Marun tersenyum sendiri ketika
memandangi foto ditangannya. Itu adalah foto mereka bertiga. Marun, Ferdi dan
Rio. Semua tersenyum, pose yang sangat akrab dan tak akan pernah Marun
melepaskan kenangan indah ini. Akan Marun pertahankan persahabatan mereka
bertiga yang sudah terjalin semenjak
kelas satu SD.
Marun, adalah gadis SMU yang ceria,
periang, senang hura-hura dan selalu membuat suasana lebih rame…Apalagi bersama
Rio dan Ferdi, pasti dunia serasa milik mereka bertiga saja. Hobinya
berenang-sama seperti Rio, suka dugem, nonton film dan shoping. Meskipun Marun
selalu kurang bisa membagi waktunya untuk belajar, tapi Marun tetap bisa
mempertahankan nilainya walaupun hanya rangking sepuluh besar dikelas.
Ferdiansyah, biasa dipanggil Ferdi,
adalah cowo yang sama ceria dan periangnya seperti Marun. Ia sering dipanggil
guru BP karena hobinya yang membuat kesal semua guru disekolah, yaitu telat
datang sekolah. Ferdi adalah tipe cowo yang bakalan dan memang menjadi pujaan
cewe disekolah mereka. Tinggi, badan atletis, jago bela diri dan basket, cerdas
dan tajir abisss!!!
Rio, adalah cowo pendiam yang
kadang bisa meledak-ledak emosinya. Ia tak kalah tampan dan gagah bila
dibandingkan Ferdi. Tapi karena Rio lebih pendiam, ia selalu menjadi nomor dua
setelah Ferdi dalam hal pujaan cewe-cewe. Ia anak yang pintar! Apalagi kalau
urusan Fisika…Selalu juara kelas, kalem, dan jago main Biola. Tipe cowo yang
romantis untuk diajak kencan, sayangnya Rio belum pernah berkencan sekalipun,
padahal Marun dan Ferdi selalu mendorong Rio untuk mencoba hal yang satu itu.
Mereka berbeda kelas satu sama
lain. Marun kelas 3 IPA 3, Ferdi 3 IPS 1 dan Rio 3 IPA 1. Walaupun mereka
berbeda kelas, mereka selalu bersama, saat istirahat, berangkat sampai pulang
sekolah.
“ Oi…kok malah ngelamun?” Rio
membuyarkan lamunan Marun, lalu ia duduk disamping Marun. “ Kapan mau
selesainya?” ujar Rio lagi
“ Tau ah!! Besok aja
terusinnya…tinggal rangkumin sejarah hidupnya aja kok!!”
“ Tapikan lebih baik kalau
diselesaikan…apa-apaan sih?” Rio terkejut begitu Marun menahan ia berbicara
dengan menempelkan jari telunjuknya ke bibir Rio
“ Besok aja Ok?!” ujar Marun, Rio
membalas dengan melemparkan senyuman lembut kearahnya. “ Yuk, pulang yuk!!”
Marun menarik tangan Rio untuk bangun dari duduknya lalu menelfon Ferdi.
“ Kata Ferdi kita langsung ke mobil
dia aja, yuk!!” ajak Marun riang. Setiba di samping mobil Terrano milik Ferdi,
mereka menunggu sebentar sampai Ferdi datang.
“ Hai, nggak lama nungguinkan?”
tanya Ferdi cerah ketika menemui mereka
“ Abis ngapain Fer?” tanya Rio
“ Masuk yuk! Panas nih!!” Marun
mengeluh kepanasan
“ Nih” ujar Ferdi sambil memberikan
setumpuk kertas kepada Marun yang terbengong-bengong mengolah apa maksud
kelakuan Ferdi itu. Spontan aja aku bertanya untuk apa kertas-kertas sebanyak
ini? Tapi ternyata…
“ Inikan…biografinya Julius
Caesar?!…yang bener Fer? Makasih!!” ujarku girang karena ini berarti beban Pr
sejarahnya berkurang banyak! Marun sangat senang sekali sampai Marun spontan
memeluknya dan mencium kening Ferdi. Ferdi tampak sedikit terkejut, tapi ia
tampak ikut senang melihat Marun yang yang sedang senang saat ini.
“ Kok bisa Fer?” tanya Rio yang
duduk dibelakang
“ Gua-kan IPS, so masalah sejarah,
itu urusan yang paling gampang buat gua!!” jawab Ferdi bangga
“ Maksud gua, kok lu tau kalau
Marun ada tugas sejarah?” tanya Rio lagi
“ Memangnya apa sih yang nggak gua
tau tentang Marun?” jawab Ferdi riang
“ Thank you…Wah, karena tugas gua
udah selesai, so kita bisa main dong!!” timpal Marun
“ Sip!! Good idea!! Kita main
ke…Puncak?!” tawar Ferdi
“ Hah? Lo memang jenius!! Tau aja
isi hati gua” sambungku setuju
“ Guys…kaya’nya kalian pergi ke
puncaknya berdua aja deh, gua ada…” ujar Rio dengan nada menyesal
“ Les biola?” sambung Marun. Rio
menganguk membenarkan.
“ Ohh come on…kitakan nggak sering
dapat waktu main kaya’ gini!! Ayolah Rio…kita main ya?!” Marun memohon sambil
memegang tangannya. “ Please”
“ Iya, sekali aja lo bolos, nggak
apa-apakan?” sambung Ferdi
“ Sori gua nggak bisa, maybe next
time” lantas Rio keluar dari mobil. Marun kesal melihat tingkah laku Rio yang
selalu menolak kalau diajak jalan bareng akhir-akhir ini
“ Rio!!! Lo kenapa sih? Kalo ada
masalah lo cerita sama kita dong!! Bukannya jutekkin kita berdua!!!” nada suara
Marun meninggi
“ Gua nggak kenapa-kenapa kok”
jawab Rio kalem
“ Trus kenapa sih lo nggak pernah
mau diajak jalan sama kita?” Marun tambah kesal melihat sikap Rio yang
biasa-biasa saja menanggapi Marun
“ Karena gua ada kegiatan lain yang
lebih berguna..that’s all”
“ Jadi menurut lo kita nggak
guna??? Gitu??” Marun tersinggung akibat perkataan terakhir Rio yang membuatnya
makin naik pitam
“ Bukan gitu Run” Rio mulai
berusaha menenangkan Marun yang ia sadari mulai marah terhadapnya
“ LANTAS APA????” Marun seperti
hendak menyerang Rio sebelum ditahan oleh Ferdi
“ Run!!!! Udah ahh…malu dilihat
sama yang lain…Rio mendingan lo sekarang pergi! Run masuk ke mobil!! Ayo!!”
Ferdi memaksa Marun untuk masuk ke mobil, namun Marun terus berontak ingin
dilepaskan
“ Arghh!!!” Marun lantas ia memukul
dashboard mobil lalu tertunduk kesal
“ Marun…memang kenapa kalau kita ke
puncak berdua aja?” tanya Ferdi lembut sambil mengusap rambut Marun pelan.
Marun terdiam beberapa saat sebelum ia memeluk Ferdi dan menitikkan air mata di
bahunya.
“ Dia kok berubah ya?? Gua salah
apa sih? Kok Rio nggak seperti Rio yang dulu? Kenapa dia selalu aja menghindar
kalau kita ajak jalan? Kenapa dia nggak sayang lagi sama kita berdua? Kenapa…”
Ferdi lantas memotong perkataan Marun dengan menempelkan jari telunjuknya di
bibir tipis Marun
“ Rio mungkin punya prioritas lain
daripada kita…kita harus bisa mengerti Rio, karena kita teman baik Rio. Ok?!”
ujar Ferdi bijak dan lembut
“ You are right…everyone has a
secret and their own problems or priority” balas Marun sembari tersenyum
“ That’s my girl!!! So…kita jadi ke
Puncak?” tanya Ferdi antusis lagi
“ Biar gua yang nyetir ya!!!” balas
Marun tak kalah antusias
“ Marun…boleh kita ngomong bareng?”
pinta Rio begitu waktu istirahat tiba
“ Mau ngobrol??” Marun balik
bertanya
“ Iya, tapi berdua aja..”
“ Lah…ngapain berdua?? Kok gua
nggak diajak sih?” timpal Ferdi yang baru saja datang lalu merangkul bahu Marun
dan duduk disebelahnya
“ Ok…pulang sekolah aja ya,
sekalian gua juga mau ngomong sama lo” ujar Marun agak ketus
“ Ok, gua tunggu diparkiran ya”
“ Sip!!”
“ See ya there” Rio lantas pergi
“ Eh…ihh!!! Kok malah pergi seeh??”
Marun sewot
“ Kenapa lagi sih sayang?” tanya
Ferdi sembari memeluk pinggang Marun
“ Itu tuh si Rio!! Bukannya makan
bareng, malah pergi!! DASAR kutu buku!!” umpat Marun kesal
“ Hahahaha ada-ada aja lo Run, ya
udah…sekarang mau pesen apa?” tanya Ferdi sambil mempererat pelukkannya
“ Mmm apa aja, asal sama kayak lo”
jawab Marun
“ Ok!! Gua pesenin dulu ya…tunggu
bentar ya!” Ferdi lantas mengecup pipi Marun. Marun sempat kaget menyikapi
prilaku Ferdi barusan…nggak salah apa? Marun hanya tersenyum kecil menanggapi
hal tadi. Beda dengan Marun, Rio yang sedari tadi memperhatikan mereka-sekarang
ia menahan amarah yang bergolak di dadanya. Rio cepat-cepat pergi dari
tempatnya berharap bisa menghilangkan rasa marah yang sekarang sedang
menguasainya.
“ Hai…udah lama?” sapa Marun
setibanya di parkiran
“ Maaf ya, kita telat 15 menit!
Tadi Marun cari buku Fisika dulu di perpustakaan. Sorry ya” tambah Ferdi sambil
memeluk pinggang Marun lalu mengedipkan sebelah matanya ke arah Rio yang
pipinya sedikit merona merah karena kepanasan.
“ Nggak apa-apa kok!” jawab Rio
pendek, sebenarnya ia hanya ingin berbicara dengan Marun saja
“ Ferdi!!! Kesini dong!!! Kita mau
nanya pendapat lo tentang kostum baru kita nih!!!” panggil Meta, ketua Cheers
sekolah
“ Eh gua kesana dulu ya” pamit
Ferdi “ Run…gua tinggal dulu ya” Marun menganguk
“ Ayo Run!!” Rio lantas menarik
tangan Marun masuk ke mobilnya
“ Heh-eh…ada apa sih Yo??!” tanya
Marun heran
“ Buruan pake sabuk pengamannya!!
Gua mau ajak lo ke suatu tempat…gua mau ngomong sama lo!!!” ujar Rio sembari
menginjak dalam pedal gas mobilnya
“ Wow!!! Lo bisa ngebut juga ya!!”
ujar Marun kaget melihat gaya menyetir Rio yang baru, apa mentang-mentang mobil
sedannya baru lantas ingin pamer?
“ Lo belum tahukan???” balas Rio
“ Maksud lo??” Marun balik bertanya
“ Ya…lo belum tau kalau gua bisa
ngebut!!! Bahkan bisa lebih kenceng dari kebutannya Ferdi!” jawab Rio sambil
menyalakan tape mobilnya yang langsung disambut hentakkan cepat dari lagu kepunyaan
Destiny’s Child. Marun seraya mengernyitkan dahinya sejenak, ia keheranan
karena Rio kok tumben ya mau dengerin lagu kayak gini?? Kalau sedang jalan di
mobil Ferdi, Rio selalu membawa discman sendiri, karena ia tidak mau
mendengarkan musik macam ini di mobil yang kebetulan adalah jenis musik
kesukaan Ferdi dan Marun. Tapi sekarang…Rio malah nampak menikmati lagu hingar
bingar milik grup terkenal itu. Marun hanya tersenyum tipis ikut menikmati…
“ Kita mau kemana sih?” tanya Marun
“ Kita mau ke puncak” jawab Rio
pendek, singkat, jelas, padat
“ Puncak?? Baru aja kemaren gua
sama Ferdi ke Puncak, ngapain lagi kita ke Puncak?” Marun keheranan
“ Gua mau kasih liat sesuatu yang
baru ke lo!!!”
“ Apaan tuh??” Marun sekarang
tambah penasaran
“ Nanti aja gua jelasin pas kita
udah nyampe, Ok”
Mereka sudah sampai ke komplek
Villa di bilangan Puncak. Mereka menepi tepat di depan villa kecil yang cantik
yang didominasi warna putih dan hiasan bunga warna Merah marun.
“ Wow ni villa bagus banget!!! Ini
punya lo Yo?” tanya Marun tak percaya ke arah Rio yang sedang mencari sesuatu
di laci mobil, Marun lantas berlari kecil memasuki halaman kecil villa cantik
tersebut
“ Mmm apa Run?” Rio balik bertanya,
ia lebih mementingkan barang cariannya daripada menjawab pertanyaan Marun
“ Ye!!! Ini villa punya lo apa
bukan?” tanya Marun sembari balik menghampiri Rio yang masih sibuk
mengobrak-abrik laci mobilnya
“ Oh…ya…dulu” jawab Rio pelan
sambil mengambil kotak kecil berwarna pink dari laci
“ Dulu? Trus sekarang masih punya
lo?” tanya Marun lagi
“ Bukan…sekarang villa ini
punya…punya lo Run” ujar Rio lembut sembari menyodorkan kotak kecil yang sedari
tadi ia cari-cari
Marun terbengong-bengong mendengar
ucapan Rio tadi. Bercanda ya Rio?? Nggak lucu ahh!! Marun tersenyum tipis lalu
membalikkan badan tak acuh menanggapi guyonan Rio tadi. Rio mengernyitkan
dahinya melihat Marun malah pergi meninggalkannya. Rio lantas menarik lengan
Marun.
“ Yee malah pergi…bentar dulu
dong!! Gimana lo bisa masuk kalau lo nggak punya kuncinya?” potong Rio
“ Lo bercandakan?? DASAR!!” Marun
memukul pelan bahu Rio
“ Gua serius Run…this is your villa
now!! I mean it!!” tegas Rio, ia ingin Marun sadar dan menerima kalau Rio
memang serius ingin memberikan villa mungil cantik itu kepada Marun
“ What?? Rio, lo nggak bercanda
nih?” tanya Marun lagi, kali ini ia benar-benar tidak percaya kalau Rio sedang
tidak bercanda
“ Yap!!! Gua serius banget kalau
villa ini punya lo!! Nih kuncinya” Rio lantas memberikan kotak kecil pink ke
tangan Marun yang sekarang memucat
“ Apa??? Rio kasih villa sama lo?”
tanya Vely tak percaya, sampai-sampai minumannya tumpah mendengar cerita yang
baru saja Marun ceritakan
“ Iya…gua sendiri mau pingsan
rasanya!! Gila!! VILLA bo!!! Bagus banget lo!!” ujar Marun riang
“ Bagusan mana sama yang dikasih
Ferdi?” tanya Vely lagi
“ Mmm kalo yang ini bentuknya imut
banget!! Kalau yang dari Ferdi nuansa chic! Pokoknya beda deh!!” ujar Marun
lagi
“ Gila lu ya!!! Dikasih villa sama
dua orang yang paling diincer sama cewek serayon sekolah!!” ujar Vely pelan
agak iri dengan keberuntungan Marun
“ Mmm jangan gitu ahh…kita
temenan…so panteskan kalo kita saling memberi?” ujar Marun merendah
“ Iya…saling memberi…tapi VILLA
bo!!! Tetep aja nggak normal!! Pasti ada apa-apanya nih!!” ujar Vely lagi
“ Ahh dasar!! Eh tuh Rio, RIO!!!”
panggil Marun sambil melambaikan tangannya. Rio tersenyum ke arah Marun dan
menghampiri mereka.
“ Hai…lagi pada ngapain nih?” tanya
Rio sambil duduk disamping Marun dan langsung memeluk pinggang Marun. Marun
sedikit terkejut, karena biasanya yang berbuat seperti ini hanya Ferdi, Rio
biasanya tidak pernah berbuat seperti ini, tapi biarlah…mereka sama saja kok!!
“ Kita lagi ngomongin villa baru
yang kemarin lo kasih Yo!!” tukas Vely cepat
“ Ihh Vely!!! Kok diomongin? Kan
malu ada Rionya!!” Marun malu mendengar jawaban Vely sebelumnya
“Nggak apa-apa dong Run! Itukan hak
proregatifnya Vely mau ngomong apa” tengah Rio sambil mempererat pelukkannya
“ Iya nih!! BTW, kok lo baik banget
sih sama Marun?? Sampe ngebeliin dia villa segala?! Pasti lo suka ya sama dia?”
goda Vely, Marun melotot ke arah Vely sekarang
“ Mmm…gua pengen aja kasih sesuatu
yang baru buat dia” jawab Rio kalem. Marun hanya tersenyum tipis mendengar
pernyataan Rio.
“ Yo…makasih ya” ujar Marun pelan.
Rio membalas dengan senyuman lembut kesukaan Marun, rasanya tenang bila
dihujani senyuman lembut itu tiap hari.
“ HAI!!! Kalian lagi disini toh!!”
Ferdi menghampiri mereka. “ Eh kita jalan yuk?!” ajak Ferdi sembari menggenggam
jemari Marun erat. Marun salah tingkah dibuatnya. Dia benar-benar GR saat ini…
Ferdi dan Rio ada disampingku,
gila!! Cowo inceran satu sekolah sekarang berada sangat dekat dengan ku
“ Yuk!!! Mmm kita ke…Dufan!!!” usul
Marun riang. Ferdi langsung bangkit menarik Marun yang diikuti Rio. Kali ini
ada seulas senyuman dibibir Rio.
“ Fer…kita pake mobilnya Rio yuk?”
ajak Marun sebelum masuk ke mobil Ferdi. Ferdi terdiam sesaat sebelum
melemparkan senyuman bijak ke arah Marun dan Rio.
“ Ok…sekalian aja Rio yang nyetir,
gimana Yo?” tanya Ferdi
“ With pleasure” jawab Rio senang
Sore yang menyenangkan mereka alami
bertiga. Hampir semua wahana mereka nikmati kecuali Kicir-kicir. Marun mendadak
pucat pasi dan menolak mentah-mentah ketika Rio dan Ferdi semangat mengajak
Marun menaiki wahana yang menuntut keberanian terhadap ketinggian.
“ Gua fobia ketinggian…so kalian
berdua aja yang main ok?! Lagi pula gua mau makan mie nih, lapar!” tolak Marun
halus sambil tersenyum
“ Lapar? Baru aja kita makan!!!
Masa lo udah mau makan lagi sih?” tanya Ferdi heran, wah cantik-cantik ternyata
kuat makan bo!!
“ Jangan banyak alasan ah!!! Ikut
aja!!” ujar Rio juga tak percaya kalau ternyata sahabatnya fobia ketinggian
“ Beneran…gua fobia
ketinggian..kalian maen aja berdua, gua…eh!!” Marun panik ketika Ferdi
mengangkat tubuh Marun dan membopongnya ke pintu masuk wahana Kicir-kicir. Rio
tersenyum pahit ketika Ferdi membopong Marun…
Kali ini lo boleh gendong
dia…next, she is my turn
“ Nah..lo duduk ditengah-tengah
aja, supaya aman terlindungi” ujar Ferdi riang menurunkan Marun diantara Rio
dan Ferdi. “ There’s nothing to worry about!! Just enjoy it!!” seruan Ferdi
berbarengan mulai naiknya kereta mereka ke atas.
Tangan Marun terkepal erat menahan
emosinya. Wajahnya sekarang benar-benar pucat, keringat basah dan tubuhnya
sedikit gemetar. Ferdi merasakan Marun gemetar disebelahnya. Sambil tersenyum
Ferdi menggenggam jari Marun erat dan mencium punggung tangannya.
“ Tenang aja…it just a game..you’ll
be fine” ujar Ferdi sambil menikmati hembusan angin menerpa wajahnya yang
luarbiasa tampan.
Kereta tiba-tiba berhenti…Sontak
Marun kaget dan memeluk Rio disampingnya.
“ Please…gua mau turun” lirih Marun
lemah. Rio mau-tak mau merasa kasihan juga melihat Marun merana seperti ini. Ia
lantas balas memeluk dan berbisik…
“ Calm down, ada gua disini. You
save with me” lantas Rio mengelus rambut Marun lembut
Apa-apaan lo!!! Pake ngelus
rambut Marun segala? Sial!!! Kali ini lo memang unggul, liat aja nanti Yo!!!
Ferdi melemparkan pandangan ke arah
laut ketika kereta mulai bergerak lagi.
“ Malem Run…lagi ngapain?” tanya
Ferdi lembut
“ Lagi ditelfon sama Ferdi…emang
kenapa?” balas Marun asal
“ Oh iyaya…hehehe lupa gua”
“ Ferdi-ferdi, baru aja dua jam
yang lalu kita maen, udah nelfon lagi? Rindu ya sama Marun?” goda Marun
“ Iya…Run, besok gua jemput ya”
“ Aduh maaf, baruuu aja tadi gua
setuju untuk dijemput sama Rio..sorry ya Say”
“ Yah…nggak apa-apa kok!! Tapi
besok lusa lo adalah hak milik gua!!” ujar Ferdi sedikit kesal karena sudah
keduluan sama Rio, sahabatnya
“ Seharian??” tanya Marun
“ Yap!!! Seharian lo adalah milik
gua!!”
“ But, lusa is Saturday”
“ Yeah…jadi kita bisa maen
sepuasnya ok?!!” Ferdi langsung menutup telfonnya
“ Ok…hallo? Putus…” Marun lalu
menutup gagang telefonnya lalu cepat-cepat mengangkat gagang itu kembali,
menekan nomor yang sudah dihafalnya diluar kepala. Senyumnya mengembang bahagia
ketika mendengar suara dari seberang yang sudah sangat ingin Marun dengar.
“ Sabtu-Minggu kemana Run?” selidik
Rio
“ Maen” jawab Marun datar sambil
terus mengunyah pizza favoritnya
“ Maen kemana?”
“ Maen tenis sama Ferdi di
Puncak…emang kenapa?” tanya Marun lagi
“ What?” Rio menghentakkan kakinya
ke pedal rem. Otomatis tubuh mereka sedikit terbanting kedepan, untung
seat-belt menyelamatkan mereka dari benturan
“ Lo kenapa sih YO?!!” Marun
berteriak kesal
“ Sorry, gua kaget!!”
“ STOP!!! Gua turun disini!!!”
teriak Marun kesal
“ Tapi Run…ini udah masih jauh ke
rumah lo!!” suara Rio penuh penyesalan
Sial!!! Kenapa sih harus ngerem
mendadak segala?!! Ferdi nih gara-garanya! Maen tenis berdua segala di Puncak!!
Gua kecolongan…
“ Turunin gua…sekarang!!!” bentak
Marun lagi
“ Maaf-maaf…lo nggak usah turun
ya?! Gua janji hati-hati nyetirnya, gua janji, asal jangan turun ya?” pinta Rio
lagi. Gawat…lampu merah, mau-nggak mau Rio melambatkan laju mobilnya dan
berhenti.
“ Please…jangan turun” mohon Rio
lagi, tangannya menggenggam jemari Marun
“ Memang kenapa kalau gua turun
disini? Gua bisa pulang sendiri kok!!!” jawab Marun ketus, ia marah sekali
gara-gara keteledoran Rio tadi
“ Nanti…nanti lo bisa diapa-apain
sama orang jahat!!! Jakarta kejam Run, gua nggak mau something bad happen to
you” Rio sekarang menciumi punggung tangan Marun
Lembut sekali…gua ingin sekali
menciumi tangan ini setiap menit
Marun luruh juga melihat Rio
“ Ok gua nggak akan turun, tapi
sekarang lo maju ok, karena lampunya udah hijau” ujar Marun lembut
“ Thanks” ujar Rio sambil mencium
pipi Marun cepat. Marun terkejut dibuatnya, ia tertunduk malu
“ Sorry, gua nggak bisa…next
Saturday night aja, gimana?” tawar Marun
“ Ahh, apa gua keduluan lagi sama
Ferdi?” tanya Rio, merasa kecolongan untuk kedua kalinya
“ Ferdi? Apa maksudnya?”
“ Iya…Ferdi, apa lo udah duluan
janjian jalan sama Ferdi malam minggu entar?” jelas Rio
“ Ohh itu…nggak! Gua nggak janjian
sama Ferdi kok!!” jawab Marun riang
“ Ohh…so janjian sama siapa?”
“ Mmm pokoknya kita cuman makan
malam kok” jawab Marun lancar
“ Dimana?”
“ Di hotel Pangea”
“ Ohhh…ya udah, thanks ya Run, Bye”
Rio bangkit marah dan melemparkan gagang telefonnya keras-keras. Ia langsung
menyambar kunci mobilnya.
Belum selesai Marun bangkit dari
duduknya, teleponnya sudah berdering lagi.
Duh siapa lagi sih? Udah jam
segini nih…gua nggak mau telat
“ Halo” sapa Marun riang
“ Malam ini jalan yuk? Ada café
baru di Kemang, kita kudu nyobain!!”
“ Ke café? Bertiga?” tanya Marun
lagi, ia hafal sekali suara Ferdi
“ Bertiga?”
“ Iya…ato just you and me?” tanya
Marun ragu
“ Yap!!! Just you and me!!”
“ Hehehe malem minggu selanjutnya
aja ya?!” tawar Marun lagi
“ Ahh jangan bilang lo mau jalan
berdua sama Rio!!” ujar Ferdi ketus
“ Bukan-bukan!! Gua nggak jalan
sama Rio kok!”
“ Ahh jangan bohong Run!!”
“ Aduh Ferdi, kapan sih gua pernah
bohong sama lo?!”
“ Kenapa sih kok gua selalu aja
jadi prioritas nomer dua setelah Rio?” Ferdi mulai lepas kendali
“ Duh duh…lo nggak pernah jadi
prioritas kedua kok!! Kalian sama-sama nomer satu buat gua!!” jelas Marun, ia
tak ingin Ferdi marah
“ Trus…kenapa lo nolak ajakan gua
malam ini?”
“ Karena gua mau makan sama orang
lain…bukan Rio!!” jelas Marun cepat
“ Makan?? Dimana?”
“ Hotel Pangea” jawab Marun datar
“ Ok…selamat makan!!” Ferdi
melempar gagang telefonnya dan langsung menyambar kunci mobilnya.
Duh!!! Kenapa sih mereka
berdua?? Sama-sama ngajak jalan…sama-sama pengen berduaan aja, sama-sama rese,
sama-sama sok mesra…ahh dasar cowo!! Pasti deh mereka lagi making joke buat
gua!!!
Marun lalu bangkit lalu masuk ke
kamar mandi untuk mandi dan mempercantik diri untuk makan malam hari ini.
Marun melangkah anggun menuju
restoran mewah hotel Pangea. Tubuhnya terbalut kain sutra emas yang membuat
tubuhnya yang elok terlihat makin indah. Pakaian formalnya sangat ketat
dibagian atas tubuh dan terjuntai jatuh melebar pada bagian bawah tubuhnya.
Rambut Marun yang biasa digerai atau dikuncir, kini hilang hilang digantikan
gulungan rapi yang anggun yang menampilkan leher jenjang Marun yang dililit
kalung emas kecil, cantik sekali.
Ferdi sangat terpana melihat
penampilan Marun saat itu, hampir saja ia berjalan mendekati Marun untuk
menyapa ratunya tersebut, tapi sesaat tersadar karena ternyata Rio juga sedang
mengikuti Marun.
“ Ngapain lo disini?” tanya Ferdi
ketus, sebal melihat Rio disebelahnya
“ Neither you?” balas Rio
“ Gua lagi ngikutin Marun”
“ So do I” jawab Rio ketus
“ Kok lo tahu Marun sedang disini?”
“ She told me on the phone”
“ Hah??”
“ Kok bingung?!!” tanya Rio sambil
terus membuntuti Marun hati-hati
“ Jangan bilang lo disini sedang
mengamati Marun!!” tebak Ferdi
“ Lo jugakan?! Hahaha memangnya
yang tau dia disini cuman lo doang?” jari telunjuk Ferdi melayang ke bibir Rio
dan Rio ditarik keras ke arah Ferdi untuk sembunyi dibalik dinding yang tidak
jauh dari meja dimana sekarang Marun berhenti menatap mata lelaki jangkung yang
sedang balas menatap mata Marun.
Lelaki tersebut merendah
membungkukkan tubuhnya, menggapai tangan Marun dan mencium lembut tangan Marun.
Marun tersenyum tersanjung atas sikap gentlemannya.
“ Sial!!! Siapa sih tuh cowo?!!”
umpat Ferdi, hatinya meleleh
Marun tersenyum sambil terus
memandangi lelaki yang sekarang bangkit mendekati Marun.
“ Cantik sekali…dari dulu Marun
memang My Princess” ia melingkarkan tangannya di pinggang Marun
Kepala mereka dekat sekali…sepuluh
senti…lima senti…Marun menikmati lumatan pelan dibibirnya. Tangannya meremas
jemari Marun.
Ferdi dan Rio ternganga, bingung,
marah, heran, cemburu…semuanya campur aduk.
“ Mereka…mereka…” Rio merasa
tiba-tiba tubuhnya lemas sekali
“ Yap!!! They are a couple…perfect
match!!” ujar Ferdi pelan sambil menepuk pundak Rio pelan
“ Gua kira, gua yang ada di hati
dia” ujar Rio lagi
“ Gua juga…gua juga ngira kalau gua
yang ada di hati dia” tambah Ferdi
“ Cowo itu beruntung sekali bisa
dapatkan Marun”
“ Yeah…” timpal Ferdi pelan
“ Dia beruntung”
“ Beruntung?”
“ Ya, beruntung!!! Karena dia jadi
yang nomor satu buat Marun!” jelas Rio kesal
“ Berarti kita juga beruntung
sekali!!” ujar Ferdi, kali ini nada suaranya sedikit riang
“ Maksud lo?”
“ Hei…ambil positifnya…kita adalah
sahabatnya!! Sahabat adalah prioritas nomor satu buat Marun!! So we still
number one in her heart!!” hibur Ferdi
bijak. Rio menatap bingung Ferdi sesaat…
“ You’re right” Rio tersenyum,
Ferdi balas tersenyum
“ So…how about play bowling? You
never bite me!!” tawar Ferdi
“ Bilyard is better!!” ujar Rio
cepat
“ Let’s go!!”
Mereka berdua berbalik pergi.
Menghabiskan malam minggu ini sebagai sahabat yang baru saja bertemu setelah
terpisah lama sekali. Sementara itu Marun tersenyum manis didepan meja makannya
menatap kekasih yang sudah lama ingin ia temui.
R 25 Juli 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar