“ Huah, panas banget ya” ujar
Marun sambil menyeka keringat yang menetes dari dahinya, terik matahari memang
sangat galak menunjukkan sinarnya siang ini. Marun meneruskan langkahnya sambil
sedikit tergopoh menuju pinggir tambak udang terhampar luas didepannya.
“Yap, sudah di waypoint, nomor 103 ya Ma” Marun sedikit
berteriak, diikuti anggukan kepala Norma, sahabatnya, sembari mencatat di lembar
kerjanya.
“Run, mau kesana gak?” tanya Adi,
teman sekantor Marun yang juga ikut dalam survey hari ini.
“Hah? Emang perlu ya?” tanya
Marun sambil mengernyitkan dahinya, enggan berpijak lagi, sudah terlalu lelah
“Ya perlu dong Run, kan disitu
ada obyek aktifitas manusia lain yang perlu kita survey” jawab Adi meyakinkan
Marun untuk mengumpulkan lagi semangatnya. Adi menatap Marun lama sambil
tersenyum, mengangukan kepala tanda mengajaknya.
“Oke” jawab Marun lemah sambil
beranjak pergi menuju lokasi berikutnya, mengejar ketertinggalannya mengikuti
langkah-langkah panjang Adi.
“Mbaaaaa, aku sama Dwi tunggu disini
yaa, panas!!” seru Norma pada Marun yang dibalas Marun dengan acungan
jempolnya.
“Bang, tunggu dong! Lo kan
panjang kakinya, gue nggak bisa nyamain lo!” seru Marun sembari berlari kecil
menyusul Adi, Marun memang menyebut Adi dengan sebutan Abang karena umur Adi
yang jauh lebih tua dan sudah ia anggap seperti kakaknya.
“Hehehehe maaf Run, biar cepet
selesai untuk hari ini, jadi kita bisa buru-buru balik ke hotel buat istirahat”
jawab Adi
“Iya tapi lo jangan ninggalin
lah, capek tau!” balas Marun sengit
“Iya iya ini ditungguin” Adi
lantas melambatkan langkahnya, menyodorkan tangannya untuk membantu Marun naik
ke tempat mereka berdiri sekarang. Mereka sampai di tepi jurang pantai yang
menghadap laut Bali di utara pulau Dewata itu. Air laut yang biru, dengan
gelombang yang tidak terlalu besar, menderu deru mencapai pantai berpasir putih
yang sempit jauh dibawah sana. Angin meniup mereka memberikan kesegaran disela
kelelahan.
“Wooow” Marun tercengang melihat
pemandangan yang mereka dapat saat ini.
“Keren ya Run” balas Adi sambil
melirik ke arah Marun
“Iya, keren, untung lo keukeuh
ajak gue kesini ya Bang” balas Marun lagi
“Berarti insting gue lebih bagus
daripada lo ya Run” canda Adi
“What?”
“Hahahaha canda Run” sembari
mengacak-acak rambut Marun yang sudah berantakan tertiup angin. Marun ikut
tertawa sembari melirik ke arah Adi, entah mengapa mata Adi yang berwarna
cokelat terang saat ini terlihat sangat indah menghiasi wajah Adi yang
kemerahan tertimpa teriknya matahari.
“Yuk kita balik” ajak Marun
sambil menarik tangan Adi.
“Wah mba tega nih gak ajak kita
ke pantai tadi” ujar Norma di mobil dalam perjalanan kembali menuju hotel
tempat mereka menginap
“Hehehe itu juga nggak sengaja
dapet pantai Ma, gue nggak kira ada pantai disana, padahal udah bawa GPS hahahaha” jawab Marun sambil
menyandarkan kepalanya ke headrest.
“Bagus ya mba?” tanya Dwi
“Bagus Wi, keren banget! Sayang kalian
nggak lihat ya” jawab Adi, sambil melirik ke arah Marun yang diikuti lirikan
Marun, mata mereka bertemu sesaat, Marun segera memalingkan matanya melihat ke
arah luar jendela mobil.
“ Hmmm, awas ya kalo nanti-nanti
nggak kasih tau kalo dapet obyek yang bagus! Tega banget nih mbak Marun sama
Bli Adi ninggalin kita” seru Norma lagi
“Iya iya Ma, maaf ya, tadi rejeki
gue ama Abang aja tuh hihihi” balas Marun.
Sesampainya di hotel mereka
bergegas memasuki kamar tidur masing-masing. Marun dan Adi masing-masing tidur
sendiri, sedangkan Norma dan Dwi tidur sekamar. Marun lantas merebahkan
tubuhnya di kasur, sambil memejamkan matanya erat-erat, menarik nafas panjang,
kepalanya penuh pikiran yang sama sekali tidak disangkanya, kepalanya memikirkan
momen dipinggir pantai saat survey tadi bersama Adi. Mengapa tiba-tiba ada rasa
ketertarikan saat melihat matanya? Benarkah? Marun segera bangun melepaskan kacamatanya,
dan melihat sosok Adi berjalan melintasi depan kamarnya dan mengetuk pintu
kamarnya.
Marun bergegas membuka pintu
kamarnya, dan Adi sudah berdiri didepannya, menggunakan t-shirt santai warna
biru dan celana pendek serta sendal capit.
“Run, lo tidur ya?” tanya Adi
“Nggak, kenapa Bang?” tanya Marun
lagi
“Oh, beneran nggak tidur?” tanya
Adi lagi sambil tersenyum lebar “Kita snorkling
yuk!” ajak Adi
Marun mengernyitkan alisnya
sesaat , “Dimana?” tanya Marun
“Tuuuh! Pantai di depan jalan,
tinggal jalan sedikit” jawab Adi bersemangat
“Oh, ayuk!” seru Marun , Marun
tak khawatir akan kelelahan walau esok masih harus meneruskan survey lagi,
dikepalanya saat ini terlalui senang karena akan snorkling dan yang paling membuatnya senang adalah bersama Adi.
“Mau makan siang dimana nih?” tanya
Marun kepada teman-temannya sambil terus fokus ke arah depan mengendalikan
mobilnya, ini adalah hari terakhir mereka survey lokasi pendataan.
“Di deket hotel aja Run” jawab
Adi pelan sambil memandang Marun, Marun sedikit meliriknya dan kembali
memalingkan matanya ke arah jalan, hatinya senang bukan main bisa menatap mata
Adi walau sepersekian detik.
“Disitu aja mbak! Taman Wana
Villas, seru kali ya makan dipinggir danau” rayu Norma bersemangat sambil
menunjuk ke papan reklame hotel dipinggir jalan.
“Ooh iya mba, kayaknya seru tuh
makan siang disana, kan bisa dapet foto-foto yang bagus juga” timpal Dwi
“Nampaknya jauh” balas Marun
lemas, ia mulai kelalahan menyetir sambil menahan perutnya yang lapar.
“Gue aja yang nyetir ya, gantian,
kasian lo udah capek dari tadi yang nyetir” tawar Adi, Marun tersenyum menerima
tawaran Adi, segera menepikan mobil dan bertukar posisi dengan Adi. Merasakan
sedikit kelegaan karena tidak harus fokus menyetir sembari menahan lapar yang
sudah dari tadi ia rasakan.
Dalam perjalanan menuju tempat
makan siang, mereka melalui daerah yang sangat cantik dan menawan, terdapat
hamparan sawah yang luas dan menghijau tertata rapi lengkap dengan jalan aspal
kecil yang hanya cukup dilalui oleh satu kendaraan saja. Mereka bersemangat berfoto-foto
dan menikmati pemandangan yang indah dan tentu saja makin girang ketika
mengetahui ternyata Villa yang mereka tuju terletak sangat terpencil, rapi,
bersih, mewah sekaligus romatis.
Dengan semangat mereka menuju
restoran dan memesan makanan untuk memenuhi gejolak laparnya perut yang sudah
datang sedari tadi. Sambil menunggu menu makanan jadi, mereka bergantian untuk
berfoto dipinggir kolam renang yang berada tepat didepan restoran yang
menghadap langsung ke danau luas yang airnya terhampar tenang. Sungguh
pemandangan indah yang sangat sayang jika dilewatkan tanpa ada dokumentasi.
“Woooow” Marun terdiam sambil
mencelupkan ujung kakinya kedalam air kolam renang, duduk terdiam menikmati
pemandangan yang memanjakan matanya saat ini.
“Run, kok melamun” Adi
membuyarkan lamunan Marun, duduk disebelahnya ikut memainkan kakinya di dalam
air kolam renang yang dingin
“Bukan melamun Bang, tapi
menikmati pemandangan danau noh! Cakep banget! Mata jadi adem” jawab Marun sambil
tersenyum, menatap mata cokelat Adi yang bersinar terang tertimpa sinar
Matahari.
“Oh kirain melamun mikirin seseorang
yang di Jakarta” jawab Adi tersenyum manis
“Nggak Bang, hehehehe” jawab
Marun sambil menundukkan kepalanya, ia menepis pikirannya untuk mengingat siapa
yang dimaksud oleh Adi tadi.
“Yuk makan” ajak Adi bangkit,
diikuti Marun yang juga bangkit bersemangat akan menyantap makan siangnya yang
sangat spesial hari ini.
Marun melangkah pelan menuju pintu
kamar, mengetuk pintu dan menunggu untuk dibukakan pintunya. Adi membuka
pintunya, telanjang dada dan mengenakan celana pendek, tercium wangi sabun
pertanda baru saja mandi, wajahnya tersenyum sembari membuka pintu
mempersilahkan Marun untuk masuk ke kamarnya, Marun memejamkan matanya sesaat
menikmati sensasi wangi yang menggelitik indera penciumannya.
“Ada apa neng?” tanya Adi sambil
mempersilahkan Marun untuk duduk di bangku tamu
“Hmmm mau ajakin Abang” jawab
Marun pelan
“Kemana?” tanya Adi
“Ke cafe di hotel yang tadi siang
Abang tunjukin waktu mau pulang kesini” jawab Marun mantap
“Ngapain kesana?” tanya Adi lagi
sambil mengenakan kaos santai warna oranye kalem bertuliskan club motor gede
favoritnya.
“Mau minta temenin minum wine” jawab Marun agak ragu
“Wine? Beneran?” tanya Adi lagi, tak percaya dengan apa yang baru
saja diucapkan oleh Marun
“Iya Bang, mau white wine atau red wine, penasaran banget Bang”
“Ajakin Norma sama Dwi gak?”
tanya Adi
“Terserah” jawab Marun cepat
“Nggak usahlah ya, mereka mungkin
nggak bakalan mau, lagian udah malam juga, palingan udah pada tidur” jawab Adi,
yang disertai anggukan kepala Marun, lantas Marun menarik tangan Adi untuk
bergegas berangkat.
Dengan langkah pelan mereka
menyelinap keluar hotel menuju parkir mobil dan berangkat menuju hotel lain
yang tidak jauh dari hotel tempat mereka menginap. Sesampainya disana, mereka
segera memesan red wine untuk Adi dan
white wine untuk Marun.
Mereka memiliki tradisi ketika
menginap di hotel tempat survey pendataan atau acara-acara kantor, yaitu
menikmati signature wine atau wine khas daerah masing-masing hotel
tersebut berada. Mereka duduk berhadapan di meja kecil di pojok café menghadap
ke kolam ikan yang terdapat di tengah hotel. Dengan diiringin gemericik suara
air yang mengalir dari pompa air, mereka menikmati indahnya malam ditemani
dengan segelas wine favoritnya
masing-masing sambil mengobrol dan bercanda tertawa melepas kelelahan setelah
seharian survey.
“Bang, toast!” ajak Marun, Adi lantas mengangkat gelasnya lalu saling
toast, dan meminum winenya pelan. Mata mereka saling menatap sembari menikmati
rasa pahit wine yang menghangatkan tubuh.
Marun enggan menyudahi pertemuan
mata mereka, sangat nikmat menikmati tatapan mata cokelat Adi yang indah
menentramkan hatinya yang entah sudah sangat lama tidak pernah merasakan
kebahagiaan yang berasal dari hanya dari pandangan mata seseorang. Marun
menikmati setiap senti wajah Adi yang baru ia sadari setelah sekian lama
menjadi teman sekantornya, ia menyadari bahwa ternyata alis Adi berwarna hitam
kelam tersusun rapi membingkai wajahnya yang tampan, hidung mancung bertengger
tepat diantara mata cokelatnya yang indah. Marun terkesima saat menatap lama
wajah pria didepannya, sambil terus meminum minumannya sampai-sampai ia refill sampai dua kali.
“Run, pulang yuk!” ajak Adi
sambil menatap serius mata Marun, Marun saat ini sedikit kesulitan untuk
memfokuskan pikirannya karena kepalanya terasa sedikit pusing dan berat.
“Iya Bang” jawab Marun pelan
sembari bangkit dari tempat duduknya. Marun berjalan pelan, berusaha untuk
tetap bisa berjalan lurus menuju parkiran mobil.
Sesampainya di hotel, Marun menggenggam
tangan Adi, mengajaknya untuk mengantarkan ia sampai ke kamarnya, karena memang
kamarnya terletak dipinggir kolam renang yang harus melewati jalan setapak,
Marun khawatir akan kehilangan keseimbangannya karena rasanya kepalanya sudah
sangat berat ingin segera rebahan di kasur.
“Makasih Bang, for this wonderful night” ujar Marun
sambil tersenyum menatap mata Adi dalam-dalam
“Iya Run, sama-sama, Abang juga
seneng malam ini” jawab Adi pelan.
Hati Marun terus enggan untuk
berpisah dari tatapan mata indah Adi, entah keberanian dari mana, Marun mengusap
pipi Adi pelan. Adi terlihat sedikit terkejut, namun dengan cepat mengendalikan
dirinya kembali. Adi menatap dalam mata Marun dan menundukkan kepalanya, mendekatkan
bibirnya ke bibir Marun.
Bibir mereka bertemu dalam
lumatan lembut. Marun dapat mencium aroma nafas Adi, mendengarkan suara kecupan
bibir mereka, dan menikmati sensasi deru debar jantungnya yang memompakan
darahnya berkali-kali lebih cepat daripada biasanya. Adi memeluk tubuh Marun erat
dalam dekapan dada bidangnya, mengusap rambut Marun dan merasakan lembutnya
kulit leher Marun lewat jemarinya.
Adi bergegas menurunkan kopernya
dari bagasi mobil, kemudian menurunkan koper Marun, Norma dan Dwi.
“Hati-hati yah Run pulang
kerumahnya” ujar Adi sembari memberikan senyum manisnya, kemudian berbalik
berjalan ke arah wanita berambut panjang yang sudah menunggunya di lobby
kantor, memeluknya dan berjalan bersama berpegangan tangan meninggalkan Marun
yang terdiam tercengang menatap pemandangan didepannya, kepalanya sekarang jauh
lebih berat daripada malam kemarin.
R 7 November 2013
inspired by :