Kamis, 07 November 2013

Brown Eyes

“ Huah, panas banget ya” ujar Marun sambil menyeka keringat yang menetes dari dahinya, terik matahari memang sangat galak menunjukkan sinarnya siang ini. Marun meneruskan langkahnya sambil sedikit tergopoh menuju pinggir tambak udang terhampar luas didepannya.
“Yap, sudah di waypoint, nomor 103 ya Ma” Marun sedikit berteriak, diikuti anggukan kepala Norma, sahabatnya, sembari mencatat di lembar kerjanya.
“Run, mau kesana gak?” tanya Adi, teman sekantor Marun yang juga ikut dalam survey hari ini.
“Hah? Emang perlu ya?” tanya Marun sambil mengernyitkan dahinya, enggan berpijak lagi, sudah terlalu lelah
“Ya perlu dong Run, kan disitu ada obyek aktifitas manusia lain yang perlu kita survey” jawab Adi meyakinkan Marun untuk mengumpulkan lagi semangatnya. Adi menatap Marun lama sambil tersenyum, mengangukan kepala tanda mengajaknya.
“Oke” jawab Marun lemah sambil beranjak pergi menuju lokasi berikutnya, mengejar ketertinggalannya mengikuti langkah-langkah panjang Adi.
“Mbaaaaa, aku sama Dwi tunggu disini yaa, panas!!” seru Norma pada Marun yang dibalas Marun dengan acungan jempolnya.
“Bang, tunggu dong! Lo kan panjang kakinya, gue nggak bisa nyamain lo!” seru Marun sembari berlari kecil menyusul Adi, Marun memang menyebut Adi dengan sebutan Abang karena umur Adi yang jauh lebih tua dan sudah ia anggap seperti kakaknya.
“Hehehehe maaf Run, biar cepet selesai untuk hari ini, jadi kita bisa buru-buru balik ke hotel buat istirahat” jawab Adi
“Iya tapi lo jangan ninggalin lah, capek tau!” balas Marun sengit
“Iya iya ini ditungguin” Adi lantas melambatkan langkahnya, menyodorkan tangannya untuk membantu Marun naik ke tempat mereka berdiri sekarang. Mereka sampai di tepi jurang pantai yang menghadap laut Bali di utara pulau Dewata itu. Air laut yang biru, dengan gelombang yang tidak terlalu besar, menderu deru mencapai pantai berpasir putih yang sempit jauh dibawah sana. Angin meniup mereka memberikan kesegaran disela kelelahan.
“Wooow” Marun tercengang melihat pemandangan yang mereka dapat saat ini.
“Keren ya Run” balas Adi sambil melirik ke arah Marun
“Iya, keren, untung lo keukeuh ajak gue kesini ya Bang” balas Marun lagi
“Berarti insting gue lebih bagus daripada lo ya Run” canda Adi
“What?”
“Hahahaha canda Run” sembari mengacak-acak rambut Marun yang sudah berantakan tertiup angin. Marun ikut tertawa sembari melirik ke arah Adi, entah mengapa mata Adi yang berwarna cokelat terang saat ini terlihat sangat indah menghiasi wajah Adi yang kemerahan tertimpa teriknya matahari.
“Yuk kita balik” ajak Marun sambil menarik tangan Adi.



“Wah mba tega nih gak ajak kita ke pantai tadi” ujar Norma di mobil dalam perjalanan kembali menuju hotel tempat mereka menginap
“Hehehe itu juga nggak sengaja dapet pantai Ma, gue nggak kira ada pantai disana,  padahal udah bawa GPS hahahaha” jawab Marun sambil menyandarkan kepalanya ke headrest.
“Bagus ya mba?” tanya Dwi
“Bagus Wi, keren banget! Sayang kalian nggak lihat ya” jawab Adi, sambil melirik ke arah Marun yang diikuti lirikan Marun, mata mereka bertemu sesaat, Marun segera memalingkan matanya melihat ke arah luar jendela mobil.
“ Hmmm, awas ya kalo nanti-nanti nggak kasih tau kalo dapet obyek yang bagus! Tega banget nih mbak Marun sama Bli Adi ninggalin kita” seru Norma lagi
“Iya iya Ma, maaf ya, tadi rejeki gue ama Abang aja tuh hihihi” balas Marun.
Sesampainya di hotel mereka bergegas memasuki kamar tidur masing-masing. Marun dan Adi masing-masing tidur sendiri, sedangkan Norma dan Dwi tidur sekamar. Marun lantas merebahkan tubuhnya di kasur, sambil memejamkan matanya erat-erat, menarik nafas panjang, kepalanya penuh pikiran yang sama sekali tidak disangkanya, kepalanya memikirkan momen dipinggir pantai saat survey tadi bersama Adi. Mengapa tiba-tiba ada rasa ketertarikan saat melihat matanya? Benarkah? Marun segera bangun melepaskan kacamatanya, dan melihat sosok Adi berjalan melintasi depan kamarnya dan mengetuk pintu kamarnya.
Marun bergegas membuka pintu kamarnya, dan Adi sudah berdiri didepannya, menggunakan t-shirt santai warna biru dan celana pendek serta sendal capit.
“Run, lo tidur ya?” tanya Adi
“Nggak, kenapa Bang?” tanya Marun lagi
“Oh, beneran nggak tidur?” tanya Adi lagi sambil tersenyum lebar “Kita snorkling yuk!” ajak Adi
Marun mengernyitkan alisnya sesaat , “Dimana?” tanya Marun
“Tuuuh! Pantai di depan jalan, tinggal jalan sedikit” jawab Adi bersemangat
“Oh, ayuk!” seru Marun , Marun tak khawatir akan kelelahan walau esok masih harus meneruskan survey lagi, dikepalanya saat ini terlalui senang karena akan snorkling dan yang paling membuatnya senang adalah bersama Adi.



“Mau makan siang dimana nih?” tanya Marun kepada teman-temannya sambil terus fokus ke arah depan mengendalikan mobilnya, ini adalah hari terakhir mereka survey lokasi pendataan.
“Di deket hotel aja Run” jawab Adi pelan sambil memandang Marun, Marun sedikit meliriknya dan kembali memalingkan matanya ke arah jalan, hatinya senang bukan main bisa menatap mata Adi walau sepersekian detik.
“Disitu aja mbak! Taman Wana Villas, seru kali ya makan dipinggir danau” rayu Norma bersemangat sambil menunjuk ke papan reklame hotel dipinggir jalan.
“Ooh iya mba, kayaknya seru tuh makan siang disana, kan bisa dapet foto-foto yang bagus juga” timpal Dwi
“Nampaknya jauh” balas Marun lemas, ia mulai kelalahan menyetir sambil menahan perutnya yang lapar.
“Gue aja yang nyetir ya, gantian, kasian lo udah capek dari tadi yang nyetir” tawar Adi, Marun tersenyum menerima tawaran Adi, segera menepikan mobil dan bertukar posisi dengan Adi. Merasakan sedikit kelegaan karena tidak harus fokus menyetir sembari menahan lapar yang sudah dari tadi ia rasakan.
Dalam perjalanan menuju tempat makan siang, mereka melalui daerah yang sangat cantik dan menawan, terdapat hamparan sawah yang luas dan menghijau tertata rapi lengkap dengan jalan aspal kecil yang hanya cukup dilalui oleh satu kendaraan saja. Mereka bersemangat berfoto-foto dan menikmati pemandangan yang indah dan tentu saja makin girang ketika mengetahui ternyata Villa yang mereka tuju terletak sangat terpencil, rapi, bersih, mewah sekaligus romatis.
Dengan semangat mereka menuju restoran dan memesan makanan untuk memenuhi gejolak laparnya perut yang sudah datang sedari tadi. Sambil menunggu menu makanan jadi, mereka bergantian untuk berfoto dipinggir kolam renang yang berada tepat didepan restoran yang menghadap langsung ke danau luas yang airnya terhampar tenang. Sungguh pemandangan indah yang sangat sayang jika dilewatkan tanpa ada dokumentasi.
“Woooow” Marun terdiam sambil mencelupkan ujung kakinya kedalam air kolam renang, duduk terdiam menikmati pemandangan yang memanjakan matanya saat ini.
“Run, kok melamun” Adi membuyarkan lamunan Marun, duduk disebelahnya ikut memainkan kakinya di dalam air kolam renang yang dingin
“Bukan melamun Bang, tapi menikmati pemandangan danau noh! Cakep banget! Mata jadi adem” jawab Marun sambil tersenyum, menatap mata cokelat Adi yang bersinar terang tertimpa sinar Matahari.
“Oh kirain melamun mikirin seseorang yang di Jakarta” jawab Adi tersenyum manis
“Nggak Bang, hehehehe” jawab Marun sambil menundukkan kepalanya, ia menepis pikirannya untuk mengingat siapa yang dimaksud oleh Adi tadi.
“Yuk makan” ajak Adi bangkit, diikuti Marun yang juga bangkit bersemangat akan menyantap makan siangnya yang sangat spesial hari ini.



Marun melangkah pelan menuju pintu kamar, mengetuk pintu dan menunggu untuk dibukakan pintunya. Adi membuka pintunya, telanjang dada dan mengenakan celana pendek, tercium wangi sabun pertanda baru saja mandi, wajahnya tersenyum sembari membuka pintu mempersilahkan Marun untuk masuk ke kamarnya, Marun memejamkan matanya sesaat menikmati sensasi wangi yang menggelitik indera penciumannya.
 “Ada apa neng?” tanya Adi sambil mempersilahkan Marun untuk duduk di bangku tamu
“Hmmm mau ajakin Abang” jawab Marun pelan
“Kemana?” tanya Adi
“Ke cafe di hotel yang tadi siang Abang tunjukin waktu mau pulang kesini” jawab Marun mantap
“Ngapain kesana?” tanya Adi lagi sambil mengenakan kaos santai warna oranye kalem bertuliskan club motor gede favoritnya.
“Mau minta temenin minum wine” jawab Marun agak ragu
Wine? Beneran?” tanya Adi lagi, tak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan oleh Marun
“Iya Bang, mau white wine atau red wine, penasaran banget Bang”
“Ajakin Norma sama Dwi gak?” tanya Adi
“Terserah” jawab Marun cepat
“Nggak usahlah ya, mereka mungkin nggak bakalan mau, lagian udah malam juga, palingan udah pada tidur” jawab Adi, yang disertai anggukan kepala Marun, lantas Marun menarik tangan Adi untuk bergegas berangkat.
Dengan langkah pelan mereka menyelinap keluar hotel menuju parkir mobil dan berangkat menuju hotel lain yang tidak jauh dari hotel tempat mereka menginap. Sesampainya disana, mereka segera memesan red wine untuk Adi dan white wine untuk Marun.
Mereka memiliki tradisi ketika menginap di hotel tempat survey pendataan atau acara-acara kantor, yaitu menikmati signature wine atau wine khas daerah masing-masing hotel tersebut berada. Mereka duduk berhadapan di meja kecil di pojok café menghadap ke kolam ikan yang terdapat di tengah hotel. Dengan diiringin gemericik suara air yang mengalir dari pompa air, mereka menikmati indahnya malam ditemani dengan segelas wine favoritnya masing-masing sambil mengobrol dan bercanda tertawa melepas kelelahan setelah seharian survey.
“Bang, toast!” ajak Marun, Adi lantas mengangkat gelasnya lalu saling toast, dan meminum winenya pelan. Mata mereka saling menatap sembari menikmati rasa pahit wine yang menghangatkan tubuh.
Marun enggan menyudahi pertemuan mata mereka, sangat nikmat menikmati tatapan mata cokelat Adi yang indah menentramkan hatinya yang entah sudah sangat lama tidak pernah merasakan kebahagiaan yang berasal dari hanya dari pandangan mata seseorang. Marun menikmati setiap senti wajah Adi yang baru ia sadari setelah sekian lama menjadi teman sekantornya, ia menyadari bahwa ternyata alis Adi berwarna hitam kelam tersusun rapi membingkai wajahnya yang tampan, hidung mancung bertengger tepat diantara mata cokelatnya yang indah. Marun terkesima saat menatap lama wajah pria didepannya, sambil terus meminum minumannya sampai-sampai ia refill sampai dua kali.
“Run, pulang yuk!” ajak Adi sambil menatap serius mata Marun, Marun saat ini sedikit kesulitan untuk memfokuskan pikirannya karena kepalanya terasa sedikit pusing dan berat.
“Iya Bang” jawab Marun pelan sembari bangkit dari tempat duduknya. Marun berjalan pelan, berusaha untuk tetap bisa berjalan lurus menuju parkiran mobil.
Sesampainya di hotel, Marun menggenggam tangan Adi, mengajaknya untuk mengantarkan ia sampai ke kamarnya, karena memang kamarnya terletak dipinggir kolam renang yang harus melewati jalan setapak, Marun khawatir akan kehilangan keseimbangannya karena rasanya kepalanya sudah sangat berat ingin segera rebahan di kasur.
“Makasih Bang, for this wonderful night” ujar Marun sambil tersenyum menatap mata Adi dalam-dalam
“Iya Run, sama-sama, Abang juga seneng malam ini” jawab Adi pelan.
Hati Marun terus enggan untuk berpisah dari tatapan mata indah Adi, entah keberanian dari mana, Marun mengusap pipi Adi pelan. Adi terlihat sedikit terkejut, namun dengan cepat mengendalikan dirinya kembali. Adi menatap dalam mata Marun dan menundukkan kepalanya, mendekatkan bibirnya ke bibir Marun.
Bibir mereka bertemu dalam lumatan lembut. Marun dapat mencium aroma nafas Adi, mendengarkan suara kecupan bibir mereka, dan menikmati sensasi deru debar jantungnya yang memompakan darahnya berkali-kali lebih cepat daripada biasanya. Adi memeluk tubuh Marun erat dalam dekapan dada bidangnya, mengusap rambut Marun dan merasakan lembutnya kulit leher Marun lewat jemarinya.



Adi bergegas menurunkan kopernya dari bagasi mobil, kemudian menurunkan koper Marun, Norma dan Dwi.


“Hati-hati yah Run pulang kerumahnya” ujar Adi sembari memberikan senyum manisnya, kemudian berbalik berjalan ke arah wanita berambut panjang yang sudah menunggunya di lobby kantor, memeluknya dan berjalan bersama berpegangan tangan meninggalkan Marun yang terdiam tercengang menatap pemandangan didepannya, kepalanya sekarang jauh lebih berat daripada malam kemarin.


R 7 November 2013
inspired by :