Marun pergi
tergesa-gesa menuju mobil sedan berwarna hitam mengkilat yang menunggu di
pelataran parkir di kampusnya. Didalam sedan tersebut terlihat cowok sedang
berbicara pada handphonenya yang merupakan HP keluaran terbaru. Kacamata hitam
melapisi matanya dan baju Armani putih melekat di tubuhnya yang kekar.
“
Hai…maaf ya gua telat! Hehehe biasa temen-temen gua pada sok sibuk butuhin gua,
padahal ga penting” ujar Marun sembari duduk disebelah cowok tersebut.
“
Gak apa-apa kok, lagipula gua juga nggak lama-lama amat kok nungguin lo. Ya
udah, jadi nih kita ke Bandung?” tanya David ramah
“
Hah?? Ke Bandung?” Marun terkejut, ngapain ke Bandung? Mana gua belum minta
izin ke orangtua pula, kayaknya nggak mungkin deh, pikir Marun.
“
Kok ke Bandung sih?” kata-kata itu meluncur spontan dari mulut Marun yang
kebingungan
“ Tenang aja, gua udah minta izin
ke orangtua lo kok! Lagipula kita ke Bandungnya nggak nginep kok, jadi
dibolehin” balas David kalem
“ Bener?” tanya Marun lagi
“ Ya…tenang aja, kita ke
Bandung pengen nengokin temen yang sakit, so tenang aja…masih bingung?” melihat
Marun yang masih kebingungan, lalu David mengelus rambut Marun pelan dan
meyakinkan bahwa orangtuanya udah kasih izin buat Marun.
“ Ok!” jawab Marun riang.
Dalam perjalanan mereka tidak
pernah berhenti dari ngobrol dan bercanda, maklum mereka memang pasangan yang
dua-duanya penggemar Tom and Jerry, so pasti dua-duanya pada suka bercanda.
Nggak pernah ada kata bosen dalam kamus percintaan mereka yang sudah berjalan
hampir 4 tahun.
Mereka mulai merajut tali
kasih sejak duduk di bangku SMA. Marun adalah adik kelas yang terpaut 2 tahun
dari David, mereka jadian pada saat Marun kelas 2, dan David sudah menjadi
mahasiswa di salah satu universitas negeri favorit di Jakarta. Sama seperti David,
Marun juga akhirnya menjadi mahasiswi dimana David kuliah, hanya beda fakultas
saja. Marun lebih suka Teknik, sedangkan David lebih memilih karier sebagai
Dokter.
“ Eh, mampir dulu yuk!” ajak
David sambil menepikan mobilnya memasuki salah satu restoran di Puncak
“ YEEE katanya mau jenguk
kawan?! Kok malah makan hura-hura seeh?!” tolak Marun
“ Gua capek nyetir, berenti
sebentar aja nggak apa-apakan?” tawar David
“ Ok” Marun setuju, Davidpun
akhirnya menepikan lalu keluar dari mobil menuju tebing Puncak yang memiliki
pemandangan perkebunan teh warisan Belanda yang luar
biasa indah. David menghirup dalam-dalam udara sejuk Puncak, segar rasanya.
“ Sejuk banget ya” ujar
Marun sembari memeluk David dari belakang
“ Eh, gua kira siapa”
“ Memang siapa lagi yang boleh
meluk lo?” tanya Marun sewot
“ Hehehe ada dong!!” canda
David
“ Iya…gua-kan?” tebak Marun
asal
“ Salah!”
“ Hah? Siapa dong?!” Marun
melepaskan pelukkannya, rasa cemburu mulai menjulur di sekitar tubuhnya
“ Nyokap gua, HAHAHA” timpal
David sembari tertawa lepas, Marun kena sama candaannya
“ Ihh awas ya!” ancam Marun
sambil menjawil pinggang David. David lantas menghindar memasuki mobil yang
diikuti Marun. Tak sengaja Marun menindih David di bangku belakang mobil, dekat
sekali.
Mata mereka saling beradu
dalam jarak tidak lebih dari 10 cm. David menarik kepala Marun untuk mendekat…8
cm…5 cm…3 cm…
9 detik kemudian mereka
mengakhiri moment yang indah itu. Marun mengakhiri dengan senyuman tipis di
bibirnya,
“ Gua yang nyetir ya?
Kayaknya lo agak capek” Marun memberikan tawaran
“ Sampai Bandung ya” tawar
David lagi
“ Done” Marun bangkit dan
duduk di bangku kemudi yang diikuti David yang duduk disebelahnya. Mereka
meneruskan perjalanan kembali.
“ Dave??” bangun Say, dah
sampe di Padalarang nih” ujar Marun lembut sambil mengusap kepala David yang
terlelap.
“ Mmm….Padalarang? Masuk tol
aja ya, trus keluar di Pasteur trus ke Hasan Sadikin…mmm” ujar David pelan lalu
tidur lagi sambil memeluk tangan Marun.
“ Yee gua nggak bisa nyetir
dong?” Marun lantas menarik tangannya pelan,
“ Dasar!!”
Sebelum kerumah sakit mereka
mampir ke toko untuk membeli buah dan bunga untuk temen David yang sakit.
“ Memangnya dia sakit apa
sih Dave?” tanya Marun sewaktu berjalan di lorong menuju kamar teman David
“ Baru dioprasi usus buntu.
Hehehe dia sih paling nggak tahan kalau liat jambu, bawaannya makan jambu
melulu! Jadinya aja dia usus buntu!” jawab David sambil tekekeh menahan geli
“ Oooo” Marun
menganguk-anggukkan kepala tanda paham
“ O iya kalau nggak salah lo
udah kenal kok sama dia” ujar David sambil membuka pintu kamar 365
“ Hai Don, pa kabar Man?”
sapa David riang sambil mengenggam erat tangan Doni yang yang kekar.
“ Wah…lo datang jengukkin gua
jauh-jauh dari Jakarta nih? Jadi ngerepotin dong!” ujar Doni tak kalah riang
dan ramah, wajar saja karena akhirnya sekarang duo sobat jahil itu bertemu lagi
setelah hampir 2 tahun tak jumpa.
“ Hahaha nggak ngerepotin
kok, lagipula seneng kok bisa ketemu lo lagi, untung aja Jambu favorit lo cuman
makan usus lo, bukan jantung lo HAHAHAHA” canda David
“ Dasar!!! Awas lo ya, o iya
itu siapa Vid?” tanya Doni sambil mengalihkan pandangan ke arah Marun yang dari
tadi berdiri dibelakang Doni.
“ Ohh ini cewek gua, Marun”
David mengenalkan Marun pada Doni. Tiba-tiba senyum menghilang dari wajah Doni maupun
Marun setelah mata keduanya bertatapan.
Marun berusaha
menyembunyikan kemarahannya. Dadanya terasa agak sesak menahan amarahnya. Marun
menundukkan kepalanya, berusaha menutupi wajah yang memerah dan sedang berusaha
sekuat tenaga untuk menahan jatuhnya air mata dari matanya.
Keadaan yang tadinya
menyenangkan berubah menjadi keadaan hening yang kurang menyenangkan.
“ Marun, lo kenapa?” tanya
David sambil mengelus rambut Marun, David bingung melihat kekasihnya yang
sedari tadi ceria sekarang berubah total menjadi Marun yang pendiam dan pemalu.
“ Marun?” tanya Doni sambil
bangkit dari tidurnya
“ Ya, namanya Marun. Run,
Doni mau kenalan sama lo…Lo nggak apa-apakan?” tanya David mulai cemas melihat
keadaan Marun yang sekarang benar-benar menyembunyikan wajahnya dari pandangan.
Marun membalikkan tubuhnya cepat dan berlari keluar. David berusaha menahan
tapi tidak sempat.
“ Hei!!! Mau kemana?” tanya
David, Marun mengacuhkan pertanyaan David dan terus berlari keluar kamar.
“ Dave…biarin aja, mungkin
dia lagi capek jadi nggak mau ketemu sama gua” ujar Doni sembari tersenyum
kecut
“ Biarin gimana maksud lo?
Dia tuh nggak sopan! Duh maaf ya Don, nggak biasanya lo dia kayak begitu,
sebenernya dia tuh supel banget dan dia..”
“ Iya, nggak apa-apa kok.
Kejar aja!” suruh Doni
“ Tapikan gua baru bentar
ketemu sama lo?”
“ Yang penting lo datang,
itu cukup kok! Buruan sana, kejar dia, kasian”
“ Thanks sobat, see ya”
ujar David sambil menjabat erat tangan sahabatnya itu lalu berlari keluar
sambil mengeluarkan HP dan menghubungi Marun yang sekarang sedang duduk lemas
di pinggir mobil di pelataran parkir rumah sakit.
“ Lo lagi dimana?” tanya
David pendek tegas
“ Di mobil” ujar Marun
dengan nada suara yang bergetar
“ Gua kesana” David lalu
bergegas ke parkir mobil dan menemukan Marun sedang duduk memeluk erat kakinya
erat bersandar pada velg mobilnya. David bergegas menarik tangan Marun,
membantu berdiri, membukakan pintu mobil, Marun lalu duduk dan David segera
duduk di belakang kemudi dan menyalakan mesin mobilnya.
“ Kenapa sih lo kok jahat
kayak gitu?” tanya David tegas, tatapan dingin memenuhi matanya.
Marun tak kuasa menjawab.
Dia hanya menunduk, dadanya mulai terasa sesak lagi.
“ Marun…hallo? Gua nanya
sekali lagi, lo tadi kenapa?” kali ini nada suaranya diperlembut. Marun tetap
tak bergeming. Sekarang mimik wajah Marun menunjukkan kegelisahan dan
kebingungan, Marun mulai hilang kendali atas dirinya sendiri, seperti orang
yang tak memiliki jiwa saja.
Melihat gelagat Marun yang
sangat aneh David menghentikan rasa marahnya pada Marun dan justru khawatir
setelah melihat mata Marun yang ‘kosong’.
“ Ok-ok sekarang kita pulang
“ ujar David sambil mengusap kepala Marun yang masih menunduk. Pikiran David
sekarang dipenuhi banyak sekali pertanyaan ‘kenapa’, ‘ada apa’ dan banyak lagi.
Ditambah lagi keadaan Marun yang berubah drastis setelah bertemu dengan Doni,
rasa penasaran David makin menjadi-jadi.
Perjalanan pulang sangat
berbeda dengan keadaan sewaktu berangkat. Tak ada lagi canda tawa, yang ada
hanya keheningan yang dihiasi lantunan pelan musik dari tape mobil.
Sesampainya di depan rumah
Marun, David mengantarkan sampai depan rumah dan pamit pada orang tua Marun
yang terlihat gelisah mengetahui keadaan anaknya yang aneh.
“ Pak, setelah bertemu teman
saya, Marun jadi berubah sekali, kenapa ya Pak?” tanya David sopan pada ayahnya
Marun
“ Oh…mungkin tiba-tiba
migrainnya kambuh” jawab ayah Marun sambil terbata-bata, seperti menutupi
sesuatu.
“ Marun mana?” tanya David
pada Noni, sahabat karib Marun di kampus.
“ Tau tuh!! Dari tadi pagi
gua nggak liat dia, padahal hari ini ada Fisika dasar lo” jawab Noni
“ Memang kenapa dengan
Fisika?” David balik bertanya
“ Itukan pelajaran
favoritnya dia! Sakitpun dia bela-belain masuk kuliah kalo ada Fisika. BTW
lo-kan cowoknya, kok nggak tau Marun dimana sekarang?” Noni balik bertanya
“ Iya, tapi dari tadi pagi
gua nggak bisa menghubungi HP dia, mailbox terus”
“ Mmm iya sih, kalo gitu lo
dateng aja ke rumahnya” Noni memberikan usul
“ Huh jauh-jauh dari Salemba
ke Depok, trus sekarang harus ke Cinere?” keluh David
“ Eee lo mau ketemu cewek lo
ato nggak? Lagi pula Cinere nggak jauh-jauh amat kok!! Terserah elo sih, tapi
cowok yang baik selalu bersedia kemana saja untuk menemui kekasihnya, walaupun
diujung dunia sekalipun” Noni mulai berpuisi
“ Stop-stop-stop gua akan
kesana” ujar David sambil membalikkan tubuhnya dan kembali ke mobilnya. “
Makasih” teriak David pada Noni
“ Sip!! Salam buat Marun ya”
teriak Noni yang dibalas acungan jempol David.
“ Malam tante, Marun ada?”
sapa David ramah pada Ibunya Marun yang membukakan pintu untuknya.
“ David, masuk Nak, sebentar ya Ibu
panggilkan Marun” ujar Ibunya Marun sambil menaiki tangga menuju kamar Marun
diatas.
Beberapa menit kemudian
Marun tampak menapaki anak tangga menuju ruang tamu. David terkejut melihat
penampilan Marun yang berbeda dari biasanya, sekarang Marun terlihat sangat
lelah, ada lingkaran hitam membulat dibawah matanya yang sembab karena banyak
menangis dan bibir yang sangat pucat. Senyum tipis ada di wajah Marun yang
terlihat sangat letih. David sadar kalau ada sesuatu yang tidak beres terjadi
pada kekasihnya.
“ Marun sakit?” sapa David
begitu Marun sampai di ruang tamu, menarik tangannya pelan dan duduk
disebelahnya, Marun menggelengkan kepalanya sekali.
“ Marun marah ya?” tanya
David lagi, Marun menggelengkan kepalanya lagi, masih belum mau bicara.
“ Sukur deh Marun nggak
sakit atau marah sama David, tapi kok Marun diam saja dari kemarin?” tanya
David lagi. Marun sekarang menatap mata David. David merasa ada kegundahan
tersirat di mata Marun yang berkaca-kaca, David tak ingin kekasihnya menagis
untuk yang kesekian kalinya, dia tahu itu, maka David lantas memeluk Marun erat
“ Udah…maaf ya David nanya
terus…sekarang yang penting Marun sehat dan David ada disamping Marun itu udah
cukup kok” ujar David sambil mencium kepala Marun
Marun merasakan kehangatan
menjalar ke seluruh tubuhnya saat ini. Didalam pelukkan hangat David, Marun
merasa aman dan seperti menemukan kembali sesuatu yang hilang dari dirinya.
Marun sangat berterimakasih atas pemberian Tuhan padanya, seorang kekasih yang
sangat pengertian adalah anugrah besar yang belum tentu dimiliki olah cewek
lain. Marun lantas balas memeluk David erat, David sempat terkejut lantas
merasa lega karena ternyata Marun tidak menolak kehadiran David.
Sembari terus memeluk Marun,
David mengusap lembut kepala Marun. Marun merasakan suatu kekuatan untuk
menatap mata David dan
“ Dave” ucap Marun pelan.
David terkejut, akhirnya Marun mau juga bicara padanya.
“ Kenapa sayang?” tanya
David penuh perhatian
“ Makasih ya”
“ Ya…sama-sama”
“ Dave…mmm mau minum apa?”
tanya Marun baru ingat kalau David belum disuguhi apapun
“ Oh nggak usah” tolak David
“ Bentar ya, gua ambilkan
minuman dulu” ujar Marun sembari bangkit menuju dapur. David lega melihat Marun
berjalan menuju dapur sambil tersenyum, itu berarti David bisa kembali bercanda
dengannya.
“ Ini” ujar Marun sambil
menaruh gelas minuman didepan David dan duduk disampingnya
“ Makasih…so, jadi ada apa
kemarin dengan Doni?” tanya David santai
Mendengar nama ‘Doni’ Marun kembali
menunjukkan wajah tegang, marah dan gelisah. Marun spontan menjauh dari David.
David menyadari hal ini, dan buru-buru minta maaf.
“ Ok-ok maaf-maaf, gua nggak
akan nyinggung soal yang kemarin ok?! Maaf ya Say” David lantas memeluk Marun
yang sekarang makin gelisah. Hati David pedih melihat keadaan kekasihnya yang
dirasa kurang normal ini, David khawatir kalau Marun menjadi seorang yang
seperti ini kemudian hari. David memeluk erat Marun, berharap keadaan marun
membaik lagi.
Sebulan telah berlalu
“ Dave jangan lupa kado
istimewa buat gua besok ya?!” ujar Marun riang
“ Sip, sekarang lo istirahat
buat pesta besok ok?” balas David
“Ok”
“ Eh, boleh nggak gua ajak
temen gua ke party lo besok?” tanya David
“ Boleh bawa aja
sebanyak-banyaknya, biar tambah rame” ujar Marin riang
“ Ok, kalo gitu buruan sana
istirahat! Gua mau liat cewek gua yang super cantik di pesta ulang tahunnya
besok”
“ Pasti dong! Dah” Marun
trun dari mobil David, tapi dengan cepat David menarik tangan Marun dan sebuah
kecupan hangat mendarat di keningnya.
“ Met bobo ya” bisik David,
Marun membalas dengan senyuman lebar di bibirnya.
David terkesima melihat
penampilan Marun malam itu. Marun terlihat anggun dengan gaun malam hitam yang
melilit indah mengikuti liuk tubuh indah Marun yang semampai. Sepatu hak tinggi
berwarna hitam dengan pernik borci membuat penampilan Marun terlihat glamour
tapi tetap simpel. Rambutnya diikat rapi, wajahnya tampak segar dengan sapuan
make-up tipis berwarna soft orange, cantik sekali.
“ Selamat ulang tahun tuan
putri” bisik David di telinga Marun setibanya di pesta ulang tahun Marun yang
meriah. David menarik Marun ke pinggir kolam renang, tempat yang suasananya
lebih sepi dan tenang.
“ Dave…baru datang? Kemana
aja?” tanya Marun tak percaya David datang terlambat
“ Jalan macet banget, jadi
gua lewat tol, eh tol juga macet jadi gua…” penjelasan David dipotong Marun
dengan menempelkan telunjuknya ke bibir David
“ Nggak apa-apa kok, yang
penting sekarang lo disini, itu adalah hadiah paling istimewa buat gua” ujar Marun
lembut
“ Ini, sekali lagi, selamat
ulang tahun” ujar David sambil menyodorkan kotak beludru merah marun berukuran
sedang pada Marun. Tersenyum Marun menerima hadiah dari kekasihnya itu.
Dibukanya kotak tersebut pelan…kalung emas putih dengan bandul berlian
berbentuk bintang tersusun rapi didalam kotak tersebut. Marun menganga
terkesima melihat hadiah David itu.
“ Dave…inikan”
“ Kenapa? Ada yang salah? Lo
nggak suka ya?” potong David
“ Ma..maksud gua..Gua
suka..suka banget! Tapi ini-kan mahal Dave” ujar Marun ragu
“ Nggak mahal kalau
dibandingin diri lo dan hubungan kita. Itu pantas berada di leher cantik lo”
ujar David sembari mengalungkan kalung bintang tersebut ke leher Marun. Setelah
itu, mata mereka bertatapan satu sama lain sambil tersenyum. Beberapa detik
kemudian, Marun menyudahi interaksi kedua bibir dengan ucapan ‘terima kasih’.
“ Marun…” David lantas
berlutut dihadapan Marun
“ Dave, ngapain lo?” tanya
Marun heran melihat David yang berlutut dihadapannya, risih juga.
“ Marun…” panggil David lagi
“ Aduh, iya Dave, ada apa?
Berdiri dong, nggak enak dilihat sama yang lain ah!” Marun risih
“ Marun gua serius nih..”
melihat mata David yang tajam dan wajahnya yang serius membuat Marun terdiam
dan mendengarkan David seksama.
“ Marun, would you engaged me?”
tanya David sambil mengeluarkan cincin dari balik jasnya
Marun merasa ini adalah
sebuah mimpi. Apa iya David ingin bertunangan dengannya? Atau ini lelucon untuk
joke ulang tahun dia saja?
“ Lo bercandakan Dave? Nggak
lucu ahh” elak Marun
“ Gua serius!!!”
“ Ok…beneran lo serius?”
Marun sadar kalau kekasihnya itu sedang tidak bercanda saat ini.
“ Maukah lo bertunangan
dengan gua?” tanya David lagi, tatapan tajam matanya menunjukkan kalau ia
benar-benar serius
“ Mmm “ Marun bingung
“ Marun…maukah elo jadi tunangan
gua?” David kembali menegaskan pertanyaannya
“ Ya” jawab Marun pendek.
Mendengar jawaban itu, David langsung memeluk tubuh Marun erat yang disertai
tepuk tangan orang-orang yang menyaksikan adegan indah tersebut.
“ YES!!! Sekarang kalian
semua tau, Marun adalah tunangan gua!!!” teriak David puas
“ Dave…nggak usah
teriak-teriak gitu dong! Malu ah” ujar Marun menenangkan David
“ Gua BAHAGIA, LO JADI
TUNANGAN GUA, I LOVE YOU” lantas David memeluk Marun lagi.
Jam menunjukkan tepat tengah
malam, itu berarti pesta mulai menapaki puncak kemeriahannya. Saat Marun sedang
mengobrol-ngobrol dengan teman-temannya di pinggir kolam renang, tiba-tiba ada
seseorang yang menepuk pundaknya dari arah belakang.
“ Happy birthday” ujar Doni
ramah sambil menyodorkan kado berbentuk hati kehadapan Marun. Marun tersentak
melihat keberadaan Doni dihadapannya saat ini. Gelas minuman miliknya lepas
dari genggamannya.
“ NGAPAIN LO DISINI?” teriak
Marun, marah sekali.
“ Marun, calm down, I just
wanna give a gift, that’s all” ujar Doni gugup menenangkan keadaan Marun yang
marah luar biasa, Doni tak ingin keberadaannya membuat kacau suasana pesta.
“ PERGI!!! PERGI!!!” usir
Marun
“ Ok-ok gua akan pergi” ujar
Doni cepat
“ Marun, ada apa?” tanya
David terengah-engah
“ Jadi…dia temen yang lo
undang ke pesta gua?” tanya Marun sengit pada David
“ Doni?” David heran melihat
sahabatnya ada disini saat ini
“ Ya dia!!!” timpal Marun
“ Doni? Nggak!! Dia nggak
gua undang! Gua undang orang lain, gua undang Dimas, bukan Doni!!” David
membela diri. Saat itu orang-orang sudah mulai berkerumun menyaksikan konflik
tersebut.
“ BOHONG!!! Lo BOHONG!!!”
Marun menyangkal sambil ketakutan
“ Nggak!! David nggak
bohong! Gua memang datang kesini karena kemauan gua sendiri kok!” sela Doni
sambil memegang tangan Marun
“ ARGHHH!! Jangan pegang
tangan gua!!! Jangan pegang gua!! Jangan dekati gua…PERGI..pergi..pergi” Marun
mulai kehilangan kontrol diri, ketakutan, gelisah, sampai pingsan. Untung David
dengan sigap menahan tubuh Marun.
“ Marun!!! Sini gua bantuin”
Doni menawarkan bantuan pada David. David menatap tajam mata Doni, penuh
kecurigaan.
“ Mendingan lo disini aja,
biar gua yang urus tunangan gua” ujar David sambil membopong Marun ke ruang
keluarga di lantai dua yang tidak ada tamu. David dan keluarga Marun berusaha
menyadarkan Marun dengan minyak kayu putih, sedangkan Doni duduk terdiam di pinggir kolam renang menunggu kabar, ia tidak
peduli walaupun orang-orang disekitarnya membicarakan dirinya.
Perlahan Marun membuka
kelopak matanya, lega hati semua keluarga apalagi hati David melihat
tunangannya sadar.
“ Lo baik-baik sajakan?”
tanya David begitu Marun bisa bangun
“ Ya…Dia masih ada disini”
Marun kembali tegang dan gelisah
“ Dia…dia siapa” tanya David
berusaha menenangkan
“ Dia…dia…DONI!!” Marun
mulai histeris
“ Nggak..dia nggak ada
disini” ujar David cepat sambil memeluk Marun, mudah-mudahan bisa lebih tenang.
Terdengar tangisan ibu Marun melihat keadaan putrinya seperti itu.
Benar saja, Marun lebih
tenang saat ini. Tapi tiba-tiba
“ Pastikan dia sudah pergi…jangan
ada didekat gua…PERGI!!!…jangan, JANGAN!!” Marun histeris lagi, suara tangis
ibu Marun makin keras, David sekarang tidak memeluknya tapi memaksa Marun untuk
berhadapan dengannya, eye to eye, ia sudah tidak bisa membendung rasa
penasarannya mengapa tiap bertemu Doni Marun jadi histeris dan lose control.
“ Marun, sekarang tatap mata
gua!” ujar Doni dingin
“ Jangan…JANGAN!!!” Marun
masih histeris
“ MARUN!! Tatap mata gua,
SEKARANG!!” tegas David sambil mengencangkan pegangannya pada lengan Marun. Marun
tersentak dan menatap mata David, lebih tenang.
“ Ok…sekarang jawab
pertanyaan gua…ada apa antara lo dengan Doni?” tanya David
“ Doni? Doni?” Marun
sekarang menangis, kepalanya tertunduk
“ Marun…Ada apa antara lo
dengan Doni?” David mengulangi pertanyaannya sekali lagi, David terus menahan
gejolak sedih dan amarah di hatinya melihat keadaan tunangannya
“ Dave…gua…gua nggak bisa
ka-kasih tau sama lo” jawab Marun terus menundukkan kepala dan menangis
“ Kenapa? Gua akan menerima
semua jawaban dari lo…Baik atau buruk…bahkan sangat buruk sekalipun…gua akan
terima”
“ Bener?” tanya Marun
“ Ya, karena lo adalah
tunangan gua, gua akan terima lo apa adanya lo”
“ Nggak Dave…nggak…lo
terlalu baik untuk gua. Gua…”
“ Ya…lo kenapa?” tanya David
lembut
Dengan menatap mata David
Marun sekuat tenaga membuka rahasia yang selama ini ia dan keluarga pendam
dalam-dalam. Dengan perasaan ragu Marun mengumpulkan kekuatan untuk memberitahu
apa yang sebenarnya terjadi antara Marun dengan Doni. Tapi Marun tak ingin
kehilangan David, seseorang yang sangat ia sayangi dan kasihi, seseorang yang
telah memberikan kedamaian kepadanya selama ini, ia jadi ragu.
“ Ayo Run…gua tunggu lo
untuk bicara apa yang sebenarnya terjadi antara lo dengan Doni?” ucap David
pelan
Mendengar nama ‘Doni’ emosi
kemarahan Marun meledak.
“ DONI MEMPERKOSA GUA!!!!
Dia ambil kehormatan gua…dia jahat! Semuanya gara-gara dia!!! He took my
virginity when I’m still junior high. Dia udah SMA, dan gua masih SMP!!
Masih BODOH!! Dan mau dibodohi sama dia!!! Dia ambil kehormatan gua begitu
saja, dan menghilang entah kemana….untung gua nggak hamil!!!”
David tercengang mendengar
itu semua, di benaknya dipenuhi rasa tak percaya, sahabatnya sendiri yang telah
memperkosa kekasihnya.
“ Dave…udah tau-kan kenapa
alasan gua?!” ujar Marun gelisah
“ Ya” jawab David pendek,
sambil bangkit, api kemarahan menguasai dirinya saat ini
“ Dave mau kemana? DAVE?!!”
Marun bangkit dan menyusul David.
Spontan David menuju
pelataran di pinggir kolam renang tempat Doni duduk termenung. Dengan cekatan
David menarik kerah baju Doni lalu meninju pipi Doni sampai hidung Doni
mimisan. Kaget karena tib-tiba David, sahabat karibnya, meninjunya tanpa alasan
lantas Doni balas meninju yang akhirnya terjadi perkelahian diantara mereka.
Para undangan pria buru-buru
memisahkan perkelahian mereka. Baik David maupun Doni sama-sama babak belur dan
banyak mengeluarkan darah.
“ Don..please,
mendingan lo pergi sekarang” pinta Marun kepada Doni sembari menundukkan
kepalanya, Marun masih belum bisa melihat langsung wajah Doni.
“ Tapi Run!!” gelak Doni
ingin membela diri
“ Please…” mohon
Marun pelan, menatap mata Doni penuh harap. Doni agak terkejut karena akhirnya
Marun bersedia menatapnya kembali walaupun sesaat. Doni membalikkan badannya,
dan pergi
“ Dave…lo baik-kan?” tanya
Marun sambil memeluk David erat, takut David terluka.
“ Gua nggak apa-apa kok!
Cuman luka biasa” jawab David lemah
“ Tadi gua lihat dia nendang
perut lo, gua khawatir”
“ Perut gua nggak…aww!”
David merintih sewaktu perutnya digerakkan
“ Jangan gerak…maaf Dave, lo
jadi gini gara-gara gua” ujar Marun lemah sambil menitikkan air mata
“ Sudah, gua nggak apa-apa
kok! Tunanganmu ini kuat kok!!”
Ucapan terakhir David
membuat Marun tak percaya…Marun menatap takjub mata David
“ Kenapa?” David bertanya
keheranan
“ Lo…tadi bilang…tunangan
gua?” tanya Marun tak percaya
“ Ooo iya, gua memang
tunangan lo, atau lo berubah pikiran untuk nolak gua?” David balik bertanya
“ Nggak!” jawab Marun cepat
“ Nggak?? Nggak mau jadi
tunangan gua maksud lo?” David bertanya lagi
“ Nggak bukan gitu…”
“ Lantas apa?? Ooo kalo
gitu…” David mengenggam erat jemari Marun, menatap dalam mata Marun sekali
lagi. “ Gua makin yakin sama hubungan gua saat ini. So…Marun, would you married
me?” tanya David lembut tapi terdengar keyakinan dibelakang suaranya.
Marun mencium David setelah
mendengar permintaan David. Itu lebih dari cukup untuk David untuk dijadikan
jawaban. Di dalam hati, Marun berterimakasih pada Tuhan, karena telah
memberikan seseorang yang luar biasa untuk dirinya yang tidak sempurna. Hari
ini adalah hari terindah dalam hidup Marun setelah cobaan pahit yang telah diterimanya dahulu. Terima kasih Tuhan…
R 7 Januari 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar