itu? Hah dari tanganku!!! Tapi, aku tidak terluka sedikitpun!!! Oh tidak, tidak mungkin ini dari kepala Sidik!!! Oh tidak!!!
“ Marun masih cinta sama lo?? Nggak mungkin!!! Lo nggak mungkin masih cinta sama orang yang sudah ninggalin lo Run!!!” ujar Beno cepat sambil menatapku
“ NGGAK!!! Saya tidak pernah meninggalkan dia!!!” sambar Sidik cepat
“ Lalu kenapa tunangan sama orang lain dan pergi keluar negeri hah?” sambung Beno lagi
“ Saya keluar negeri untuk belajar!! Bukan bertunangan!!! Kamu yang salah!!! Kamu tidak pernah menyampaikan surat saya yang berisi semua alamat dan nomor saya yang bisa Marun hubungi. Kamu sengaja tidak menyampaikan surat itu karena kamu pikir ini saatnya kamu memiliki Marun!! Ditambah kepindahan Marun kemari membuat jalan untuk mencuri Marun dari saya terbuka lebar!!! Kamu lantas memfitnah saya, bilang kalau saya bertunangan di luar negeri dan sengaja pergi supaya tidak ketahuan olehnya. Tidak, saya bukan pengecut seperti kamu Ben!!!” ujar Sidik tegas, wajahnya makin pucat. Aku menatap tak percaya ke arah Beno yang sekarang nampak ragu dan agak gelisah, mungkinkah Sidik benar? Tapi memang Beno yang menyampaikan surat dari Sidik yang isinya menjelaskan kalau Sidik ingin tunangan dengan orang lain. Apa benar surat itu buatan Beno? Aku bingung…tapi aku segera ingat kalau harus cepat-cepat membawa Sidik ke rumah sakit, kepalanya sudah terlalu banyak mengeluarkan darah….
“ Run lo jangan percaya perkataan Sidik, dia sirik sama hubungan kita!!! Dia licik!!” ujar Beno
“ GUA NGGAK PERCAYA SIAPAPUN!!! SEKARANG TOLONG BANTU GUA!!! PANGGILKAN AMBULANS!!! SEKARANG BEN!!!” teriakku cepat, Beno lantas cepat menyambar telefon dan menghubungi rumah sakit untuk menjemput Sidik dengan ambulans
Mata Sidik sudah sangat layu, bibirnya pucat pasi, kepalanya basah karena darahnya. Air mataku mengalir deras sambil memeluknya, terus membisikkinya kata-kata semangat untuk bertahan sebentar lagi.
“ Sidik lo bisa bertahan sebelum ambulans datang! Gua percaya kalau Sidik selalu ingin hidup…” bisikku pelan ditelinganya
“ Ya, saya akan selalu hidup disamping Marun. Walau saya udah nggak ada lagi, saya pasti akan selalu menemani Marun walau kita beda du-dunia..”
“ Jangan ngomong seperti itu! Gua nggak mau Sidik jauh dari Marun. I need you” ujarku pelan, air mataku membasahi pipinya
“ Jangan menangis tuan Putri, saya selalu sayang, saya sayang Marun…I love you” ujar Sidik lemah
“ I love you too” sambungku cepat dan yakin dengan keputusanku untuk memilih Sidik
“ Tuan Putri jangan nangis…apa yang bisa saya lakukan untuk menghapus air mata ini?” tanya Sidik lembut sambil mengusap pelan pipiku menghapus air mata yang menggenangi pipi ku yang merasakan sentuhan dingin jari Sidik
“ Be alive…jangan pernah tinggalin Marun lagi, gua nggak tahan hidup tanpa Sidik” ujarku sambil memaksakan sedikit tersenyum, Sidik membalas senyuman ku dengan seuntai senyuman manis
Oh God, kemana ambulansnya?? God…tolong buat Sidik bertahan sebentar lagi untuk hidup…tolong lindungi dia Tuhan…tolong jangan ambil dia disaat aku menemukan cintaku lagi…God…tolong hentikan darah ini! Hentikan kepalanya untuk terus mengeluarkan darah!!! Dia bisa meninggal karena kehabisan darah!!!
“ Beno, tolong gotong Sidik ke mobil!!! Kita bawa dia ke rumah sakit sendiri aja!! Ayo bantu!!!” aku cepat mengambil keputusan ini karena aku putus asa terus menunggu ambulans yang tak kunjung datang sedangkan kondisi Sidik makin lemah. Beno dengan sigap membantu menggotong tubuh Sidik ke jok belakang mobil dan mengendarai mobilku secepat mungkin ia bisa. Aku duduk sambil mendekap erat tubuh Sidik yang sekarang sedikit bergetar, menahan kepalanya dan terus berharap agar darahnya bisa berhenti mengucur.
“ Tuan Putri…saya pusing” ujar Sidik lemah
“ Pusing?” lantas aku mendekap kepala Sidik, mengusapnya lembut dan menciumi kepalanya
“ Sekarang nggak pusing lagi” ujar Sidik dari balik pelukkanku
“ Bertahan ya sayang…I love you” ujarku lembut sambil meneteskan air mata lagi, Sidik balas tersenyum. Tanpa aku sadari, aku mendekatinya lantas mencium pelan tepat di bibirnya
“ I love you” lirihku
“ I love you too…Tuan Putri…I miss you” ujar Sidik pelan, sambil tersenyum mata Sidik menutup pelan.
Rahangku menegang…
Sidik jangan pergiI miss you too….


R 13 Agustus 2005