Sidik, nama yang indah bukan? Ya,
sama seperti hatinya. Aku sangat menyukai Sidik seperti aku menyukai CD
Westlife yang kuputar berulang-ulang di mobilku saat perjalanan berangkat atau
pulang sekolah, tapi ku taruh di bawah Runk, maksudku, kusembunyikan ketika
sampai di sekolah atau saat aku pergi bersama teman-temanku untuk diganti
dengan CD Ja-Rule, Ludacris dan banyak penyanyi Hip - Hop lainnya.
Sidik adalah cowo yang
dianggap Freak karena sifatnya yang pendiam, penyendiri, kutu buku dan ketua
Komunitas Perpustakaan sekolah. Berlainan sekali denganku yang seorang Ketua
cheerleader sekolah, ramah, supel, banyak dikagumi orang dan dipuja seluruh
cowo disekolah, mungkin terkecuali Sidik.
Aku bertemu dengannya ketika
aku mencari buku biografi salah satu penyair terkemuka di Indonesia. Aku
kebingungan setengah mati mencari buku tersebut sampai Sidik datang dan…
“ Selamat siang, kamu yakin
kamu gak salah masuk ruangan? Ruang latihan Cheerleader ada di depan sana,
ini PER-PUS-TA-KA-AN!!” sapa Sidik yang
lugas dan menurutku sangat kurang ajar.
“ Ya?! Saya tidak salah
masuk ruangan kok! Saya memang mencari buku..” jawabku sengit, sembari menatap
matanya yang tajam, aku bisa merasakan sesuatu dibalik tatapannya itu.
“ Coba sini kulihat judul
bukunya..” tawar Sidik tampak menyesali perkataannya yang pedas sebelumnya.
Setelah aku berikan judul buku yang kucari, ia langsung tahu dimana letak
persisnya buku tersebut dan menunjukkannya padaku.
“ Yakin kamu bisa mengambil
buku? Buku-kan kotak? Atau kamu sudah latihan untuk melepaskan Pom-pom?” kata
Sidik dingin. Aku membalasnya hanya dengan senyuman pahit mengharapkan dia
pergi jauh dan tak usah menggangguku lagi. Iapun pergi setelah menyindirku dan
akupun bergegas pergi meninggalkan ruangan super aneh yang pantas dijauhi oleh
siapapun.
“ Huh!! Sombong amat si tuh
anak?” omelku sembari menyetir mobil
“ Siapa sih Run? Kaya’nya BT
banget lu ama dia?” tanya Sella
“ Itu tuh..ketua Komunitas
Perpustakaan sekolah.. siapa sih namanya?” tanyaku lagi
“Ooo don’t you mean the lonny-moony
Sidik?” jawab Ayu tak percaya
“ Apa? Sidik? Emang ada ya
temen sekolah kita yang namanya Sidik?” tanyaku lagi
“ Ya..namanya Sidik
Hassanudin, anak 3 IPA 3, kelas favorite tuh!!” tambah Chery
“ Emangnya lo diapain ama
tuh anak sih Run?” tanya Sella
“ Ya, kalo ada apa-apa biar
gua yang hajar aja!” timpal Margareth
“ He-eh nggak kok! Cuman
nyebelin aja kalo di sapa..” jawabku
“ Ngapain lo nyapa dia
seeh?? Ihhh najis tujuh puluh tujuh turunan deh?!!” Ayu kaget tak karuan
“ Ya.. gua ketemu dia waktu
gua lagi nyari buku biografinya Chairil Anwar” jawabku pelan mencoba membuat
suasana tenang kembali
“ Ya.. ati-ati aja Run, kalo
tiba-tiba dia melet lo gimana? Kan sayang tuh si Alex.. mendingan bwat gua aja”
sela Chery santai
“ Yeee maunya” seruku, Ayu,
Margareth dan Sella berbarengan
Setelah mengantarkan mereka
bertiga pulang ke rumah masing-masing, aku mulai mengganti hingar-bingarnya
music Hip-hop dengan music pop kesukaanku yang dibawakan dengan apik oleh grup
musik kesukaanku Westlife. Dalam perjalanan, entah mengapa yang biasanya aku
selalu bersenandung menyanyikan lagu mereka (westlife) tapi sekarang malah
asyik memikirkan Sidik, cowo yang sangat menyebalkan tapi memiliki karisma yang
luar biasa dimataku.
“ Aku pulang” sapaku pada
seluruh anggota keluarga yang sedang berkumpul di ruang keluarga
“ Malam Run, capek Nak? Oya
tadi ada telefon dari Alex, katanya dia akan nelfon kamu sebentar lagi” kata
Mama menyambut kedatanganku dengan ciuman hangat di pipiku.
“ Oya? Ya udah Ma, aku mau
mandi dulu ya?”
“ Jangan lupa makan malamnya
ya Nak?”
“ Yap!” kataku sambil
buru-buru masuk kamar untuk segera mandi melepas lelah dan penat seharian di
sekolah tadi.
‘ KRING – KRING’
“ Halo?” sapaku
“ Marun ya? Ini Alex”
“ Alex? Ada apa?”
“ Besok bisa jalan ga?”
“ Mmm abis latihan cheers
OK?”
“ Sip! Bye”
“ Bye.. juga” aku menutup
telefon dan tersenyum sendiri sambil membayangkan bagaimana nantinya acara date
besok bersama Sidik, ups, maksudku Alex.
“ Mau kemana lo jam
istirahat gini?” tanya Ayu
“ Bentar ya? Ada
urusan..bye” pamitku pada teman-temanku
“ Kemana tuh anak? Tumbenan
ada urusan jam istirahat?” tanya Chery
“ Paling juga pengen ketemu
Alex” jawab Sella santai
“ Apa? Alex? Licik nggak
ngajak-ngajak!” geram Chery iri
“ Ahh lagiankan yang diajak
date itukan Marun, bukannya elo Sel” sela Margareth santai
“ Biarin..yang penting gua
terus berusaha untuk dapatin Alex jadi cowo gua!” tekad Chery bulat
“ Yayaya” jawab Sella , Ayu
dan Margareth berbarengan
Aku berjalan perlahan
diantara puluhan deret rak buku yang penuh buku, sambil mengharapkan aku
bertemu sepasang mata tajam yang kukagumi itu. Ya, itu dia. Duduk tenang di
bangku baca, tatapan tajam lurus, serius dan meluluhkan hati. Aku hanya bisa
diam menatapnya dari kejauhan. Aku merasa malu untuk mendekatinya, karena aku adalah
Ketua Cheers, masa ngobrol ama anak aneh sih?
Tapi tak tahu apa yang
merasuki tubuhku membuatku berjalan mendekatinya dan menyentuh pundaknya…ia
terkejut dan menyapaku, kali ini dia berprilaku manis tehadapku..
“ Eh…Marun, ada perlu apa
lagi? Cari buku lagi?” tanyanya sopan
“ Eeee.. nggak cuman pengen
tau buku apa sih yang kamu baca? Kaya’nya rame banget tuh!” jawabku berusaha
tak terlihat gugup dihadapannya.
“ Ini? Ini buku Seven
Habbits yang terbaru. Mau baca?” tawarnya
“ Mmm memang kamu sudah selesai
membaca?” tanyaku ragu-ragu
“ Belum, tapi kalau kamu
mau, kamu bisa meminjamnya dulu, setelah itu baru giliran saya meneruskan
membaca” jawabnya kalem
“ Boleh.. kayanya banyak
ilmu nya gitu?!”
“ Bisa dibilang gitu. Oya
aku masih punya banyak buku-buku psikologi yang lain kok, kalau kamu mau?!”
“ Yes, sure.”
Kamipun berbicara satu sama
lain sampai waktu istirahat habis dan meneruskan pembicaraan kami pada saat
pulang sekolah, sampai-sampai aku lupa untuk mengantar pulang temen-temanku.
Selama seminggu terakhir
kami selalu menghabiskan waktu bersama. Menurutku dia benar-benar luar biasa!
Mulai dari otak yang encer, pengetahuan umum yang luas sampai tahu bagaimana
memperlakukan wanita dengan sangat gentle! Waduh gawat , sepertinya aku jatuh
hati pada Sidik, cowo yang selama ini kuanggap aneh bahkan tidak ada di dunia
ini. Selama kami bersama, aku selalu melupakan rutinitasku sehari-hari. Mulai
mengantar pulang teman-temanku, sampai lupa untuk latihan Cheers, apalagi acara
date sama Alex!
“ Run!! Belakangan ini lo
super aneh ya? Kemana aja sih lo? Lo belum pernah latihan gerakan baru kitakan?
Kita mau audisi 5 hari lagi Mbak?” Chery protes
“ Iya Run, ada apa sih? Kok
sampe segitunya ama kita? Kita ada salah?” tanya Ayu
“ He-eh nggak-nggak. Gua
cuman sibuk ama urusan gua” jawabku
“ Urusan apa sih yang lebih
penting daripada latihan gerakan baru kita? Baru kali ini lo kita bikin gerakan
baru tanpa elo! Kalo nungguin lo terus bisa-bisa kita kalah audisi!” cerocos
Margareth
“ Oya.. gerakan baru ya? Gua
belon afal nih?” aku kebingungan sendiri
“ Ya udah.. ni gua bawa VCD
gerakan kita yang terbaru. Lo latihan sendiri di rumah aja, OK?” Sella
menyerahkan VCD padaku
“ Tapikan sekarang malam
minggu?” tanyaku
“ Memang nya lo ada date ama
Alex?” balas Sella bertanya lagi
“ Nggak sih.. tapi.. ga
bisa?!”
“ Ya ampun Run, masa’ bwat
audisi lo masih ada alasan gak bisa?” tanya Ayu tak percaya
“ Nggak bukan gitu. Maksud
dia pasti dia ada acara keluarga? Gitukan Run?” jawab Sella super bijak
“ Tul..lagian Ga apa-apa
kok! Malam ini gua bakal latihan OK?” jawabku
“ Ya baguslah.. setidaknya
kita ga harus capek-capek ngelatih elo!” sela Margareth
“ Kebalik ya? Mestinya lo
yang ngelatih kita! Bukan kita yang ngelatih elo!” ketus Chery
“ Udah-udah..sekarang
mendingan lo balik gih! Latihan sana!” suruh Sella
“ Thanks guys you all the
best!” aku berterima kasih
“ Ya! Awas aja kalo belon
afal pas mau audisi! Bisa-bisa gua rebut tu Alex!” ancam Chery
“ Gua pasti afal!!
Lagian..makan tuh yang namanya Alex! Bener-bener cowo cantik nggak berotak tuh
anak!” jawabku sambil ngeloyor pergi
“ Bener? Asyik!! Akhirnya
Alex bwat gua!! Thanks ya Run, ati-ati dijalan ya?” seru Chery senang ga karuan
Setelah menerima VCD itu,
aku bergegas pulang dan latihan. Kebetulan VCD player di kamarku rusak, jadi
aku menggunakan VCD player yang ada di ruang tengah untuk latihan. Untungnya
semua anggota keluargaku sedang pergi berbelanja bulanan dan aku ditinggal
sendiri, itu berarti aku bisa latihan dengan puas tanpa ada gangguan.
Kunyalakan semua lampu di
ruangan itu, kusetel keras-keras musiknya dan mulai berlatih gerakan baru kami.
Saat itu aku hanya menggunakan bra dan hotpants saja, karena menurutku itu
adalah pakaian yang paling nyaman dikenakan ketika latihan gerakan cheers.
Akupun bergoyang dan meloncat mengikuti gerakan apa yang ada di VCD sampai aku
hafal semua. Setelah selesai latihan, aku mendengar tepukan tangan dari arah
teras rumah. Aku kaget setengah mati, karena ternyata aku lupa menutup gorden
yang langsung menghadap teras rumah! Aku buru-buru menutupi tubuhku dengan
selimut seadanya dan melabrak siapa gerangan yang kurang ajar mengintipku.
“ Si-Sidik? Ngapain kamu
disini?” tanyaku heran sambil membenahi posisi selimut yang menutupi tubuhku
“ E e aku mau mengembalikan
agenda kamu yang tertinggal diperpustakaan waktu istirahat tadi” jawab Sidik
menunduk sembari menunjukkan agendaku.
“ Kamu tadi melihat aku lagi
latihan?” tanyaku ragu-ragu
“ Maaf ya? Saya nggak
sengaja melihat pemandangan super indah yang di anugrahi Tuhan pada saya itu.
Maafkan saya...saya benar-benar tidak sengaja” jawabnya pelan sambil lebih
menundukkan kepalanya.
“ Oya makasih. Masuk yuk?”
ajakku, aku sendiri bingung kenapa malah justru mengundangnya untuk masuk ke
dalam rumah
“ I-iya, tapi kamu ganti
baju dulu sana!” tawar Sidik
“ Oya… masuk dan silakan
duduk! Aku ganti baju dulu ya?”
“ Ya”
Aku buru-buru masuk kamar
dan kebingungan setengah mati. Waduh muka kaya’ gini kok ketemu Sidik sih? Mana
nggak ada ide pake baju apa? Udah..pake kaos dan celana jeans ajakan beres!
“ Ga usah repot-repot Run”
tolak Sidik sopan ketika aku menyodorkan segelas Coke padanya, “ Oya..malem
minggu gini kamu ga nge-date?” tanyanya ragu-ragu
“ Nggak! Aku harus ngapalin
gerakan baru cheers, kamu tahukan? Lagiankan ada Sidik yang datang kesini?!”
godaku
“ Hahaha bisa saja kamu”
jawabnya riang terlihat warna kemerahan di pipinya. Entah mengapa, tiap kali
aku melihat mata yang tajam itu menyiratkan kebahagiaan, aku juga ikut
tersenyum. Rasanya benar-benar menemukan soul mate yang sebenarnya. Malam itu
kami habiskan dengan mengobrol dan nonton tv bersama. Pulangnya ia pamit dan
tiba-tiba mencium keningku pelan…
“ Selamat malam Marun,
permisi” pamitnya sopan
Aku hanya bisa membalas
dengan senyuman dan melihatnya berbalik memunggungiku dan pergi. Oh Tuhan,
rasanya aku benas-benar jatuh cinta pada Sidik, dan tampaknya aku tidak
bertepuk sebelah tangan. Sesudah malam itu kami jadi lebih sering menghabiskan
waktu bersama di perpustakaan atau diteras rumahku sambil membahas mata
pelajaran yang menurutku sulit. Itu adalah masa yang benar-benar
membahagiakanku. Tapi gerak-gerik aneh dilakukan oleh teman-temanku, mereka
mulai menjauhiku dan tak acuh padaku. Tak apa, yang penting aku bersama Sidik,
itu sudah cukup bagiku.
“ Mau ngapain tu anak
kemari?” tanya Chery sembari menunjukkan mimik wajah yang jijik
“ Memang kenapa?” tanyaku
lagi
“ Ya..ga biasanya anak freak
dateng ke audisi cheers!! Mana senyum-senyum sama elo segala lagi? Bukannya lo
BT ama dia?” cerocos Chery lagi
“ Iya Run, kok tumbenan ya?”
tanya Sella
“ Biarin aja dong!! Memang
salah ya kalo dia datang kesini? Kalian bisa-kan menghargai orang lain walaupun
sedikit?!” jawabku ketus, tak kuat menahan marah karena perkataan pedas Chery
“ Biasa dong Run. Pantesan
lo berubah banget!! Ga biasanya lo begini! Ga tanggung jawab ama cheers, cuek
ama kita dan lo dah nyakitin perasaan Alex tau? Ninggalin dia sendirian di
Café? Wow BRILIAN !!!” giliran Margareth menghakimiku
“ Alex? Bullshit with him!!
Itukan punya Chery! Lagian gua masih bisa ngejar ketinggalan gua kok!” belaku sengit
“ Run-Run, bukannya gitu.
Kita ngelihat perubahan yang nggak singkron di diri lo! Gitu aja kok!” tengah
Sella bijak
“ Iya Run, bukan maksud gua
ngejek si Sidik itu. Tapikan lihat dong! Ngaca! Lo tuh ketua Cheers dan dia
ketua Komunitas Perpustakaan! Satu bintangnya sekolah, satunya lagi badut
sekolah?! Jauh bangetkan? Langit ama bumi aja masih mending?!” Chery sewot
“ Dan Run, asal lo inget
ya?! Kita tu tau betul gimana elo, jadi kita tahu betul kalo si Sidik itu gak
pantes buat elo!! Memangnya cowo cuman Si Aneh itu aja ya?” timpal Ayu
“ Terserah!! Yang penting dia baik
titik! Nggak kaya’ Alex yang maunya status doang!” balasku lagi sambil berlari
ke kamar mandi.
Untungnya aku bisa
mengendalikan emosiku dan dapat tampil sempurna dan kompak di hadapan juri yang
membuahkan keberhasilan, grup Cheers kami maju ke babak selanjutnya di Jakarta
bulan depan! Ketika pengumuman dibacakan, Alex langsung memelukku, aku berontak
melepaskan diri dan berharap Sidik tak melihat adegan ini.
Setelah hari audisi tersebut,
aku mulai memikirkan kembali hubunganku dengan Sidik. Memang selama kami
berhubungan, aku mulai kacau. Mulai dari persahabatanku yang hampir saja hancur
karena pertengkaran sengit antara aku dengan Chery, Ayu dan Margareth, dijauhi
sahabatku sendiri, sampai jadwal latihan
Cheersku yang berantakan. Setelah berfikir sekian waktu, akupun membuat
keputusan untuk menjauhi Sidik dan tak mau berhubungan lagi dengan Sidik. Berat
memang, tapi kalau bandingannya sahabatku, aku pasti memilih untuk tetap
mempertahankan persahabatanku.
Sekarang, tiap kali aku
berpapasan dengannya, aku selalu membuang wajahku dan bersikap seolah-olah
Sidik tidak ada lagi di dunia ini. Aku selalu menolak tiap kali dia menelfon
dan berusaha bertemu denganku disaat istirahat. Sampai akhirnya suatu hari dia
berhasil menemukan aku sendirian di lorong sekolah sepulang aku latihan Cheers.
“ Capek? Ada waktu untuk
kita bicara? Atau kamu merasa terlalu mahal untuk bisa diajak negosiasi?” tanya
dingin, sorot matanya kali ini berbeda dengan sebelumnya. Tak ada kesenangan
sedikitpun di matanya. Aku, jujur saja malas menanggapi ajakannya yang pasti
jika terlihat teman-temanku akan membuahkan persoalan lagi.
“ Aku capek banget nih?!
Abis latihan gerakan baru, gua ga comfort ama badan gua yang belum mandi”
jawabku
“ OK, kalau begitu
pendapatku tentang kamu salah besar. Kamu memang cewe bunglon yang profesional,
lebih daripada bunglon itu sendiri” balasnya dingin
“ Ok-Ok mau kamu apa sih?” tanyaku mulai kesal
“ Saya mau kita bicara
tentang kita” jawabnya dingin, lebih dingin daripada sebelumnya
“ Tentang kita? Kita apaan?”
tanyaku pura-pura bodoh
“ Jangan munafik tuan putri.
Maksudku tentang hubungan kita selama ini? Mengapa tiba-tiba kamu menjauh dari
saya dan menganggap seolah saya tidak ada? Saya salah apa? Tolong bicara,
jangan mendiamkan saya begitu saja!” jelasnya
Baru kali itu aku melihat
kegundahan dan rasa kecewa yang besar dari sorot matanya yang sayu, bukannya
tajam seperti biasanya.
“ Kita…kita sudah selesai
sampai disini saja” jawabku sambil menunduk, aku tak tahan melihat sorot
matanya itu
“ Tapi mengapa? Apakah saya
melakukan kesalahan? Marun jangan diam saja?” dia bertanya sambil menguncangkan
tubuhku
“ Kamu..kamu SALAH!! Kamu
sudah menghancurkan persahabatanku!! Karier Cheers ku sampai … semuanya!!
Gara-gara kamu aku jadi begini!!” jawabku berusaha untuk tegar
“ Memang kamu sekarang
kenapa? Saya lihat kamu normal”
“ Normal?” potongku, “
Normal katamu? Aku hampir saja menghancurkan persahabatanku karena kamu!! Aku
dikucilkan karena KAMU!! PERGI dari hadapanku sekarang dan SELAMANYA!!”
teriakku sengit
“ Asal kamu tahu saja. Saya
benar-benar tersanjung pernah menjadi boneka bodoh permainan kamu. Perasaan
saya ini suci, memang tidak boleh dikotori oleh kepicikkanmu yang besar itu.
Maaf, saya salah menilai kamu. Saya kira kamu benar-benar baik, manis dan dapat
menerima keadaan orang lain apa adanya. Kamu bebeda dari cewe yang lain, yang
lebih mementingkan penampilan luar dari pada penampilan hatinya. Ternyata itu
hanya salah satu trik kamu saja! Supaya puas membuat saya hancur dan dijadikan
untuk lelucon untuk esok hari bersama temen-teman Cheersmu dan pujaan hatimu
para pe-Basket yang BEROTAK itu! Baik…saya akan pergi. Maaf telah mengganggumu
Tuan Putri” Sidik lalu berbalik memunggungiku dan pergi sampai ia hilang dari
penglihatanku yang kabur karena digenangi air mata yang tak kuasa aku tahan
sedari tadi. Bukan, bukan begitu maksudku!! Mengapa aku begitu munafik
terhadapnya dan diriku sendiri? Padahal jelas-jelas aku sangat menyayanginya..
sampai detik ini, dan ku rasa selamanya….
Aku berusaha untuk meminta
maaf padanya dengan jalan memberikannya surat permohonan maaf yang kuselipkan
di loker bukunya tiap jam istirahat, langsung bertemu dengannya di perpustakaan
bahkan mendatangi rumahnya yang ditolak mentah-mentah olehnya…
Penyesalan yang kurasakan
sekarang…seperti melepaskan berlian yang sangat berharga dan menyisakan goresan
dalam pada permukaannya. Sekarang kudengar Sidik sekolah di Fakultas Kedokteran
di Jepang. Aku hanya berharap dia bisa mengetahui bagaimana perasaanku padanya
yang sesungguhnya, dan dapat menatap kembali sepasang sorot mata tertajam dan
terindah yang tak mungkin ku lupakan seumur hidupku.. Sidik, jika engkau
membaca tulisan ini, kuharap engkau bisa mengerti dan tersenyum kembali untuk
mendapatkan seseorang yang lebih baik lagi dari padaku….