Selasa, 16 Juli 2013

The Secret



Marun pergi tergesa-gesa menuju mobil sedan berwarna hitam mengkilat yang menunggu di pelataran parkir di kampusnya. Didalam sedan tersebut terlihat cowok sedang berbicara pada handphonenya yang merupakan HP keluaran terbaru. Kacamata hitam melapisi matanya dan baju Armani putih melekat di tubuhnya yang kekar.

            “ Hai…maaf ya gua telat! Hehehe biasa temen-temen gua pada sok sibuk butuhin gua, padahal ga penting” ujar Marun sembari duduk disebelah cowok tersebut.

            “ Gak apa-apa kok, lagipula gua juga nggak lama-lama amat kok nungguin lo. Ya udah, jadi nih kita ke Bandung?” tanya David ramah

            “ Hah?? Ke Bandung?” Marun terkejut, ngapain ke Bandung? Mana gua belum minta izin ke orangtua pula, kayaknya nggak mungkin deh, pikir Marun.

            “ Kok ke Bandung sih?” kata-kata itu meluncur spontan dari mulut Marun yang kebingungan

“ Tenang aja, gua udah minta izin ke orangtua lo kok! Lagipula kita ke Bandungnya nggak nginep kok, jadi dibolehin” balas David kalem

“ Bener?” tanya Marun lagi

“ Ya…tenang aja, kita ke Bandung pengen nengokin temen yang sakit, so tenang aja…masih bingung?” melihat Marun yang masih kebingungan, lalu David mengelus rambut Marun pelan dan meyakinkan bahwa orangtuanya udah kasih izin buat Marun.

“ Ok!” jawab Marun riang.

Dalam perjalanan mereka tidak pernah berhenti dari ngobrol dan bercanda, maklum mereka memang pasangan yang dua-duanya penggemar Tom and Jerry, so pasti dua-duanya pada suka bercanda. Nggak pernah ada kata bosen dalam kamus percintaan mereka yang sudah berjalan hampir 4 tahun.

Mereka mulai merajut tali kasih sejak duduk di bangku SMA. Marun adalah adik kelas yang terpaut 2 tahun dari David, mereka jadian pada saat Marun kelas 2, dan David sudah menjadi mahasiswa di salah satu universitas negeri favorit di Jakarta. Sama seperti David, Marun juga akhirnya menjadi mahasiswi dimana David kuliah, hanya beda fakultas saja. Marun lebih suka Teknik, sedangkan David lebih memilih karier sebagai Dokter.

“ Eh, mampir dulu yuk!” ajak David sambil menepikan mobilnya memasuki salah satu restoran di Puncak

“ YEEE katanya mau jenguk kawan?! Kok malah makan hura-hura seeh?!” tolak Marun

“ Gua capek nyetir, berenti sebentar aja nggak apa-apakan?” tawar David

“ Ok” Marun setuju, Davidpun akhirnya menepikan lalu keluar dari mobil menuju tebing Puncak yang memiliki pemandangan perkebunan teh warisan Belanda yang luar biasa indah. David menghirup dalam-dalam udara sejuk Puncak, segar rasanya.

“ Sejuk banget ya” ujar Marun sembari memeluk David dari belakang

“ Eh, gua kira siapa”

“ Memang siapa lagi yang boleh meluk lo?” tanya Marun sewot

“ Hehehe ada dong!!” canda David

“ Iya…gua-kan?” tebak Marun asal

“ Salah!”

“ Hah? Siapa dong?!” Marun melepaskan pelukkannya, rasa cemburu mulai menjulur di sekitar tubuhnya

“ Nyokap gua, HAHAHA” timpal David sembari tertawa lepas, Marun kena sama candaannya

“ Ihh awas ya!” ancam Marun sambil menjawil pinggang David. David lantas menghindar memasuki mobil yang diikuti Marun. Tak sengaja Marun menindih David di bangku belakang mobil, dekat sekali.

Mata mereka saling beradu dalam jarak tidak lebih dari 10 cm. David menarik kepala Marun untuk mendekat…8 cm…5 cm…3 cm…

9 detik kemudian mereka mengakhiri moment yang indah itu. Marun mengakhiri dengan senyuman tipis di bibirnya,

“ Gua yang nyetir ya? Kayaknya lo agak capek” Marun memberikan tawaran

“ Sampai Bandung ya” tawar David lagi

“ Done” Marun bangkit dan duduk di bangku kemudi yang diikuti David yang duduk disebelahnya. Mereka meneruskan perjalanan kembali.



“ Dave??” bangun Say, dah sampe di Padalarang nih” ujar Marun lembut sambil mengusap kepala David yang terlelap.

“ Mmm….Padalarang? Masuk tol aja ya, trus keluar di Pasteur trus ke Hasan Sadikin…mmm” ujar David pelan lalu tidur lagi sambil memeluk tangan Marun.

“ Yee gua nggak bisa nyetir dong?” Marun lantas menarik tangannya pelan,   “ Dasar!!”

Sebelum kerumah sakit mereka mampir ke toko untuk membeli buah dan bunga untuk temen David yang sakit.

“ Memangnya dia sakit apa sih Dave?” tanya Marun sewaktu berjalan di lorong menuju kamar teman David

“ Baru dioprasi usus buntu. Hehehe dia sih paling nggak tahan kalau liat jambu, bawaannya makan jambu melulu! Jadinya aja dia usus buntu!” jawab David sambil tekekeh menahan geli

“ Oooo” Marun menganguk-anggukkan kepala tanda paham

“ O iya kalau nggak salah lo udah kenal kok sama dia” ujar David sambil membuka pintu kamar 365

“ Hai Don, pa kabar Man?” sapa David riang sambil mengenggam erat tangan Doni yang yang kekar.

“ Wah…lo datang jengukkin gua jauh-jauh dari Jakarta nih? Jadi ngerepotin dong!” ujar Doni tak kalah riang dan ramah, wajar saja karena akhirnya sekarang duo sobat jahil itu bertemu lagi setelah hampir 2 tahun tak jumpa.

“ Hahaha nggak ngerepotin kok, lagipula seneng kok bisa ketemu lo lagi, untung aja Jambu favorit lo cuman makan usus lo, bukan jantung lo HAHAHAHA” canda David

“ Dasar!!! Awas lo ya, o iya itu siapa Vid?” tanya Doni sambil mengalihkan pandangan ke arah Marun yang dari tadi berdiri dibelakang Doni.

“ Ohh ini cewek gua, Marun” David mengenalkan Marun pada Doni. Tiba-tiba senyum menghilang dari wajah Doni maupun Marun setelah mata keduanya bertatapan.

Marun berusaha menyembunyikan kemarahannya. Dadanya terasa agak sesak menahan amarahnya. Marun menundukkan kepalanya, berusaha menutupi wajah yang memerah dan sedang berusaha sekuat tenaga untuk menahan jatuhnya air mata dari matanya.

Keadaan yang tadinya menyenangkan berubah menjadi keadaan hening yang kurang menyenangkan.

“ Marun, lo kenapa?” tanya David sambil mengelus rambut Marun, David bingung melihat kekasihnya yang sedari tadi ceria sekarang berubah total menjadi Marun yang pendiam dan pemalu.

“ Marun?” tanya Doni sambil bangkit dari tidurnya

“ Ya, namanya Marun. Run, Doni mau kenalan sama lo…Lo nggak apa-apakan?” tanya David mulai cemas melihat keadaan Marun yang sekarang benar-benar menyembunyikan wajahnya dari pandangan. Marun membalikkan tubuhnya cepat dan berlari keluar. David berusaha menahan tapi tidak sempat.

“ Hei!!! Mau kemana?” tanya David, Marun mengacuhkan pertanyaan David dan terus berlari keluar kamar.

“ Dave…biarin aja, mungkin dia lagi capek jadi nggak mau ketemu sama gua” ujar Doni sembari tersenyum kecut

“ Biarin gimana maksud lo? Dia tuh nggak sopan! Duh maaf ya Don, nggak biasanya lo dia kayak begitu, sebenernya dia tuh supel banget dan dia..”

“ Iya, nggak apa-apa kok. Kejar aja!” suruh Doni

“ Tapikan gua baru bentar ketemu sama lo?”

“ Yang penting lo datang, itu cukup kok! Buruan sana, kejar dia, kasian”

“ Thanks sobat, see ya” ujar David sambil menjabat erat tangan sahabatnya itu lalu berlari keluar sambil mengeluarkan HP dan menghubungi Marun yang sekarang sedang duduk lemas di pinggir mobil di pelataran parkir rumah sakit.

“ Lo lagi dimana?” tanya David pendek tegas

“ Di mobil” ujar Marun dengan nada suara yang bergetar

“ Gua kesana” David lalu bergegas ke parkir mobil dan menemukan Marun sedang duduk memeluk erat kakinya erat bersandar pada velg mobilnya. David bergegas menarik tangan Marun, membantu berdiri, membukakan pintu mobil, Marun lalu duduk dan David segera duduk di belakang kemudi dan menyalakan mesin mobilnya.

“ Kenapa sih lo kok jahat kayak gitu?” tanya David tegas, tatapan dingin memenuhi matanya.

Marun tak kuasa menjawab. Dia hanya menunduk, dadanya mulai terasa sesak lagi.

“ Marun…hallo? Gua nanya sekali lagi, lo tadi kenapa?” kali ini nada suaranya diperlembut. Marun tetap tak bergeming. Sekarang mimik wajah Marun menunjukkan kegelisahan dan kebingungan, Marun mulai hilang kendali atas dirinya sendiri, seperti orang yang tak memiliki jiwa saja.

Melihat gelagat Marun yang sangat aneh David menghentikan rasa marahnya pada Marun dan justru khawatir setelah melihat mata Marun yang ‘kosong’.

“ Ok-ok sekarang kita pulang “ ujar David sambil mengusap kepala Marun yang masih menunduk. Pikiran David sekarang dipenuhi banyak sekali pertanyaan ‘kenapa’, ‘ada apa’ dan banyak lagi. Ditambah lagi keadaan Marun yang berubah drastis setelah bertemu dengan Doni, rasa penasaran David makin menjadi-jadi.

Perjalanan pulang sangat berbeda dengan keadaan sewaktu berangkat. Tak ada lagi canda tawa, yang ada hanya keheningan yang dihiasi lantunan pelan musik dari tape mobil.

Sesampainya di depan rumah Marun, David mengantarkan sampai depan rumah dan pamit pada orang tua Marun yang terlihat gelisah mengetahui keadaan anaknya yang aneh.

“ Pak, setelah bertemu teman saya, Marun jadi berubah sekali, kenapa ya Pak?” tanya David sopan pada ayahnya Marun

“ Oh…mungkin tiba-tiba migrainnya kambuh” jawab ayah Marun sambil terbata-bata, seperti menutupi sesuatu.



“ Marun mana?” tanya David pada Noni, sahabat karib Marun di kampus.

“ Tau tuh!! Dari tadi pagi gua nggak liat dia, padahal hari ini ada Fisika dasar lo” jawab Noni

“ Memang kenapa dengan Fisika?” David balik bertanya

“ Itukan pelajaran favoritnya dia! Sakitpun dia bela-belain masuk kuliah kalo ada Fisika. BTW lo-kan cowoknya, kok nggak tau Marun dimana sekarang?” Noni balik bertanya

“ Iya, tapi dari tadi pagi gua nggak bisa menghubungi HP dia, mailbox terus”

“ Mmm iya sih, kalo gitu lo dateng aja ke rumahnya” Noni memberikan usul

“ Huh jauh-jauh dari Salemba ke Depok, trus sekarang harus ke Cinere?” keluh David

“ Eee lo mau ketemu cewek lo ato nggak? Lagi pula Cinere nggak jauh-jauh amat kok!! Terserah elo sih, tapi cowok yang baik selalu bersedia kemana saja untuk menemui kekasihnya, walaupun diujung dunia sekalipun” Noni mulai berpuisi

“ Stop-stop-stop gua akan kesana” ujar David sambil membalikkan tubuhnya dan kembali ke mobilnya. “ Makasih” teriak David pada Noni

“ Sip!! Salam buat Marun ya” teriak Noni yang dibalas acungan jempol David.



“ Malam tante, Marun ada?” sapa David ramah pada Ibunya Marun yang membukakan pintu untuknya.

“ David, masuk Nak, sebentar ya Ibu panggilkan Marun” ujar Ibunya Marun sambil menaiki tangga menuju kamar Marun diatas.

Beberapa menit kemudian Marun tampak menapaki anak tangga menuju ruang tamu. David terkejut melihat penampilan Marun yang berbeda dari biasanya, sekarang Marun terlihat sangat lelah, ada lingkaran hitam membulat dibawah matanya yang sembab karena banyak menangis dan bibir yang sangat pucat. Senyum tipis ada di wajah Marun yang terlihat sangat letih. David sadar kalau ada sesuatu yang tidak beres terjadi pada kekasihnya.

“ Marun sakit?” sapa David begitu Marun sampai di ruang tamu, menarik tangannya pelan dan duduk disebelahnya, Marun menggelengkan kepalanya sekali.

“ Marun marah ya?” tanya David lagi, Marun menggelengkan kepalanya lagi, masih belum mau bicara.

“ Sukur deh Marun nggak sakit atau marah sama David, tapi kok Marun diam saja dari kemarin?” tanya David lagi. Marun sekarang menatap mata David. David merasa ada kegundahan tersirat di mata Marun yang berkaca-kaca, David tak ingin kekasihnya menagis untuk yang kesekian kalinya, dia tahu itu, maka David lantas memeluk Marun erat

“ Udah…maaf ya David nanya terus…sekarang yang penting Marun sehat dan David ada disamping Marun itu udah cukup kok” ujar David sambil mencium kepala Marun

Marun merasakan kehangatan menjalar ke seluruh tubuhnya saat ini. Didalam pelukkan hangat David, Marun merasa aman dan seperti menemukan kembali sesuatu yang hilang dari dirinya. Marun sangat berterimakasih atas pemberian Tuhan padanya, seorang kekasih yang sangat pengertian adalah anugrah besar yang belum tentu dimiliki olah cewek lain. Marun lantas balas memeluk David erat, David sempat terkejut lantas merasa lega karena ternyata Marun tidak menolak kehadiran David.

Sembari terus memeluk Marun, David mengusap lembut kepala Marun. Marun merasakan suatu kekuatan untuk menatap mata David dan

“ Dave” ucap Marun pelan. David terkejut, akhirnya Marun mau juga bicara padanya.

“ Kenapa sayang?” tanya David penuh perhatian

“ Makasih ya”

“ Ya…sama-sama”

“ Dave…mmm mau minum apa?” tanya Marun baru ingat kalau David belum disuguhi apapun

“ Oh nggak usah” tolak David

“ Bentar ya, gua ambilkan minuman dulu” ujar Marun sembari bangkit menuju dapur. David lega melihat Marun berjalan menuju dapur sambil tersenyum, itu berarti David bisa kembali bercanda dengannya.

“ Ini” ujar Marun sambil menaruh gelas minuman didepan David dan duduk disampingnya

“ Makasih…so, jadi ada apa kemarin dengan Doni?” tanya David santai

Mendengar nama ‘Doni’ Marun kembali menunjukkan wajah tegang, marah dan gelisah. Marun spontan menjauh dari David. David menyadari hal ini, dan buru-buru minta maaf.

“ Ok-ok maaf-maaf, gua nggak akan nyinggung soal yang kemarin ok?! Maaf ya Say” David lantas memeluk Marun yang sekarang makin gelisah. Hati David pedih melihat keadaan kekasihnya yang dirasa kurang normal ini, David khawatir kalau Marun menjadi seorang yang seperti ini kemudian hari. David memeluk erat Marun, berharap keadaan marun membaik lagi.



Sebulan telah berlalu

“ Dave jangan lupa kado istimewa buat gua besok ya?!” ujar Marun riang

“ Sip, sekarang lo istirahat buat pesta besok ok?” balas David

“Ok”

“ Eh, boleh nggak gua ajak temen gua ke party lo besok?” tanya David

“ Boleh bawa aja sebanyak-banyaknya, biar tambah rame” ujar Marin riang

“ Ok, kalo gitu buruan sana istirahat! Gua mau liat cewek gua yang super cantik di pesta ulang tahunnya besok”

“ Pasti dong! Dah” Marun trun dari mobil David, tapi dengan cepat David menarik tangan Marun dan sebuah kecupan hangat mendarat di keningnya.

“ Met bobo ya” bisik David, Marun membalas dengan senyuman lebar di bibirnya.



David terkesima melihat penampilan Marun malam itu. Marun terlihat anggun dengan gaun malam hitam yang melilit indah mengikuti liuk tubuh indah Marun yang semampai. Sepatu hak tinggi berwarna hitam dengan pernik borci membuat penampilan Marun terlihat glamour tapi tetap simpel. Rambutnya diikat rapi, wajahnya tampak segar dengan sapuan make-up tipis berwarna soft orange, cantik sekali.

“ Selamat ulang tahun tuan putri” bisik David di telinga Marun setibanya di pesta ulang tahun Marun yang meriah. David menarik Marun ke pinggir kolam renang, tempat yang suasananya lebih sepi dan tenang.

“ Dave…baru datang? Kemana aja?” tanya Marun tak percaya David datang terlambat

“ Jalan macet banget, jadi gua lewat tol, eh tol juga macet jadi gua…” penjelasan David dipotong Marun dengan menempelkan telunjuknya ke bibir David

“ Nggak apa-apa kok, yang penting sekarang lo disini, itu adalah hadiah paling istimewa buat gua” ujar Marun lembut

“ Ini, sekali lagi, selamat ulang tahun” ujar David sambil menyodorkan kotak beludru merah marun berukuran sedang pada Marun. Tersenyum Marun menerima hadiah dari kekasihnya itu. Dibukanya kotak tersebut pelan…kalung emas putih dengan bandul berlian berbentuk bintang tersusun rapi didalam kotak tersebut. Marun menganga terkesima melihat hadiah David itu.

“ Dave…inikan”

“ Kenapa? Ada yang salah? Lo nggak suka ya?” potong David

“ Ma..maksud gua..Gua suka..suka banget! Tapi ini-kan mahal Dave” ujar Marun ragu

“ Nggak mahal kalau dibandingin diri lo dan hubungan kita. Itu pantas berada di leher cantik lo” ujar David sembari mengalungkan kalung bintang tersebut ke leher Marun. Setelah itu, mata mereka bertatapan satu sama lain sambil tersenyum. Beberapa detik kemudian, Marun menyudahi interaksi kedua bibir dengan ucapan ‘terima kasih’.

“ Marun…” David lantas berlutut dihadapan Marun

“ Dave, ngapain lo?” tanya Marun heran melihat David yang berlutut dihadapannya, risih juga.

“ Marun…” panggil David lagi

“ Aduh, iya Dave, ada apa? Berdiri dong, nggak enak dilihat sama yang lain ah!” Marun risih

“ Marun gua serius nih..” melihat mata David yang tajam dan wajahnya yang serius membuat Marun terdiam dan mendengarkan David seksama.

“ Marun, would you engaged me?” tanya David sambil mengeluarkan cincin dari balik jasnya

Marun merasa ini adalah sebuah mimpi. Apa iya David ingin bertunangan dengannya? Atau ini lelucon untuk joke ulang tahun dia saja?

“ Lo bercandakan Dave? Nggak lucu ahh” elak Marun

“ Gua serius!!!”

“ Ok…beneran lo serius?” Marun sadar kalau kekasihnya itu sedang tidak bercanda saat ini.

“ Maukah lo bertunangan dengan gua?” tanya David lagi, tatapan tajam matanya menunjukkan kalau ia benar-benar serius

“ Mmm “ Marun bingung

“ Marun…maukah elo jadi tunangan gua?” David kembali menegaskan pertanyaannya

“ Ya” jawab Marun pendek. Mendengar jawaban itu, David langsung memeluk tubuh Marun erat yang disertai tepuk tangan orang-orang yang menyaksikan adegan indah tersebut.

“ YES!!! Sekarang kalian semua tau, Marun adalah tunangan gua!!!” teriak David puas

“ Dave…nggak usah teriak-teriak gitu dong! Malu ah” ujar Marun menenangkan David

“ Gua BAHAGIA, LO JADI TUNANGAN GUA, I LOVE YOU” lantas David memeluk Marun lagi.



Jam menunjukkan tepat tengah malam, itu berarti pesta mulai menapaki puncak kemeriahannya. Saat Marun sedang mengobrol-ngobrol dengan teman-temannya di pinggir kolam renang, tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundaknya dari arah belakang.

“ Happy birthday” ujar Doni ramah sambil menyodorkan kado berbentuk hati kehadapan Marun. Marun tersentak melihat keberadaan Doni dihadapannya saat ini. Gelas minuman miliknya lepas dari genggamannya.

“ NGAPAIN LO DISINI?” teriak Marun, marah sekali.

“ Marun, calm down, I just wanna give a gift, that’s all” ujar Doni gugup menenangkan keadaan Marun yang marah luar biasa, Doni tak ingin keberadaannya membuat kacau suasana pesta.

“ PERGI!!! PERGI!!!” usir Marun

“ Ok-ok gua akan pergi” ujar Doni cepat

“ Marun, ada apa?” tanya David terengah-engah

“ Jadi…dia temen yang lo undang ke pesta gua?” tanya Marun sengit pada David

“ Doni?” David heran melihat sahabatnya ada disini saat ini

“ Ya dia!!!” timpal Marun

“ Doni? Nggak!! Dia nggak gua undang! Gua undang orang lain, gua undang Dimas, bukan Doni!!” David membela diri. Saat itu orang-orang sudah mulai berkerumun menyaksikan konflik tersebut.

“ BOHONG!!! Lo BOHONG!!!” Marun menyangkal sambil ketakutan

“ Nggak!! David nggak bohong! Gua memang datang kesini karena kemauan gua sendiri kok!” sela Doni sambil memegang tangan Marun

“ ARGHHH!! Jangan pegang tangan gua!!! Jangan pegang gua!! Jangan dekati gua…PERGI..pergi..pergi” Marun mulai kehilangan kontrol diri, ketakutan, gelisah, sampai pingsan. Untung David dengan sigap menahan tubuh Marun.

“ Marun!!! Sini gua bantuin” Doni menawarkan bantuan pada David. David menatap tajam mata Doni, penuh kecurigaan.

“ Mendingan lo disini aja, biar gua yang urus tunangan gua” ujar David sambil membopong Marun ke ruang keluarga di lantai dua yang tidak ada tamu. David dan keluarga Marun berusaha menyadarkan Marun dengan minyak kayu putih, sedangkan Doni duduk terdiam di pinggir kolam renang menunggu kabar, ia tidak peduli walaupun orang-orang disekitarnya membicarakan dirinya.

Perlahan Marun membuka kelopak matanya, lega hati semua keluarga apalagi hati David melihat tunangannya sadar.

“ Lo baik-baik sajakan?” tanya David begitu Marun bisa bangun

“ Ya…Dia masih ada disini” Marun kembali tegang dan gelisah

“ Dia…dia siapa” tanya David berusaha menenangkan

“ Dia…dia…DONI!!” Marun mulai histeris

“ Nggak..dia nggak ada disini” ujar David cepat sambil memeluk Marun, mudah-mudahan bisa lebih tenang. Terdengar tangisan ibu Marun melihat keadaan putrinya seperti itu.

Benar saja, Marun lebih tenang saat ini. Tapi tiba-tiba

“ Pastikan dia sudah pergi…jangan ada didekat gua…PERGI!!!…jangan, JANGAN!!” Marun histeris lagi, suara tangis ibu Marun makin keras, David sekarang tidak memeluknya tapi memaksa Marun untuk berhadapan dengannya, eye to eye, ia sudah tidak bisa membendung rasa penasarannya mengapa tiap bertemu Doni Marun jadi histeris dan lose control.

“ Marun, sekarang tatap mata gua!” ujar Doni dingin

“ Jangan…JANGAN!!!” Marun masih histeris

“ MARUN!! Tatap mata gua, SEKARANG!!” tegas David sambil mengencangkan pegangannya pada lengan Marun. Marun tersentak dan menatap mata David, lebih tenang.

“ Ok…sekarang jawab pertanyaan gua…ada apa antara lo dengan Doni?” tanya David

“ Doni? Doni?” Marun sekarang menangis, kepalanya tertunduk

“ Marun…Ada apa antara lo dengan Doni?” David mengulangi pertanyaannya sekali lagi, David terus menahan gejolak sedih dan amarah di hatinya melihat keadaan tunangannya

“ Dave…gua…gua nggak bisa ka-kasih tau sama lo” jawab Marun terus menundukkan kepala dan menangis

“ Kenapa? Gua akan menerima semua jawaban dari lo…Baik atau buruk…bahkan sangat buruk sekalipun…gua akan terima”

“ Bener?” tanya Marun

“ Ya, karena lo adalah tunangan gua, gua akan terima lo apa adanya lo”

“ Nggak Dave…nggak…lo terlalu baik untuk gua. Gua…”

“ Ya…lo kenapa?” tanya David lembut

Dengan menatap mata David Marun sekuat tenaga membuka rahasia yang selama ini ia dan keluarga pendam dalam-dalam. Dengan perasaan ragu Marun mengumpulkan kekuatan untuk memberitahu apa yang sebenarnya terjadi antara Marun dengan Doni. Tapi Marun tak ingin kehilangan David, seseorang yang sangat ia sayangi dan kasihi, seseorang yang telah memberikan kedamaian kepadanya selama ini, ia jadi ragu.

“ Ayo Run…gua tunggu lo untuk bicara apa yang sebenarnya terjadi antara lo dengan Doni?” ucap David pelan

Mendengar nama ‘Doni’ emosi kemarahan Marun meledak.

“ DONI MEMPERKOSA GUA!!!! Dia ambil kehormatan gua…dia jahat! Semuanya gara-gara dia!!! He took my virginity when I’m still junior high. Dia udah SMA, dan gua masih SMP!! Masih BODOH!! Dan mau dibodohi sama dia!!! Dia ambil kehormatan gua begitu saja, dan menghilang entah kemana….untung gua nggak hamil!!!”

David tercengang mendengar itu semua, di benaknya dipenuhi rasa tak percaya, sahabatnya sendiri yang telah memperkosa kekasihnya.

“ Dave…udah tau-kan kenapa alasan gua?!” ujar Marun gelisah

“ Ya” jawab David pendek, sambil bangkit, api kemarahan menguasai dirinya saat ini

“ Dave mau kemana? DAVE?!!” Marun bangkit dan menyusul David.

Spontan David menuju pelataran di pinggir kolam renang tempat Doni duduk termenung. Dengan cekatan David menarik kerah baju Doni lalu meninju pipi Doni sampai hidung Doni mimisan. Kaget karena tib-tiba David, sahabat karibnya, meninjunya tanpa alasan lantas Doni balas meninju yang akhirnya terjadi perkelahian diantara mereka.

Para undangan pria buru-buru memisahkan perkelahian mereka. Baik David maupun Doni sama-sama babak belur dan banyak mengeluarkan darah.

“ Don..please, mendingan lo pergi sekarang” pinta Marun kepada Doni sembari menundukkan kepalanya, Marun masih belum bisa melihat langsung wajah Doni.

“ Tapi Run!!” gelak Doni ingin membela diri

Please…” mohon Marun pelan, menatap mata Doni penuh harap. Doni agak terkejut karena akhirnya Marun bersedia menatapnya kembali walaupun sesaat. Doni membalikkan badannya, dan pergi

“ Dave…lo baik-kan?” tanya Marun sambil memeluk David erat, takut David terluka.

“ Gua nggak apa-apa kok! Cuman luka biasa” jawab David lemah

“ Tadi gua lihat dia nendang perut lo, gua khawatir”

“ Perut gua nggak…aww!” David merintih sewaktu perutnya digerakkan

“ Jangan gerak…maaf Dave, lo jadi gini gara-gara gua” ujar Marun lemah sambil menitikkan air mata

“ Sudah, gua nggak apa-apa kok! Tunanganmu ini kuat kok!!”

Ucapan terakhir David membuat Marun tak percaya…Marun menatap takjub mata David

“ Kenapa?” David bertanya keheranan

“ Lo…tadi bilang…tunangan gua?” tanya Marun tak percaya

“ Ooo iya, gua memang tunangan lo, atau lo berubah pikiran untuk nolak gua?” David balik bertanya

“ Nggak!” jawab Marun cepat

“ Nggak?? Nggak mau jadi tunangan gua maksud lo?” David bertanya lagi

“ Nggak bukan gitu…”

“ Lantas apa?? Ooo kalo gitu…” David mengenggam erat jemari Marun, menatap dalam mata Marun sekali lagi. “ Gua makin yakin sama hubungan gua saat ini. So…Marun, would you married me?” tanya David lembut tapi terdengar keyakinan dibelakang suaranya.

Marun mencium David setelah mendengar permintaan David. Itu lebih dari cukup untuk David untuk dijadikan jawaban. Di dalam hati, Marun berterimakasih pada Tuhan, karena telah memberikan seseorang yang luar biasa untuk dirinya yang tidak sempurna. Hari ini adalah hari terindah dalam hidup Marun setelah cobaan pahit yang telah  diterimanya dahulu. Terima kasih Tuhan…
                                                           R 7 Januari 2005

Tidak ada komentar: