Jumat, 21 Juni 2013

Marun, Ferdi, Rio



Marun tersenyum sendiri ketika memandangi foto ditangannya. Itu adalah foto mereka bertiga. Marun, Ferdi dan Rio. Semua tersenyum, pose yang sangat akrab dan tak akan pernah Marun melepaskan kenangan indah ini. Akan Marun pertahankan persahabatan mereka bertiga yang sudah terjalin semenjak  kelas satu SD.
Marun, adalah gadis SMU yang ceria, periang, senang hura-hura dan selalu membuat suasana lebih rame…Apalagi bersama Rio dan Ferdi, pasti dunia serasa milik mereka bertiga saja. Hobinya berenang-sama seperti Rio, suka dugem, nonton film dan shoping. Meskipun Marun selalu kurang bisa membagi waktunya untuk belajar, tapi Marun tetap bisa mempertahankan nilainya walaupun hanya rangking sepuluh besar dikelas.
Ferdiansyah, biasa dipanggil Ferdi, adalah cowo yang sama ceria dan periangnya seperti Marun. Ia sering dipanggil guru BP karena hobinya yang membuat kesal semua guru disekolah, yaitu telat datang sekolah. Ferdi adalah tipe cowo yang bakalan dan memang menjadi pujaan cewe disekolah mereka. Tinggi, badan atletis, jago bela diri dan basket, cerdas dan tajir abisss!!!
Rio, adalah cowo pendiam yang kadang bisa meledak-ledak emosinya. Ia tak kalah tampan dan gagah bila dibandingkan Ferdi. Tapi karena Rio lebih pendiam, ia selalu menjadi nomor dua setelah Ferdi dalam hal pujaan cewe-cewe. Ia anak yang pintar! Apalagi kalau urusan Fisika…Selalu juara kelas, kalem, dan jago main Biola. Tipe cowo yang romantis untuk diajak kencan, sayangnya Rio belum pernah berkencan sekalipun, padahal Marun dan Ferdi selalu mendorong Rio untuk mencoba hal yang satu itu.
Mereka berbeda kelas satu sama lain. Marun kelas 3 IPA 3, Ferdi 3 IPS 1 dan Rio 3 IPA 1. Walaupun mereka berbeda kelas, mereka selalu bersama, saat istirahat, berangkat sampai pulang sekolah.
“ Oi…kok malah ngelamun?” Rio membuyarkan lamunan Marun, lalu ia duduk disamping Marun. “ Kapan mau selesainya?” ujar Rio lagi
“ Tau ah!! Besok aja terusinnya…tinggal rangkumin sejarah hidupnya aja kok!!”
“ Tapikan lebih baik kalau diselesaikan…apa-apaan sih?” Rio terkejut begitu Marun menahan ia berbicara dengan menempelkan jari telunjuknya ke bibir Rio
“ Besok aja Ok?!” ujar Marun, Rio membalas dengan melemparkan senyuman lembut kearahnya. “ Yuk, pulang yuk!!” Marun menarik tangan Rio untuk bangun dari duduknya lalu menelfon Ferdi.
“ Kata Ferdi kita langsung ke mobil dia aja, yuk!!” ajak Marun riang. Setiba di samping mobil Terrano milik Ferdi, mereka menunggu sebentar sampai Ferdi datang.
“ Hai, nggak lama nungguinkan?” tanya Ferdi cerah ketika menemui mereka
“ Abis ngapain Fer?” tanya Rio
“ Masuk yuk! Panas nih!!” Marun mengeluh kepanasan
“ Nih” ujar Ferdi sambil memberikan setumpuk kertas kepada Marun yang terbengong-bengong mengolah apa maksud kelakuan Ferdi itu. Spontan aja aku bertanya untuk apa kertas-kertas sebanyak ini? Tapi ternyata…
“ Inikan…biografinya Julius Caesar?!…yang bener Fer? Makasih!!” ujarku girang karena ini berarti beban Pr sejarahnya berkurang banyak! Marun sangat senang sekali sampai Marun spontan memeluknya dan mencium kening Ferdi. Ferdi tampak sedikit terkejut, tapi ia tampak ikut senang melihat Marun yang yang sedang senang saat ini.
“ Kok bisa Fer?” tanya Rio yang duduk dibelakang
“ Gua-kan IPS, so masalah sejarah, itu urusan yang paling gampang buat gua!!” jawab Ferdi bangga
“ Maksud gua, kok lu tau kalau Marun ada tugas sejarah?” tanya Rio lagi
“ Memangnya apa sih yang nggak gua tau tentang Marun?” jawab Ferdi riang
“ Thank you…Wah, karena tugas gua udah selesai, so kita bisa main dong!!” timpal Marun
“ Sip!! Good idea!! Kita main ke…Puncak?!” tawar Ferdi
“ Hah? Lo memang jenius!! Tau aja isi hati gua” sambungku setuju
“ Guys…kaya’nya kalian pergi ke puncaknya berdua aja deh, gua ada…” ujar Rio dengan nada menyesal
“ Les biola?” sambung Marun. Rio menganguk membenarkan.
“ Ohh come on…kitakan nggak sering dapat waktu main kaya’ gini!! Ayolah Rio…kita main ya?!” Marun memohon sambil memegang tangannya. “ Please”
“ Iya, sekali aja lo bolos, nggak apa-apakan?” sambung Ferdi
“ Sori gua nggak bisa, maybe next time” lantas Rio keluar dari mobil. Marun kesal melihat tingkah laku Rio yang selalu menolak kalau diajak jalan bareng akhir-akhir ini
“ Rio!!! Lo kenapa sih? Kalo ada masalah lo cerita sama kita dong!! Bukannya jutekkin kita berdua!!!” nada suara Marun meninggi
“ Gua nggak kenapa-kenapa kok” jawab Rio kalem
“ Trus kenapa sih lo nggak pernah mau diajak jalan sama kita?” Marun tambah kesal melihat sikap Rio yang biasa-biasa saja menanggapi Marun
“ Karena gua ada kegiatan lain yang lebih berguna..that’s all”
“ Jadi menurut lo kita nggak guna??? Gitu??” Marun tersinggung akibat perkataan terakhir Rio yang membuatnya makin naik pitam
“ Bukan gitu Run” Rio mulai berusaha menenangkan Marun yang ia sadari mulai marah terhadapnya
“ LANTAS APA????” Marun seperti hendak menyerang Rio sebelum ditahan oleh Ferdi
“ Run!!!! Udah ahh…malu dilihat sama yang lain…Rio mendingan lo sekarang pergi! Run masuk ke mobil!! Ayo!!” Ferdi memaksa Marun untuk masuk ke mobil, namun Marun terus berontak ingin dilepaskan
“ Arghh!!!” Marun lantas ia memukul dashboard mobil lalu tertunduk kesal
“ Marun…memang kenapa kalau kita ke puncak berdua aja?” tanya Ferdi lembut sambil mengusap rambut Marun pelan. Marun terdiam beberapa saat sebelum ia memeluk Ferdi dan menitikkan air mata di bahunya.
“ Dia kok berubah ya?? Gua salah apa sih? Kok Rio nggak seperti Rio yang dulu? Kenapa dia selalu aja menghindar kalau kita ajak jalan? Kenapa dia nggak sayang lagi sama kita berdua? Kenapa…” Ferdi lantas memotong perkataan Marun dengan menempelkan jari telunjuknya di bibir tipis Marun
“ Rio mungkin punya prioritas lain daripada kita…kita harus bisa mengerti Rio, karena kita teman baik Rio. Ok?!” ujar Ferdi bijak dan lembut
“ You are right…everyone has a secret and their own problems or priority” balas Marun sembari tersenyum
“ That’s my girl!!! So…kita jadi ke Puncak?” tanya Ferdi antusis lagi
“ Biar gua yang nyetir ya!!!” balas Marun tak kalah antusias


“ Marun…boleh kita ngomong bareng?” pinta Rio begitu waktu istirahat tiba
“ Mau ngobrol??” Marun balik bertanya
“ Iya, tapi berdua aja..”
“ Lah…ngapain berdua?? Kok gua nggak diajak sih?” timpal Ferdi yang baru saja datang lalu merangkul bahu Marun dan duduk disebelahnya
“ Ok…pulang sekolah aja ya, sekalian gua juga mau ngomong sama lo” ujar Marun agak ketus
“ Ok, gua tunggu diparkiran ya”
“ Sip!!”
“ See ya there” Rio lantas pergi
“ Eh…ihh!!! Kok malah pergi seeh??” Marun sewot
“ Kenapa lagi sih sayang?” tanya Ferdi sembari memeluk pinggang Marun
“ Itu tuh si Rio!! Bukannya makan bareng, malah pergi!! DASAR kutu buku!!” umpat Marun kesal
“ Hahahaha ada-ada aja lo Run, ya udah…sekarang mau pesen apa?” tanya Ferdi sambil mempererat pelukkannya
“ Mmm apa aja, asal sama kayak lo” jawab Marun
“ Ok!! Gua pesenin dulu ya…tunggu bentar ya!” Ferdi lantas mengecup pipi Marun. Marun sempat kaget menyikapi prilaku Ferdi barusan…nggak salah apa? Marun hanya tersenyum kecil menanggapi hal tadi. Beda dengan Marun, Rio yang sedari tadi memperhatikan mereka-sekarang ia menahan amarah yang bergolak di dadanya. Rio cepat-cepat pergi dari tempatnya berharap bisa menghilangkan rasa marah yang sekarang sedang menguasainya.

“ Hai…udah lama?” sapa Marun setibanya di parkiran
“ Maaf ya, kita telat 15 menit! Tadi Marun cari buku Fisika dulu di perpustakaan. Sorry ya” tambah Ferdi sambil memeluk pinggang Marun lalu mengedipkan sebelah matanya ke arah Rio yang pipinya sedikit merona merah karena kepanasan.
“ Nggak apa-apa kok!” jawab Rio pendek, sebenarnya ia hanya ingin berbicara dengan Marun saja
“ Ferdi!!! Kesini dong!!! Kita mau nanya pendapat lo tentang kostum baru kita nih!!!” panggil Meta, ketua Cheers sekolah
“ Eh gua kesana dulu ya” pamit Ferdi “ Run…gua tinggal dulu ya” Marun menganguk
“ Ayo Run!!” Rio lantas menarik tangan Marun masuk ke mobilnya
“ Heh-eh…ada apa sih Yo??!” tanya Marun heran
“ Buruan pake sabuk pengamannya!! Gua mau ajak lo ke suatu tempat…gua mau ngomong sama lo!!!” ujar Rio sembari menginjak dalam pedal gas mobilnya
“ Wow!!! Lo bisa ngebut juga ya!!” ujar Marun kaget melihat gaya menyetir Rio yang baru, apa mentang-mentang mobil sedannya baru lantas ingin pamer?
“ Lo belum tahukan???” balas Rio
“ Maksud lo??” Marun balik bertanya
“ Ya…lo belum tau kalau gua bisa ngebut!!! Bahkan bisa lebih kenceng dari kebutannya Ferdi!” jawab Rio sambil menyalakan tape mobilnya yang langsung disambut hentakkan cepat dari lagu kepunyaan Destiny’s Child. Marun seraya mengernyitkan dahinya sejenak, ia keheranan karena Rio kok tumben ya mau dengerin lagu kayak gini?? Kalau sedang jalan di mobil Ferdi, Rio selalu membawa discman sendiri, karena ia tidak mau mendengarkan musik macam ini di mobil yang kebetulan adalah jenis musik kesukaan Ferdi dan Marun. Tapi sekarang…Rio malah nampak menikmati lagu hingar bingar milik grup terkenal itu. Marun hanya tersenyum tipis ikut menikmati…
“ Kita mau kemana sih?” tanya Marun
“ Kita mau ke puncak” jawab Rio pendek, singkat, jelas, padat
“ Puncak?? Baru aja kemaren gua sama Ferdi ke Puncak, ngapain lagi kita ke Puncak?” Marun keheranan
“ Gua mau kasih liat sesuatu yang baru ke lo!!!”
“ Apaan tuh??” Marun sekarang tambah penasaran
“ Nanti aja gua jelasin pas kita udah nyampe, Ok”

Mereka sudah sampai ke komplek Villa di bilangan Puncak. Mereka menepi tepat di depan villa kecil yang cantik yang didominasi warna putih dan hiasan bunga warna Merah marun.
“ Wow ni villa bagus banget!!! Ini punya lo Yo?” tanya Marun tak percaya ke arah Rio yang sedang mencari sesuatu di laci mobil, Marun lantas berlari kecil memasuki halaman kecil villa cantik tersebut
“ Mmm apa Run?” Rio balik bertanya, ia lebih mementingkan barang cariannya daripada menjawab pertanyaan Marun
“ Ye!!! Ini villa punya lo apa bukan?” tanya Marun sembari balik menghampiri Rio yang masih sibuk mengobrak-abrik laci mobilnya
“ Oh…ya…dulu” jawab Rio pelan sambil mengambil kotak kecil berwarna pink dari laci
“ Dulu? Trus sekarang masih punya lo?” tanya Marun lagi
“ Bukan…sekarang villa ini punya…punya lo Run” ujar Rio lembut sembari menyodorkan kotak kecil yang sedari tadi ia cari-cari
Marun terbengong-bengong mendengar ucapan Rio tadi. Bercanda ya Rio?? Nggak lucu ahh!! Marun tersenyum tipis lalu membalikkan badan tak acuh menanggapi guyonan Rio tadi. Rio mengernyitkan dahinya melihat Marun malah pergi meninggalkannya. Rio lantas menarik lengan Marun.
“ Yee malah pergi…bentar dulu dong!! Gimana lo bisa masuk kalau lo nggak punya kuncinya?” potong Rio
“ Lo bercandakan?? DASAR!!” Marun memukul pelan bahu Rio
“ Gua serius Run…this is your villa now!! I mean it!!” tegas Rio, ia ingin Marun sadar dan menerima kalau Rio memang serius ingin memberikan villa mungil cantik itu kepada Marun
“ What?? Rio, lo nggak bercanda nih?” tanya Marun lagi, kali ini ia benar-benar tidak percaya kalau Rio sedang tidak bercanda
“ Yap!!! Gua serius banget kalau villa ini punya lo!! Nih kuncinya” Rio lantas memberikan kotak kecil pink ke tangan Marun yang sekarang memucat

“ Apa??? Rio kasih villa sama lo?” tanya Vely tak percaya, sampai-sampai minumannya tumpah mendengar cerita yang baru saja Marun ceritakan
“ Iya…gua sendiri mau pingsan rasanya!! Gila!! VILLA bo!!! Bagus banget lo!!” ujar Marun riang
“ Bagusan mana sama yang dikasih Ferdi?” tanya Vely lagi
“ Mmm kalo yang ini bentuknya imut banget!! Kalau yang dari Ferdi nuansa chic! Pokoknya beda deh!!” ujar Marun lagi
“ Gila lu ya!!! Dikasih villa sama dua orang yang paling diincer sama cewek serayon sekolah!!” ujar Vely pelan agak iri dengan keberuntungan Marun
“ Mmm jangan gitu ahh…kita temenan…so panteskan kalo kita saling memberi?” ujar Marun merendah
“ Iya…saling memberi…tapi VILLA bo!!! Tetep aja nggak normal!! Pasti ada apa-apanya nih!!” ujar Vely lagi
“ Ahh dasar!! Eh tuh Rio, RIO!!!” panggil Marun sambil melambaikan tangannya. Rio tersenyum ke arah Marun dan menghampiri mereka.
“ Hai…lagi pada ngapain nih?” tanya Rio sambil duduk disamping Marun dan langsung memeluk pinggang Marun. Marun sedikit terkejut, karena biasanya yang berbuat seperti ini hanya Ferdi, Rio biasanya tidak pernah berbuat seperti ini, tapi biarlah…mereka sama saja kok!!
“ Kita lagi ngomongin villa baru yang kemarin lo kasih Yo!!” tukas Vely cepat
“ Ihh Vely!!! Kok diomongin? Kan malu ada Rionya!!” Marun malu mendengar jawaban Vely sebelumnya
“Nggak apa-apa dong Run! Itukan hak proregatifnya Vely mau ngomong apa” tengah Rio sambil mempererat pelukkannya
“ Iya nih!! BTW, kok lo baik banget sih sama Marun?? Sampe ngebeliin dia villa segala?! Pasti lo suka ya sama dia?” goda Vely, Marun melotot ke arah Vely sekarang
“ Mmm…gua pengen aja kasih sesuatu yang baru buat dia” jawab Rio kalem. Marun hanya tersenyum tipis mendengar pernyataan Rio.
“ Yo…makasih ya” ujar Marun pelan. Rio membalas dengan senyuman lembut kesukaan Marun, rasanya tenang bila dihujani senyuman lembut itu tiap hari.
“ HAI!!! Kalian lagi disini toh!!” Ferdi menghampiri mereka. “ Eh kita jalan yuk?!” ajak Ferdi sembari menggenggam jemari Marun erat. Marun salah tingkah dibuatnya. Dia benar-benar GR saat ini…
Ferdi dan Rio ada disampingku, gila!! Cowo inceran satu sekolah sekarang berada sangat dekat dengan ku
“ Yuk!!! Mmm kita ke…Dufan!!!” usul Marun riang. Ferdi langsung bangkit menarik Marun yang diikuti Rio. Kali ini ada seulas senyuman dibibir Rio.
“ Fer…kita pake mobilnya Rio yuk?” ajak Marun sebelum masuk ke mobil Ferdi. Ferdi terdiam sesaat sebelum melemparkan senyuman bijak ke arah Marun dan Rio.
“ Ok…sekalian aja Rio yang nyetir, gimana Yo?” tanya Ferdi
“ With pleasure” jawab Rio senang

Sore yang menyenangkan mereka alami bertiga. Hampir semua wahana mereka nikmati kecuali Kicir-kicir. Marun mendadak pucat pasi dan menolak mentah-mentah ketika Rio dan Ferdi semangat mengajak Marun menaiki wahana yang menuntut keberanian terhadap ketinggian.
“ Gua fobia ketinggian…so kalian berdua aja yang main ok?! Lagi pula gua mau makan mie nih, lapar!” tolak Marun halus sambil tersenyum
“ Lapar? Baru aja kita makan!!! Masa lo udah mau makan lagi sih?” tanya Ferdi heran, wah cantik-cantik ternyata kuat makan bo!!
“ Jangan banyak alasan ah!!! Ikut aja!!” ujar Rio juga tak percaya kalau ternyata sahabatnya fobia ketinggian
“ Beneran…gua fobia ketinggian..kalian maen aja berdua, gua…eh!!” Marun panik ketika Ferdi mengangkat tubuh Marun dan membopongnya ke pintu masuk wahana Kicir-kicir. Rio tersenyum pahit ketika Ferdi membopong Marun…
Kali ini lo boleh gendong dia…next, she is my turn
“ Nah..lo duduk ditengah-tengah aja, supaya aman terlindungi” ujar Ferdi riang menurunkan Marun diantara Rio dan Ferdi. “ There’s nothing to worry about!! Just enjoy it!!” seruan Ferdi berbarengan mulai naiknya kereta mereka ke atas.
Tangan Marun terkepal erat menahan emosinya. Wajahnya sekarang benar-benar pucat, keringat basah dan tubuhnya sedikit gemetar. Ferdi merasakan Marun gemetar disebelahnya. Sambil tersenyum Ferdi menggenggam jari Marun erat dan mencium punggung tangannya.
“ Tenang aja…it just a game..you’ll be fine” ujar Ferdi sambil menikmati hembusan angin menerpa wajahnya yang luarbiasa tampan.
Kereta tiba-tiba berhenti…Sontak Marun kaget dan memeluk Rio disampingnya.
“ Please…gua mau turun” lirih Marun lemah. Rio mau-tak mau merasa kasihan juga melihat Marun merana seperti ini. Ia lantas balas memeluk dan berbisik…
“ Calm down, ada gua disini. You save with me” lantas Rio mengelus rambut Marun lembut
Apa-apaan lo!!! Pake ngelus rambut Marun segala? Sial!!! Kali ini lo memang unggul, liat aja nanti Yo!!!
Ferdi melemparkan pandangan ke arah laut ketika kereta mulai bergerak lagi.

“ Malem Run…lagi ngapain?” tanya Ferdi lembut
“ Lagi ditelfon sama Ferdi…emang kenapa?” balas Marun asal
“ Oh iyaya…hehehe lupa gua”
“ Ferdi-ferdi, baru aja dua jam yang lalu kita maen, udah nelfon lagi? Rindu ya sama Marun?” goda Marun
“ Iya…Run, besok gua jemput ya”
“ Aduh maaf, baruuu aja tadi gua setuju untuk dijemput sama Rio..sorry ya Say”
“ Yah…nggak apa-apa kok!! Tapi besok lusa lo adalah hak milik gua!!” ujar Ferdi sedikit kesal karena sudah keduluan sama Rio, sahabatnya
“ Seharian??” tanya Marun
“ Yap!!! Seharian lo adalah milik gua!!”
“ But, lusa is Saturday”
“ Yeah…jadi kita bisa maen sepuasnya ok?!!” Ferdi langsung menutup telfonnya
“ Ok…hallo? Putus…” Marun lalu menutup gagang telefonnya lalu cepat-cepat mengangkat gagang itu kembali, menekan nomor yang sudah dihafalnya diluar kepala. Senyumnya mengembang bahagia ketika mendengar suara dari seberang yang sudah sangat ingin Marun dengar.

“ Sabtu-Minggu kemana Run?” selidik Rio
“ Maen” jawab Marun datar sambil terus mengunyah pizza favoritnya
“ Maen kemana?”
“ Maen tenis sama Ferdi di Puncak…emang kenapa?” tanya Marun lagi
“ What?” Rio menghentakkan kakinya ke pedal rem. Otomatis tubuh mereka sedikit terbanting kedepan, untung seat-belt menyelamatkan mereka dari benturan
“ Lo kenapa sih YO?!!” Marun berteriak kesal
“ Sorry, gua kaget!!”
“ STOP!!! Gua turun disini!!!” teriak Marun kesal
“ Tapi Run…ini udah masih jauh ke rumah lo!!” suara Rio penuh penyesalan
Sial!!! Kenapa sih harus ngerem mendadak segala?!! Ferdi nih gara-garanya! Maen tenis berdua segala di Puncak!! Gua kecolongan…
“ Turunin gua…sekarang!!!” bentak Marun lagi
“ Maaf-maaf…lo nggak usah turun ya?! Gua janji hati-hati nyetirnya, gua janji, asal jangan turun ya?” pinta Rio lagi. Gawat…lampu merah, mau-nggak mau Rio melambatkan laju mobilnya dan berhenti.
“ Please…jangan turun” mohon Rio lagi, tangannya menggenggam jemari Marun
“ Memang kenapa kalau gua turun disini? Gua bisa pulang sendiri kok!!!” jawab Marun ketus, ia marah sekali gara-gara keteledoran Rio tadi
“ Nanti…nanti lo bisa diapa-apain sama orang jahat!!! Jakarta kejam Run, gua nggak mau something bad happen to you” Rio sekarang menciumi punggung tangan Marun
Lembut sekali…gua ingin sekali menciumi tangan ini setiap menit
Marun luruh juga melihat Rio
“ Ok gua nggak akan turun, tapi sekarang lo maju ok, karena lampunya udah hijau” ujar Marun lembut
“ Thanks” ujar Rio sambil mencium pipi Marun cepat. Marun terkejut dibuatnya, ia tertunduk malu

“ Sorry, gua nggak bisa…next Saturday night aja, gimana?” tawar Marun
“ Ahh, apa gua keduluan lagi sama Ferdi?” tanya Rio, merasa kecolongan untuk kedua kalinya
“ Ferdi? Apa maksudnya?”
“ Iya…Ferdi, apa lo udah duluan janjian jalan sama Ferdi malam minggu entar?” jelas Rio
“ Ohh itu…nggak! Gua nggak janjian sama Ferdi kok!!” jawab Marun riang
“ Ohh…so janjian sama siapa?”
“ Mmm pokoknya kita cuman makan malam kok” jawab Marun lancar
“ Dimana?”
“ Di hotel Pangea”
“ Ohhh…ya udah, thanks ya Run, Bye” Rio bangkit marah dan melemparkan gagang telefonnya keras-keras. Ia langsung menyambar kunci mobilnya.
Belum selesai Marun bangkit dari duduknya, teleponnya sudah berdering lagi.
Duh siapa lagi sih? Udah jam segini nih…gua nggak mau telat
“ Halo” sapa Marun riang
“ Malam ini jalan yuk? Ada café baru di Kemang, kita kudu nyobain!!”
“ Ke café? Bertiga?” tanya Marun lagi, ia hafal sekali suara Ferdi
“ Bertiga?”
“ Iya…ato just you and me?” tanya Marun ragu
“ Yap!!! Just you and me!!”
“ Hehehe malem minggu selanjutnya aja ya?!” tawar Marun lagi
“ Ahh jangan bilang lo mau jalan berdua sama Rio!!” ujar Ferdi ketus
“ Bukan-bukan!! Gua nggak jalan sama Rio kok!”
“ Ahh jangan bohong Run!!”
“ Aduh Ferdi, kapan sih gua pernah bohong sama lo?!”
“ Kenapa sih kok gua selalu aja jadi prioritas nomer dua setelah Rio?” Ferdi mulai lepas kendali
“ Duh duh…lo nggak pernah jadi prioritas kedua kok!! Kalian sama-sama nomer satu buat gua!!” jelas Marun, ia tak ingin Ferdi marah
“ Trus…kenapa lo nolak ajakan gua malam ini?”
“ Karena gua mau makan sama orang lain…bukan Rio!!” jelas Marun cepat
“ Makan?? Dimana?”
“ Hotel Pangea” jawab Marun datar
“ Ok…selamat makan!!” Ferdi melempar gagang telefonnya dan langsung menyambar kunci mobilnya.
Duh!!! Kenapa sih mereka berdua?? Sama-sama ngajak jalan…sama-sama pengen berduaan aja, sama-sama rese, sama-sama sok mesra…ahh dasar cowo!! Pasti deh mereka lagi making joke buat gua!!!
Marun lalu bangkit lalu masuk ke kamar mandi untuk mandi dan mempercantik diri untuk makan malam hari ini.

Marun melangkah anggun menuju restoran mewah hotel Pangea. Tubuhnya terbalut kain sutra emas yang membuat tubuhnya yang elok terlihat makin indah. Pakaian formalnya sangat ketat dibagian atas tubuh dan terjuntai jatuh melebar pada bagian bawah tubuhnya. Rambut Marun yang biasa digerai atau dikuncir, kini hilang hilang digantikan gulungan rapi yang anggun yang menampilkan leher jenjang Marun yang dililit kalung emas kecil, cantik sekali.
Ferdi sangat terpana melihat penampilan Marun saat itu, hampir saja ia berjalan mendekati Marun untuk menyapa ratunya tersebut, tapi sesaat tersadar karena ternyata Rio juga sedang mengikuti Marun.
“ Ngapain lo disini?” tanya Ferdi ketus, sebal melihat Rio disebelahnya
“ Neither you?” balas Rio
“ Gua lagi ngikutin Marun”
“ So do I” jawab Rio ketus
“ Kok lo tahu Marun sedang disini?”
“ She told me on the phone”
“ Hah??”
“ Kok bingung?!!” tanya Rio sambil terus membuntuti Marun hati-hati
“ Jangan bilang lo disini sedang mengamati Marun!!” tebak Ferdi
“ Lo jugakan?! Hahaha memangnya yang tau dia disini cuman lo doang?” jari telunjuk Ferdi melayang ke bibir Rio dan Rio ditarik keras ke arah Ferdi untuk sembunyi dibalik dinding yang tidak jauh dari meja dimana sekarang Marun berhenti menatap mata lelaki jangkung yang sedang balas menatap mata Marun.
Lelaki tersebut merendah membungkukkan tubuhnya, menggapai tangan Marun dan mencium lembut tangan Marun. Marun tersenyum tersanjung atas sikap gentlemannya.
“ Sial!!! Siapa sih tuh cowo?!!” umpat Ferdi, hatinya meleleh
Marun tersenyum sambil terus memandangi lelaki yang sekarang bangkit mendekati Marun.
“ Cantik sekali…dari dulu Marun memang My Princess” ia melingkarkan tangannya di pinggang Marun
Kepala mereka dekat sekali…sepuluh senti…lima senti…Marun menikmati lumatan pelan dibibirnya. Tangannya meremas jemari Marun.
Ferdi dan Rio ternganga, bingung, marah, heran, cemburu…semuanya campur aduk.
“ Mereka…mereka…” Rio merasa tiba-tiba tubuhnya lemas sekali
“ Yap!!! They are a couple…perfect match!!” ujar Ferdi pelan sambil menepuk pundak Rio pelan
“ Gua kira, gua yang ada di hati dia” ujar Rio lagi
“ Gua juga…gua juga ngira kalau gua yang ada di hati dia” tambah Ferdi
“ Cowo itu beruntung sekali bisa dapatkan Marun”
“ Yeah…” timpal Ferdi pelan
“ Dia beruntung”
“ Beruntung?”
“ Ya, beruntung!!! Karena dia jadi yang nomor satu buat Marun!” jelas Rio kesal
“ Berarti kita juga beruntung sekali!!” ujar Ferdi, kali ini nada suaranya sedikit riang
“ Maksud lo?”
“ Hei…ambil positifnya…kita adalah sahabatnya!! Sahabat adalah prioritas nomor satu buat Marun!! So we still number one in her heart!!” hibur  Ferdi bijak. Rio menatap bingung Ferdi sesaat…
“ You’re right” Rio tersenyum, Ferdi balas tersenyum
“ So…how about play bowling? You never bite me!!” tawar Ferdi
“ Bilyard is better!!” ujar Rio cepat
“ Let’s go!!”
Mereka berdua berbalik pergi. Menghabiskan malam minggu ini sebagai sahabat yang baru saja bertemu setelah terpisah lama sekali. Sementara itu Marun tersenyum manis didepan meja makannya menatap kekasih yang sudah lama ingin ia temui.
R 25 Juli 2005

Tidak ada komentar: