Jumat, 21 Juni 2013

Penyesalanku



Sidik, nama yang indah bukan? Ya, sama seperti hatinya. Aku sangat menyukai Sidik seperti aku menyukai CD Westlife yang kuputar berulang-ulang di mobilku saat perjalanan berangkat atau pulang sekolah, tapi ku taruh di bawah Runk, maksudku, kusembunyikan ketika sampai di sekolah atau saat aku pergi bersama teman-temanku untuk diganti dengan CD Ja-Rule, Ludacris dan banyak penyanyi Hip - Hop lainnya.
Sidik adalah cowo yang dianggap Freak karena sifatnya yang pendiam, penyendiri, kutu buku dan ketua Komunitas Perpustakaan sekolah. Berlainan sekali denganku yang seorang Ketua cheerleader sekolah, ramah, supel, banyak dikagumi orang dan dipuja seluruh cowo disekolah, mungkin terkecuali Sidik.
Aku bertemu dengannya ketika aku mencari buku biografi salah satu penyair terkemuka di Indonesia. Aku kebingungan setengah mati mencari buku tersebut sampai Sidik datang dan…
“ Selamat siang, kamu yakin kamu gak salah masuk ruangan? Ruang latihan Cheerleader ada di depan sana, ini  PER-PUS-TA-KA-AN!!” sapa Sidik yang lugas dan menurutku sangat kurang ajar.
“ Ya?! Saya tidak salah masuk ruangan kok! Saya memang mencari buku..” jawabku sengit, sembari menatap matanya yang tajam, aku bisa merasakan sesuatu dibalik tatapannya itu.
“ Coba sini kulihat judul bukunya..” tawar Sidik tampak menyesali perkataannya yang pedas sebelumnya. Setelah aku berikan judul buku yang kucari, ia langsung tahu dimana letak persisnya buku tersebut dan menunjukkannya padaku.
“ Yakin kamu bisa mengambil buku? Buku-kan kotak? Atau kamu sudah latihan untuk melepaskan Pom-pom?” kata Sidik dingin. Aku membalasnya hanya dengan senyuman pahit mengharapkan dia pergi jauh dan tak usah menggangguku lagi. Iapun pergi setelah menyindirku dan akupun bergegas pergi meninggalkan ruangan super aneh yang pantas dijauhi oleh siapapun.

“ Huh!! Sombong amat si tuh anak?” omelku sembari menyetir mobil
“ Siapa sih Run? Kaya’nya BT banget lu ama dia?” tanya Sella
“ Itu tuh..ketua Komunitas Perpustakaan sekolah.. siapa sih namanya?” tanyaku lagi
“Ooo don’t you mean the lonny-moony Sidik?” jawab Ayu tak percaya
“ Apa? Sidik? Emang ada ya temen sekolah kita yang namanya Sidik?” tanyaku lagi
“ Ya..namanya Sidik Hassanudin, anak 3 IPA 3, kelas favorite tuh!!” tambah Chery
“ Emangnya lo diapain ama tuh anak sih Run?” tanya Sella
“ Ya, kalo ada apa-apa biar gua yang hajar aja!” timpal Margareth
“ He-eh nggak kok! Cuman nyebelin aja kalo di sapa..” jawabku
“ Ngapain lo nyapa dia seeh?? Ihhh najis tujuh puluh tujuh turunan deh?!!” Ayu kaget tak karuan
“ Ya.. gua ketemu dia waktu gua lagi nyari buku biografinya Chairil Anwar” jawabku pelan mencoba membuat suasana tenang kembali
“ Ya.. ati-ati aja Run, kalo tiba-tiba dia melet lo gimana? Kan sayang tuh si Alex.. mendingan bwat gua aja” sela Chery santai
“ Yeee maunya” seruku, Ayu, Margareth dan Sella berbarengan
Setelah mengantarkan mereka bertiga pulang ke rumah masing-masing, aku mulai mengganti hingar-bingarnya music Hip-hop dengan music pop kesukaanku yang dibawakan dengan apik oleh grup musik kesukaanku Westlife. Dalam perjalanan, entah mengapa yang biasanya aku selalu bersenandung menyanyikan lagu mereka (westlife) tapi sekarang malah asyik memikirkan Sidik, cowo yang sangat menyebalkan tapi memiliki karisma yang luar biasa dimataku.
“ Aku pulang” sapaku pada seluruh anggota keluarga yang sedang berkumpul di ruang keluarga
“ Malam Run, capek Nak? Oya tadi ada telefon dari Alex, katanya dia akan nelfon kamu sebentar lagi” kata Mama menyambut kedatanganku dengan ciuman hangat di pipiku.
“ Oya? Ya udah Ma, aku mau mandi dulu ya?”
“ Jangan lupa makan malamnya ya Nak?”
“ Yap!” kataku sambil buru-buru masuk kamar untuk segera mandi melepas lelah dan penat seharian di sekolah tadi.
‘ KRING – KRING’
“ Halo?” sapaku
“ Marun ya? Ini Alex”
“ Alex? Ada apa?”
“ Besok bisa jalan ga?”
“ Mmm abis latihan cheers OK?”
“ Sip! Bye”
“ Bye.. juga” aku menutup telefon dan tersenyum sendiri sambil membayangkan bagaimana nantinya acara date besok bersama Sidik, ups, maksudku Alex.

“ Mau kemana lo jam istirahat gini?” tanya Ayu
“ Bentar ya? Ada urusan..bye” pamitku pada teman-temanku
“ Kemana tuh anak? Tumbenan ada urusan jam istirahat?” tanya Chery
“ Paling juga pengen ketemu Alex” jawab Sella santai
“ Apa? Alex? Licik nggak ngajak-ngajak!” geram Chery iri
“ Ahh lagiankan yang diajak date itukan Marun, bukannya elo Sel” sela Margareth santai
“ Biarin..yang penting gua terus berusaha untuk dapatin Alex jadi cowo gua!” tekad Chery bulat
“ Yayaya” jawab Sella , Ayu dan Margareth berbarengan

Aku berjalan perlahan diantara puluhan deret rak buku yang penuh buku, sambil mengharapkan aku bertemu sepasang mata tajam yang kukagumi itu. Ya, itu dia. Duduk tenang di bangku baca, tatapan tajam lurus, serius dan meluluhkan hati. Aku hanya bisa diam menatapnya dari kejauhan. Aku merasa malu untuk mendekatinya, karena aku adalah Ketua Cheers, masa ngobrol ama anak aneh sih?
Tapi tak tahu apa yang merasuki tubuhku membuatku berjalan mendekatinya dan menyentuh pundaknya…ia terkejut dan menyapaku, kali ini dia berprilaku manis tehadapku..
“ Eh…Marun, ada perlu apa lagi? Cari buku lagi?” tanyanya sopan
“ Eeee.. nggak cuman pengen tau buku apa sih yang kamu baca? Kaya’nya rame banget tuh!” jawabku berusaha tak terlihat gugup dihadapannya.
“ Ini? Ini buku Seven Habbits yang terbaru. Mau baca?” tawarnya
“ Mmm memang kamu sudah selesai membaca?” tanyaku ragu-ragu
“ Belum, tapi kalau kamu mau, kamu bisa meminjamnya dulu, setelah itu baru giliran saya meneruskan membaca” jawabnya kalem
“ Boleh.. kayanya banyak ilmu nya gitu?!”
“ Bisa dibilang gitu. Oya aku masih punya banyak buku-buku psikologi yang lain kok, kalau kamu mau?!”
“ Yes, sure.”
Kamipun berbicara satu sama lain sampai waktu istirahat habis dan meneruskan pembicaraan kami pada saat pulang sekolah, sampai-sampai aku lupa untuk mengantar pulang temen-temanku.
Selama seminggu terakhir kami selalu menghabiskan waktu bersama. Menurutku dia benar-benar luar biasa! Mulai dari otak yang encer, pengetahuan umum yang luas sampai tahu bagaimana memperlakukan wanita dengan sangat gentle! Waduh gawat , sepertinya aku jatuh hati pada Sidik, cowo yang selama ini kuanggap aneh bahkan tidak ada di dunia ini. Selama kami bersama, aku selalu melupakan rutinitasku sehari-hari. Mulai mengantar pulang teman-temanku, sampai lupa untuk latihan Cheers, apalagi acara date sama Alex!
“ Run!! Belakangan ini lo super aneh ya? Kemana aja sih lo? Lo belum pernah latihan gerakan baru kitakan? Kita mau audisi 5 hari lagi Mbak?” Chery protes
“ Iya Run, ada apa sih? Kok sampe segitunya ama kita? Kita ada salah?” tanya Ayu
“ He-eh nggak-nggak. Gua cuman sibuk ama urusan gua” jawabku
“ Urusan apa sih yang lebih penting daripada latihan gerakan baru kita? Baru kali ini lo kita bikin gerakan baru tanpa elo! Kalo nungguin lo terus bisa-bisa kita kalah audisi!” cerocos Margareth
“ Oya.. gerakan baru ya? Gua belon afal nih?” aku kebingungan sendiri
“ Ya udah.. ni gua bawa VCD gerakan kita yang terbaru. Lo latihan sendiri di rumah aja, OK?” Sella menyerahkan VCD padaku
“ Tapikan sekarang malam minggu?” tanyaku
“ Memang nya lo ada date ama Alex?” balas Sella bertanya lagi
“ Nggak sih.. tapi.. ga bisa?!”
“ Ya ampun Run, masa’ bwat audisi lo masih ada alasan gak bisa?” tanya Ayu tak percaya
“ Nggak bukan gitu. Maksud dia pasti dia ada acara keluarga? Gitukan Run?” jawab Sella super bijak
“ Tul..lagian Ga apa-apa kok! Malam ini gua bakal latihan OK?” jawabku
“ Ya baguslah.. setidaknya kita ga harus capek-capek ngelatih elo!” sela Margareth
“ Kebalik ya? Mestinya lo yang ngelatih kita! Bukan kita yang ngelatih elo!” ketus Chery
“ Udah-udah..sekarang mendingan lo balik gih! Latihan sana!” suruh Sella
“ Thanks guys you all the best!” aku berterima kasih
“ Ya! Awas aja kalo belon afal pas mau audisi! Bisa-bisa gua rebut tu Alex!” ancam Chery
“ Gua pasti afal!! Lagian..makan tuh yang namanya Alex! Bener-bener cowo cantik nggak berotak tuh anak!” jawabku sambil ngeloyor pergi
“ Bener? Asyik!! Akhirnya Alex bwat gua!! Thanks ya Run, ati-ati dijalan ya?” seru Chery senang ga karuan

Setelah menerima VCD itu, aku bergegas pulang dan latihan. Kebetulan VCD player di kamarku rusak, jadi aku menggunakan VCD player yang ada di ruang tengah untuk latihan. Untungnya semua anggota keluargaku sedang pergi berbelanja bulanan dan aku ditinggal sendiri, itu berarti aku bisa latihan dengan puas tanpa ada gangguan.
Kunyalakan semua lampu di ruangan itu, kusetel keras-keras musiknya dan mulai berlatih gerakan baru kami. Saat itu aku hanya menggunakan bra dan hotpants saja, karena menurutku itu adalah pakaian yang paling nyaman dikenakan ketika latihan gerakan cheers. Akupun bergoyang dan meloncat mengikuti gerakan apa yang ada di VCD sampai aku hafal semua. Setelah selesai latihan, aku mendengar tepukan tangan dari arah teras rumah. Aku kaget setengah mati, karena ternyata aku lupa menutup gorden yang langsung menghadap teras rumah! Aku buru-buru menutupi tubuhku dengan selimut seadanya dan melabrak siapa gerangan yang kurang ajar mengintipku.
“ Si-Sidik? Ngapain kamu disini?” tanyaku heran sambil membenahi posisi selimut yang menutupi tubuhku
“ E e aku mau mengembalikan agenda kamu yang tertinggal diperpustakaan waktu istirahat tadi” jawab Sidik menunduk sembari menunjukkan agendaku.
“ Kamu tadi melihat aku lagi latihan?” tanyaku ragu-ragu
“ Maaf ya? Saya nggak sengaja melihat pemandangan super indah yang di anugrahi Tuhan pada saya itu. Maafkan saya...saya benar-benar tidak sengaja” jawabnya pelan sambil lebih menundukkan kepalanya.
“ Oya makasih. Masuk yuk?” ajakku, aku sendiri bingung kenapa malah justru mengundangnya untuk masuk ke dalam rumah
“ I-iya, tapi kamu ganti baju dulu sana!” tawar Sidik
“ Oya… masuk dan silakan duduk! Aku ganti baju dulu ya?”
“ Ya”
Aku buru-buru masuk kamar dan kebingungan setengah mati. Waduh muka kaya’ gini kok ketemu Sidik sih? Mana nggak ada ide pake baju apa? Udah..pake kaos dan celana jeans ajakan beres!
“ Ga usah repot-repot Run” tolak Sidik sopan ketika aku menyodorkan segelas Coke padanya, “ Oya..malem minggu gini kamu ga nge-date?” tanyanya ragu-ragu
“ Nggak! Aku harus ngapalin gerakan baru cheers, kamu tahukan? Lagiankan ada Sidik yang datang kesini?!” godaku
“ Hahaha bisa saja kamu” jawabnya riang terlihat warna kemerahan di pipinya. Entah mengapa, tiap kali aku melihat mata yang tajam itu menyiratkan kebahagiaan, aku juga ikut tersenyum. Rasanya benar-benar menemukan soul mate yang sebenarnya. Malam itu kami habiskan dengan mengobrol dan nonton tv bersama. Pulangnya ia pamit dan tiba-tiba mencium keningku pelan…
“ Selamat malam Marun, permisi” pamitnya sopan
Aku hanya bisa membalas dengan senyuman dan melihatnya berbalik memunggungiku dan pergi. Oh Tuhan, rasanya aku benas-benar jatuh cinta pada Sidik, dan tampaknya aku tidak bertepuk sebelah tangan. Sesudah malam itu kami jadi lebih sering menghabiskan waktu bersama di perpustakaan atau diteras rumahku sambil membahas mata pelajaran yang menurutku sulit. Itu adalah masa yang benar-benar membahagiakanku. Tapi gerak-gerik aneh dilakukan oleh teman-temanku, mereka mulai menjauhiku dan tak acuh padaku. Tak apa, yang penting aku bersama Sidik, itu sudah cukup bagiku.

“ Mau ngapain tu anak kemari?” tanya Chery sembari menunjukkan mimik wajah yang jijik
“ Memang kenapa?” tanyaku lagi
“ Ya..ga biasanya anak freak dateng ke audisi cheers!! Mana senyum-senyum sama elo segala lagi? Bukannya lo BT ama dia?” cerocos Chery lagi
“ Iya Run, kok tumbenan ya?” tanya Sella
“ Biarin aja dong!! Memang salah ya kalo dia datang kesini? Kalian bisa-kan menghargai orang lain walaupun sedikit?!” jawabku ketus, tak kuat menahan marah karena perkataan pedas Chery
“ Biasa dong Run. Pantesan lo berubah banget!! Ga biasanya lo begini! Ga tanggung jawab ama cheers, cuek ama kita dan lo dah nyakitin perasaan Alex tau? Ninggalin dia sendirian di CafĂ©? Wow BRILIAN !!!” giliran Margareth menghakimiku
“ Alex? Bullshit with him!! Itukan punya Chery! Lagian gua masih bisa ngejar ketinggalan gua kok!” belaku sengit
“ Run-Run, bukannya gitu. Kita ngelihat perubahan yang nggak singkron di diri lo! Gitu aja kok!” tengah Sella bijak
“ Iya Run, bukan maksud gua ngejek si Sidik itu. Tapikan lihat dong! Ngaca! Lo tuh ketua Cheers dan dia ketua Komunitas Perpustakaan! Satu bintangnya sekolah, satunya lagi badut sekolah?! Jauh bangetkan? Langit ama bumi aja masih mending?!” Chery sewot
“ Dan Run, asal lo inget ya?! Kita tu tau betul gimana elo, jadi kita tahu betul kalo si Sidik itu gak pantes buat elo!! Memangnya cowo cuman Si Aneh itu aja ya?” timpal Ayu
“ Terserah!! Yang penting dia baik titik! Nggak kaya’ Alex yang maunya status doang!” balasku lagi sambil berlari ke kamar mandi.
Untungnya aku bisa mengendalikan emosiku dan dapat tampil sempurna dan kompak di hadapan juri yang membuahkan keberhasilan, grup Cheers kami maju ke babak selanjutnya di Jakarta bulan depan! Ketika pengumuman dibacakan, Alex langsung memelukku, aku berontak melepaskan diri dan berharap Sidik tak melihat adegan ini.

Setelah hari audisi tersebut, aku mulai memikirkan kembali hubunganku dengan Sidik. Memang selama kami berhubungan, aku mulai kacau. Mulai dari persahabatanku yang hampir saja hancur karena pertengkaran sengit antara aku dengan Chery, Ayu dan Margareth, dijauhi sahabatku sendiri, sampai  jadwal latihan Cheersku yang berantakan. Setelah berfikir sekian waktu, akupun membuat keputusan untuk menjauhi Sidik dan tak mau berhubungan lagi dengan Sidik. Berat memang, tapi kalau bandingannya sahabatku, aku pasti memilih untuk tetap mempertahankan persahabatanku.
Sekarang, tiap kali aku berpapasan dengannya, aku selalu membuang wajahku dan bersikap seolah-olah Sidik tidak ada lagi di dunia ini. Aku selalu menolak tiap kali dia menelfon dan berusaha bertemu denganku disaat istirahat. Sampai akhirnya suatu hari dia berhasil menemukan aku sendirian di lorong sekolah sepulang aku latihan Cheers.
“ Capek? Ada waktu untuk kita bicara? Atau kamu merasa terlalu mahal untuk bisa diajak negosiasi?” tanya dingin, sorot matanya kali ini berbeda dengan sebelumnya. Tak ada kesenangan sedikitpun di matanya. Aku, jujur saja malas menanggapi ajakannya yang pasti jika terlihat teman-temanku akan membuahkan persoalan lagi.
“ Aku capek banget nih?! Abis latihan gerakan baru, gua ga comfort ama badan gua yang belum mandi” jawabku
“ OK, kalau begitu pendapatku tentang kamu salah besar. Kamu memang cewe bunglon yang profesional, lebih daripada bunglon itu sendiri” balasnya dingin
“ Ok-Ok  mau kamu apa sih?” tanyaku mulai kesal
“ Saya mau kita bicara tentang kita” jawabnya dingin, lebih dingin daripada sebelumnya
“ Tentang kita? Kita apaan?” tanyaku pura-pura bodoh
“ Jangan munafik tuan putri. Maksudku tentang hubungan kita selama ini? Mengapa tiba-tiba kamu menjauh dari saya dan menganggap seolah saya tidak ada? Saya salah apa? Tolong bicara, jangan mendiamkan saya begitu saja!” jelasnya
Baru kali itu aku melihat kegundahan dan rasa kecewa yang besar dari sorot matanya yang sayu, bukannya tajam seperti biasanya.
“ Kita…kita sudah selesai sampai disini saja” jawabku sambil menunduk, aku tak tahan melihat sorot matanya itu
“ Tapi mengapa? Apakah saya melakukan kesalahan? Marun jangan diam saja?” dia bertanya sambil menguncangkan tubuhku
“ Kamu..kamu SALAH!! Kamu sudah menghancurkan persahabatanku!! Karier Cheers ku sampai … semuanya!! Gara-gara kamu aku jadi begini!!” jawabku berusaha untuk tegar
“ Memang kamu sekarang kenapa? Saya lihat kamu normal”
“ Normal?” potongku, “ Normal katamu? Aku hampir saja menghancurkan persahabatanku karena kamu!! Aku dikucilkan karena KAMU!! PERGI dari hadapanku sekarang dan SELAMANYA!!” teriakku sengit
“ Asal kamu tahu saja. Saya benar-benar tersanjung pernah menjadi boneka bodoh permainan kamu. Perasaan saya ini suci, memang tidak boleh dikotori oleh kepicikkanmu yang besar itu. Maaf, saya salah menilai kamu. Saya kira kamu benar-benar baik, manis dan dapat menerima keadaan orang lain apa adanya. Kamu bebeda dari cewe yang lain, yang lebih mementingkan penampilan luar dari pada penampilan hatinya. Ternyata itu hanya salah satu trik kamu saja! Supaya puas membuat saya hancur dan dijadikan untuk lelucon untuk esok hari bersama temen-teman Cheersmu dan pujaan hatimu para pe-Basket yang BEROTAK itu! Baik…saya akan pergi. Maaf telah mengganggumu Tuan Putri” Sidik lalu berbalik memunggungiku dan pergi sampai ia hilang dari penglihatanku yang kabur karena digenangi air mata yang tak kuasa aku tahan sedari tadi. Bukan, bukan begitu maksudku!! Mengapa aku begitu munafik terhadapnya dan diriku sendiri? Padahal jelas-jelas aku sangat menyayanginya.. sampai detik ini, dan ku rasa selamanya….
Aku berusaha untuk meminta maaf padanya dengan jalan memberikannya surat permohonan maaf yang kuselipkan di loker bukunya tiap jam istirahat, langsung bertemu dengannya di perpustakaan bahkan mendatangi rumahnya yang ditolak mentah-mentah olehnya…
Penyesalan yang kurasakan sekarang…seperti melepaskan berlian yang sangat berharga dan menyisakan goresan dalam pada permukaannya. Sekarang kudengar Sidik sekolah di Fakultas Kedokteran di Jepang. Aku hanya berharap dia bisa mengetahui bagaimana perasaanku padanya yang sesungguhnya, dan dapat menatap kembali sepasang sorot mata tertajam dan terindah yang tak mungkin ku lupakan seumur hidupku.. Sidik, jika engkau membaca tulisan ini, kuharap engkau bisa mengerti dan tersenyum kembali untuk mendapatkan seseorang yang lebih baik lagi dari padaku….

R 3 Juni 2004

Tidak ada komentar: