Aku tersenyum puas menyadari posisi dan
keadaanku sekarang. Aku adalah mahasiswa PTN favorit se-Indonesia. Setelah
perjuangan mati-matianku menembus SPMB akhirnya aku mendapatkan keberuntungan
ini dan menikmati hasil kerjaku sekarang.
“ Anak baru ya?” tanya
seseorang di belakangku
“ Iya” jawabku riang
“ Ayo cepat masuk barisan
sana!!!” bentaknya, aku langsung berlari mematuhi perintahnya. Ya, aku sekarang
sedang dalam masa orientasi, jadi wajar saja aku dibentak-bentak mahasiswa lain
yang lebih tinggi tingkat semesternya. Aku menikmati masa-masa ini, karena ini
pasti akan menjadi moment indah yang tak akan terlupakan sepanjang masa.
“ Marun?” tanya seseorang di
depanku, aku mendongakkan kepalaku, sedikit terkejut karena ternyata orang yang
baru saja memanggilku adalah
“ Setyo? Wah hebat ya jadi
salah satu panitia ospek… Apa kabar?” sapaku ramah
“ Baik…elo gimana?” balasnya
tak kalah ramah seperti dulu
“ Baik juga, well you can
see, I become your junior mate again!!” jawabku
“ Sure…Psst jangan
keras-keras, nanti yang lain denger kita ngobrol, lo bisa dihukum!” ujarnya
sambil menempelkan jari telunjuknya ke mulut tipis dan merona merah itu. Aku
menganguk setuju lantas kembali mengerjakan tugas yang diberikan seniorku untuk
menggambarkan peta denah kampusku.
“ Masih belon selesai??
Dasar pemalas!!” senior yang memberikan tugas padaku datang dan langsung
membentakku begitu melihat hasil kerjaku yang belum selesai, “ CEPETAN DONG!!
MASA GITU AJA NGGAK BECUS SIH?” bentaknya lagi. Ih biasa dong!! Gerutuku dalam hati
“ Udah dong Rasti…lagiankan
bentar lagi juga selesai” bela Setyo
“ Ih lo malah belain dia
lagi…Heh anak baru, kamu udah ngapain dia? Ngerayu ya?” bentaknya lagi padaku
sambil melotot padaku
“ Nggak, saya sedang
ngerjain ini kok!! Nggak ngerayu dia!! Kegatelan amat!!” balasku sedikit
sengit, menurutku dia agak keterlaluan galaknya pada junior seperti aku yang
sedang di ospek
“ Heh!! Berani ngelawan ya?”
tantangnya
“ Bukannya ngelawan, cuman
ngejawab pertanyaan anda saja kok!” balas ku kalem, aku tau apa konsekuensi
bicara seperti itu di hadapannya. Dan benar saja, setelah mendengar ucapanku ia
langsung menghukumku dengan push-up sebanyak 50 kali. Biar, aku sudah biasa
melakukan ini tiap kali aku latihan Taekwondo semasa SMA dulu.
“ Sabar ya..dia memang nyebelin
gitu kalau lagi PMS, gua tinggal dulu ya?” hibur Setyo sewaktu aku melakukan
hukuman yang ku balas senyuman tanda aku akan baik-baik saja
Wah tak kusangka aku akan
sekampus lagi bersama mantan kekasihku sewaktu di SMA. Mudah-mudahan saja ia
bisa menjadi teman baik untukku sekaligus pembimbing karena aku benar-benar nol
tentang Jakarta.
“ Jadi Setyo itu mantan lo
Run?” tanya Bella, teman baruku di kampus, tak percaya ketika kami berjalan
pulang setelah seharian di kampus menjalani masa ospek kami
“ Yep, kita pacaran sewaktu
gua kelas satu dan dia kelas tiga. Jadi pengen ketawa kalau nginget masa indah
itu. Benar-benar moment yang sangat indah buat gua” jawabku sambil tersenyum
“ Masa’ sih lo nggak tau
kalau dia kuliah disini?” tanya Bella lagi
“ Nggak, soalnya kita nggak
komunikasi lagi setelah putus”
“ Kenapa?” tanya Bella, mmm
jawab nggak ya? Karena sebenarnya menyakitkan sekali kalau mengingat kejadian
yang satu itu. Kami putus nggak baik-baik. Dia kira aku menduakan dia dengan
Dito, sahabat karibnya sendiri, padahal hal itu tidak benar, karena aku sangat
menyayangi Setyo dan sama sekali tak ada niatan buruk untuk menghianatinya,
sama sekali tak ada. Sudahlah, lebih baik Bella tak tau, jadi kubalas saja
pertanyaannya itu dengan seulas senyuman lebar dan buru-buru mengganti topik
pembicaraan sore itu.
“ Pagi Run” sapa seseorang
dibelakangku yang suaranya sangat aku kenali
“ Pagi juga, Setyo kok
dateng pagi sih?” aku balas menyapa
“ Wes, kalo manggil gua
harus pake ‘kak’ dong…” ujarnya
“ Sori,,, tapikan ini
kuliah, bukan kaya’ SMA lagi harus pakai ‘kak’ segala” balasku cepat
“ Hahaha bercanda Run…kamu
masih kaya’ dulu ya? Masih seorang pemberontak kalau prinsipnya diganggu orang
lain” ujarnya kalem sambil duduk di kursi taman kampus, dia mengajakku untuk
duduk di sebelahnya
“ Hehehe lo juga masih kaya’
dulu. Masih sok baik sama adik kelas” candaku
“ Hahaha emang gua baik
kok!!”
“ Inget nggak kita ketemu
juga pas gua lagi di MOS jugakan?” tanyaku kembali mengingat masa lalu
“ Pastilah…gara-gara MOS
kita bisa pacaran” jawabnya pelan. Mendengar jawabnya membuat aku merasa
bersalah karena telah membuka kembali luka hubungan cinta kami dulu.
“ Ma-maaf ya…Mmm kok lo
nggak ngasih tau gua sih kalo lo kuliah disini?” tanyaku dengan nada riang
berusaha mengembalikan suasana yang lebih nyaman
“ Lo juga nggak kasih tau
gua kalau lo jadinya ke sini” balasnya
“ Nomor telfon lo udah ganti
sih…jadi gua bingung gimana caranya ngontak lo, lagiankan kita udah bisa
ngobrol, face to face pula!!” ujarku riang
“ Ya, nih nomor gua yang
baru. Lo telfon gua kapan aja pasti gua layanin Ok?!!…O iya, kok jadinya
Kedokteran Mbak?” tanyanya penasaran, “ Bukannya lo dulu ngotot pengen masuk
Mesin?”
“ Mmm iya, nggak tau kenapa
tiba-tiba gua dikasih mimpi yang isinya ngejelasin bahwa gua lebih baik ambil
jurusan ini kalau gua mampu. Well you see, gua mampukan?”
“ Ya, kita bisa jadi Dokter
bareng dong?” godanya
“ Tergantung…kalau gua lebih
cepet lulus daripada lo, jelas kita nggak bisa jadi dokter bareng” balasku asal
“ Yee ni anak masih ada aja
ngeyelnya, gua buktikan kalau gua tuh bakalan jauh lebih dulu lulus daripada
lo” balasnya antusias
“ Ya pasti-lah…mikir dong
Mas, lo-kan masuknya lebih dulu tiga tahun daripada gua, jelas aja kalau lo
lulus duluan” yang diiringi tawa lepas Setyo dibelahku
“ Kamu ngapain sih sama tu
cewe di taman tadi pagi” tanya Rasti curiga pada Setyo
“ Cewe yang mana?” Setyo
balas bertanya
“ Anak baru yang waktu itu
lo sapa waktu masa ospek” jawab Rasti ketus
“ Ooo Marun”
“ Lo tau namanya? Hebat!!!
Perhatian banget sih sama dia?”
“ Udah deh jangan
macem-macem, dia tuh adik kelas gua waktu kita SMA. Udah puas?” jawab Setyo
menenangkan Rasti yang gelisah
“ Bener cuman adik kelas?”
tanya Rasti manja
“ Iya” jawab Setyo pendek
“ Ya udah, maafin kecurigaan
gua ya? Itu karena gua sayang banget sama lo” Rasti lalu memeluk Setyo. Setyo
membalas pelukkan itu dengan kecupan manis yang mendarat di kening Rasti. Aku
melihat adegan romantis itu berlangsung, maklum tempat parkir adalah tempat
umum, jadi wajar saja kalau tak sengaja aku melihat kejadian itu. Setelah
melihat kejadian itu aku terdiam memikirkan betapa beruntungnya Rasti menjadi
kekasih Setyo. Jujur saja aku masih ada perasaan pada Setyo, aku tak akan
melupakan first love-ku selamanya. Bagiku Setyo adalah cowo yang pantas aku
simpan selalu dalam hatiku yang paling dalam, tapi itu tak akan mungkin
terbalas, karena sekarang aku tahu kalau Rasti adalah kekasih Setyo. Lebih baik
lupakan dia dan cari cowo lain…
“ Marun!!” panggi Setyo
sambil berlari kecil ke arahku. Aku membalikkan badan dan mendapati Setyo
sedang kahabisan nafas dihadapanku.
“ Lo kenapa kudu lari-larian
segala sih?” tanyaku membantu Setyo duduk di kursi taman
“ A-abis..lo nggak denger
melulu!” jawabnya masih dalam keadaan terengah-engah
“ Nih minum dulu” ujarku
sambil menyodorkan air mineral padanya, ia langsung meneguk sampai habis dan
mengeluarkan sesuatu yang tampak seperti CD
“ Ini…gua mau lo liat ini”
ujarnya sambil memberikan CD berwarna biru, warna kesukaan kami berdua, padaku.
Tapi sebelum CD itu sampai ke tanganku seseorang telah merebut CD itu dari
tangan Setyo
“ CD apa ini?” ujar Rasti
“ Heh…Rasti?” tanya Setyo
terkejut melihat kekasihnya
“ Iya ini gua Rasti, kenapa?
Kaget ya?” ujarnya ketus, “ Ini CD apa? Kok dikasih ke dia sih?” tanyanya
sambil mendelik ke arahku, jelas saja aku ingin segera membalas delikkan
matanya dengan kata-kata pedas yang sebentar lagi keluar dari mulutku, tapi
Setyo keburu menjawab pertanyaan Rasti
“ Itu CD punya dia, gua
kembaliin karena dia perlu untuk proyek bandnya dia” Setyo berbohong, “ Iyakan
Run?” tanyanya padaku untuk membuat Rasti percaya, yang langsung mendapat
persetujuanku
“ Ooo lo anak band juga?
Pegang apa?” tanya Rasti padaku sambil memberikan CD biru itu padaku
“ Gua pegang gitar rhytem,
thanks” jawabku datar
“ Yuk pergi yuk?” ajak Rasti
pada Setyo sambil menarik pergi Setyo. Sambil berjalan Setyo membalikkan
kepalanya dan bicara ‘ Buka’ tanpa suara padaku, aku tersenyum dan mengacungkan
jempolku kearahnya tanda pasti akan kubaca sesampainya aku pulang nanti.
Aku buru-buru pulang sehabis
kuliah. Tetap saja aku harus bersabar lebih lama karena aku harus menghadapi
kemacetan Jakarta sebelum sampai di rumah dan membaca apa isi CD yang tadi pagi
diberikan Setyo padaku. Ahh andai saja aku punya mobil, pasti aku akan lewat
tol dan sampai dirumah lebih cepat.
Sesampainya di rumah aku
langsung berlari menuju kamarku. Tanpa ganti baju atau sekedar cuci muka, aku
langsung menghidupkan komputer dan membuka apa isi CD biru itu. Dag, dig, dug,
jantungku dibuatnya. Ternyata CD itu adalah..
“ Apa? Inikan foto-foto kita
waktu kita masih pacaran dulu? Lagu ini pula?” ujarku pada diriku sendiri. Aku
keheranan, apa maksud Setyo memberikan ini? Apakah ia ingin kembali mengingat
masa lalu yang indah itu? Atau hanya sekedar ingin menunjukkan kenangan ini
tanpa maksud lain?
‘And when you need a shoulder to cry on
When you need a friend to rely
And when the whole world was gone you won’t be alone
‘Coz I’ll be there
I’ll be your shoulder to cry on
I’ll be there… I’ll be a friend to rely
And when the whole world was gone you won’t be alone
‘Coz I’ll be there
Lirik lagu yang sedang
bersenandung sekarang mengingatkan ku pada saat aku menangis di pelukkannya
karena aku merasa tak kuat menjalani hari yang sangat berat karena ayahku telah
meninggal. Di mobil Setyo saat kami menyatakan menjadi sepasang kekasihpun
diiringi lagu milik Tommy Paige ini. Aduh…kok jadi kembali ke masa lalu disaat
aku ingin membuat pengalaman baru saat ini. Mengapa Setyo memberikan aku CD
ini? Apa maksudnya? Rasa penasaranku yang besar akhirnya mengalahkan egoku
untuk tidak menghubungi Setyo.
“ Setyo? Ini Marun” sapaku
ragu
“ Marun? Ada apa? Tumben
telfon, gimana udah diliat CD-nya? Baguskan? Suka nggak? Ada yang perlu diedit
lagi?” pertanyaan Setyo ngantri bak kereta api membuatku bingung harus menjawab
yang mana
“ Satu-satu dong
nanyanya…gua bingung jawab yang mana dulu?!” balasku
“ Iya-iya, gimana suka
nggak?” tanyanya, saat aku ingin menjawab pertanyaannya tiba-tiba ibuku
memanggilku
“ Aduh udah dulu ya
nelfonnya, gua dipanggil sama ibu gua, see you tommorow” ujarlu cepat sambil
menutup telefon dan menghampiri ibuku yang membutuhkan bantuanku untuk
menyetrika baju.
“ Marun!! Hei…apa kabar?”
sapa Setyo sepulang kuliah
“ Hei… baik. Mau pulang?”
tanyaku
“ Ya..Mmm kita pulang bareng
yuk?” tawarnya sambil menarik tanganku
“ Eeee cewe lo gimana?” aku
berusaha menahannya
“ Ahh dia lagi sama
temen-temennya…lagian kita nggak akan ketemuan kok! Ayo!” Setyo memaksaku masuk
ke mobilnya
“ Wah…keren banget
mobilnya?!” aku terkagum-kagum menikmati suasana high class mobil Setyo, “ Kok
ganti mobil lagi? Padahal mobil yang dulu pasti belum rusak!”
“ Itukan mobil SMA, sekarang
gua kuliah, semester lima pula, masa mobilnya itu-itu juga?” jawabnya sambil
melajukan mobilnya keluar kampus
“ Dasar orang kaya…ganti
mobil kaya ganti baju aja” ujarku datar
“ Apa? Dari dulu lo tuh
tetep aja kalo ngejek gua, masih standar!!” balasnya
“ Biarin…lagipula emang
benerkan?” balasku
“ O iya, gimana…suka CD-nya
nggak?” tanya Setyo antusias
“ Hehehe iya…gua suka
banget!! Eh setel radio ya?” ujarku sambil menyalakan radio yang langsung
terdengar lagu…Shoulder to cry on nya Tommy Paige. Kami berdua terdiam,
mendengarkan seksama lagu yang bersejarah buat kami berdua. Setelah lagu
tersebut habis, baru Setyo kembali bicara
“ Kok pas ya lagunya itu?”
ujarnya sambil menatap kearahku, saat itu lampu merah menghadang kami. Aku
langsung menatap kembali mata teduh itu. Mata itu masih tetap amat yang dulu
menarik hatiku, menenangkan jiwaku.
“ Mmm magic?” jawabku
“ Magic? Iya kali ya?” Setyo
terdiam, lampu hijau menyala ia kembali mengemudikan mobilnya
“ Lho kok lurus? Mestinya
belok!” ujarku
“ Gua-kan nggak tau rumah lo
yang di Jakarta Mbak!! Lagian kita nggak langsung pulang kok!” balasnya kalem
“ Trus…mau kemana?” tanyaku
“ Ada aja!!”
“ Oalah ke Ancol…pake acara
nggak jawab pertanyaan gua segala, gua juga tau kalo ini tu Ancol” ujarku riang
sambil menikmati angin laut yang bertiup ke wajahku. Aku duduk di dinding
pinggir laut dan menikmatinya teriknya matahari sore menyorot mataku, Setyo
ikut duduk di sebelahku dan mengalungkan tangannya ke pundakku. Oh mungkin ini
hanya sekedar tanda persahabatan saja, jangan berpikir yang macam-macam!!
Di Ancol kami menghabiskan
waktu kami dengan mengobrol, bercanda dan makan malam bersama di Marina
Cottage. Ternyata dia masih seperti Setyo yang dulu, Setyo yang perhatian,
penyayang dan sabar. Moment indah di Ancol membuat kami menjadi dekat kembali.
Kami sering pulang bareng, jalan bareng bahkan berangkat ke kampus bersama.
Jelas ini membuatku teringat kembali masa pacaran kami dulu, ya seperti ini.
Satu bulan dekat dengan Setyo membuat getar cinta mulai menghampiriku lagi,
rasanya aku mulai jatuh cinta lagi pada Setyo…Oh tidak, dia-kan sudah punya
Rasti, tapi aku tak mau munafik menerima kenyataan yang menyatakan bahwa aku
menyukai Setyo lagi. Tiba-tiba terbesit rasa sakit yang teramat sangat ketika
aku ingat ketika ia memutuskanku tanpa mau mendengar penjelasanku, kenapa Yo,
kenapa kamu nggak mau mendengar penjelasanku? Sudahlah, biar pertanyaan itu
tidak usah dijawab olehnya, yang pasti aku akan selalu menyukaimu, mungkin
sampai aku mati…
“ Yo! Kamu nggak jalan
bareng Rasti?” tanyaku ragu sewaktu ia mengantarkan aku pulang, ia terdiam tak
menjawab pertanyaanku, “ Inikan malam minggu? Masa lo nggak ngapelin dia sih?
Atau jangan-jangan lagi bokek ya?” candaku
“ Hahaha bisa aja, gua lagi
ada masalah sama si Rasti. Jadi sekarang gua lagi rehat sebentar sama dia.
Lagian asik aja jalan bareng orang lain, bosen sama dia melulu” jawabnya kalem
“ Mmm kalian ada masalah
bukan karena gua deket sama lo-kan?” tanyaku ragu, aku takut kalau aku menjadi
penyebab hancurnya hubungan orang lain
“ Nggak! Bukan karena itu
kok!! Kita memang sudah lama beda pendapat terus…ya memang salah satunya
tentang elo, tapi bukan elo yang jadi penyebab kita ada masalah..tenang aja
kok!! Biasakan kalau orang pacaran ada masalah?!” ujar Setyo meyakinkan aku.
Ooo untung saja..aku kira aku penyebab mereka ada masalah. “ O iya, kita ke
Puncak aja yuk? Kita makan di sana, mau nggak?” ajak Setyo riang
“ Siapa takut?” jawabku tak
kalah riang, asyik malam minggu begini aku bisa menikmati pemandangan indah
Puncak di malam hari bersama Setyo. Wah pasti menjadi malam yang indah nih!
Sesudah kami makan malam
bersama di salah satu restoran di Puncak, kami menepi ke pinggir jalan untuk
memesan jagung bakar yang tampak menggiurkan. Selagi menunggu pesanan datang,
aku duduk di jok belakang mobil sambil mendengarkan lagu keras-keras.
“ Keras amat sih?!” omel
Setyo sambil mengecilkan voleme CD playernya, “ Ngapain duduk sendiri disini
Mbak?” tanyanya sambil ikut duduk di sebelahku. “ Asyik ya suasana kaya gini,
dingin, nyaman dan bikin hati tentram” ujarnya sembari menggenggam erat jariku.
Jantungku berdebar cepat, apa maksud Setyo menggenggam jariku? Aduh jangan
sampai aku salah tingkah, jangan sampai Setyo tahu kalau aku menyukainya…
“ Kenapa waktu itu lo
putusin gua tanpa mau dengerin penjelasan gua?” aku tiba-tiba melontarkan
pertanyaan yang sudah lama aku ingin tanyakan padanya. Ia terdiam sejenak,
menoleh padaku dengan tatapan marah yang baru dua kali aku lihat, terakhir aku
lihat sorot mata ini ketika kami bertengkar dan dia memutuskan aku.
“ Nggak usah kamu tanya
masalah itu, nggak perlu ada yang harus di jelasin!! Jangan kaya sinetron ah!!”
ujarnya ketus sambil beranjak keluar dari mobil. Aku cepat-cepat manahannya
dengan menarik sebelah tangannya dan memaksa dia untuk tetap duduk disebelahku
dan mendengarkan penjelasanku.
“ Lo tetep duduk disini Yo!!
Mau nggak mau, malam ini lo harus tau kejadian yang sebenarnya antara gua sama
Dito” ujarku serius
“ Nggak usah sebut nama itu
lagi!! Dia sudah menghianati gua!!” balasnya cepat, marah menguasainya
“ Dito sama gua nggak tidur
bareng malam itu!!” ia terdiam lagi begitu mendengar ucapan terakhirku
“ Sabtu itu gua lagi
nungguin lo di Lembang, seneng banget, karena gua mau date sama lo untuk
merayakan kelulusan lo dari sekolah. Kebetulan disana juga ada Dito bersama
teman-teman geng basketnya yang juga sedang merayakan kelulusan mereka. Dito nemenin
gua nungguin lo dateng dengan ngobrol dan minum yogurt bareng. Tapi lo nggak
dateng juga!!” jelasku panjang
“ Ibu gua masuk rumah sakit,
gua harus nemenin dia. Gua nggak bisa ngasih tau lo karena lo nggak punya
Hp…itu kenapa gua nggak dateng ke Lembang” sambung Setyo
“ Jadi itu kenapa lo nggak
dateng?!” tanyaku
“ Ya” jawabnya pendek
“ Mmm karena gua marah lo
nggak dateng juga, gua buru-buru balik, dan kaki gua kesandung. Gua jatuh dan
nggak bisa berdiri, karena ternyata tulang kering gua retak karena terbentur
batu sewaktu gua jatuh, kalau lo nggak percaya, nanti gua tunjukin hasil
rontgen-nya. Dito nolongin gua, ngegendong gua, nyariin angkot, ternyata nggak
ada angkot yang lewat karena udah malam. Jadi Dito cari tumpangan mobil buat
bawa gua ke puskesmas terdekat. Untungnya ada puskesmas, tapi udah tutup. Dito
udah kehabisan akal, dan dia panik banget karena gua kesakitan dan nggak
kunjung bisa berdiri. Akhirnya Dito bawa gua ke hotel terdekat. Kaki gua
dibersihin, dibalut kain dan dia nyuruh gua untuk tidur di tempat tidur,
sedangkan dia tidur di sofa. Paginya, dia langsung bawa gua ke rumah sakit…dan
nyebarlah gosip kalau gua tidur bareng Dito di Lembang…dan lo percaya” ujarku lemah tak kuat menahan air mata yang
sekarang ingin tumpah dari mataku
“ Ya…gua tau cerita itu”
ujar Setyo pelan
“ Apa?? Lo tau cerita itu
sebelumnya dan lo tetep nggak percaya sama gua? Even your best friend?” tanyaku
terkejut luar biasa, ternyata selama ini Setyo sudah tahu cerita yang
sebenarnya.
“ Dito yang cerita lewat e-mail”
sambung Setyo pendek
“ Lo masih tetep nggak
percaya juga?” tanyaku lagi
“ GUA BINGUNG!!!” seru Setyo
sambil mengepalkan jarinya. “ Gua bingung…apa bener cewe yang selama ini gua
sayangi tega selingkuh sama sahabat gua? Gua bingung mau percaya atau nggak!!”
ujarnya lagi, ada setetes air mata jatuh dari mata teduhnya. Setyo menangis??
“ Yo?? Maafin gua ya? Kalau
gua buka luka lama lo” ujarku sambil menggenggam jarinya. Setyo menarik
tanganku perlahan, memeluk tubuhku erat. Setyo memelukku? Oh Tuhan terima
kasih…tenang Yo, akan gua lakukan apapun supaya lo merasa tenang lagi. Aku
balik memeluknya, mengelus punggungnya dan mencium rambut lurusnya.
“ Maafin gua ya Run? Selama
ini gua udah salah sangka sama lo dan Dito… Maaf” ujar Setyo pelan, suaranya
kental sekali dengan nada penyesalan
“ Sudah gua maafin dari
duluuu banget…udah ya? Lupakan aja…sekarang kita jalani lembaran baru sebagai
sahabat”
“ Sahabat?” tanyanya sambil
melapaskan pelukkan kami
“ Ya?!” jawabku pendek
sambil tersenyum
“ Nggak!!” balasnya
“ Kok nggak? Katanya udah
saling memaafkan? Kok nggak mau jadi sahabat sih?” tanyaku heran, oh tidak, aku
tak mau kehilanganmu lagi…biarkan aku jadi sahabatmu, please…
“ Gua nggak mau jadi sahabat
lo!!…Gua mau kita kaya dulu lagi…lo jadi cewe gua lagi…mau-kan?”
Apa?? Apa aku tak salah
dengar? Tentu saja aku mau. Gila kalau aku menolak permintaan Setyo itu.
Spontan aku memeluk Setyo erat, bahagia sekali. Masa bodo dengan urusan Rasti,
yang penting Setyo menjadi milikku lagi, tak akan kulepaskan lagi begitu saja…
“ Ya gua mau jadi cewe
lo…kaya dulu” jawabku mengulum senyum. Beberapa detik kemudian kami
berciuman…hangat dalam pelukkan Setyo…hatiku tenang mendengar bait lagu indah
yang mengalun saat kami berciuman…
Life is full of lots of up and down
But the distance feels further when we tad it for the ground
And there’s nothing more painful than to let your feelings take
you down
It’s so hard to know the way you feel inside
When there’s many thoughts and feeling that you hide
But you might feel better if you let me walk with you by your
side
And when you need a shoulder to cry on
When you need a friend to rely
And when the whole world was gone you won’t be alone
‘Coz I’ll be there
I’ll be your shoulder to cry on
I’ll be there… I’ll be a friend to rely
And when the whole world was gone you won’t be alone
‘Coz I’ll be there
All of the times when everything is wrong
And you feeling like there’s no use going on
You can’t give it up I’ll help you work it up
And carry on..
Side by side with you till the end
I’ll always be the one to friendly hold your hand
No matter what it said or
done
Our love will always comes in your arm
“ Kok lagunya ini sih?”
tanyaku melepaskan pelukkan, dan tersenyum menatap mata teduhnya
“ Tuhan tau kalau kita sudah
bersatu lagi…nggak akan pernah gua lepasin lo lagi” jawab Setyo kalem, senyuman
menghiasi wajahnya
“ Rasti?” tanyaku. Setyo
langsung mengeluarkan telfon genggamnya, menekan nomor seseorang dan bicara…
“ Rasti…sori…gua harus putus
sama lo” ujarnya datar. Apa? Setyo memutuskan Rasti didepanku? Demi aku?
“ Ya…terserah lo mau ngomong
apa! Yang pasti gua nggak kuat lagi hubungan sama lo yang super manja dan
cemburuan” sambung Setyo tegas. “ Sori kalau gua mutusin lo di telfon. Gua
terdesak, gua akan ngomong sama lo besok. Yang pasti gua udahan sama lo sampai
disini” sambungnya lagi. Terdengar suara marah Rasti yang menanyakan kenapa
mereka putus, aku mendengar Rasti bertanya ‘ Marun-kan? Marun-kan yang jadi
penyebabnya’
“ Ya…kita udah balik lagi.
Gua nggak tahan menahan perasaan sayang gua sama dia. Gua nggak mau munafik!
Lagi pula sudah lama gua udah nggak suka lagi sama lo, gua masih mau jadi cowo
lo karena gua kasihan sama lo” jawab Setyo kalem. “ Sudah ya…maaf” Setyo lalu
memutuskan telefonnya. “ So…jadi-kan kita pacaran?” tanya Setyo ramah padaku.
Mendengar pertanyaan Setyo
terbayang betapa menderitanya Rasti sekarang…maaf Rasti, tapi aku tak mau Setyo
lepas dari tanganku lagi. Dia cintaku, hidupku, segalanya bagiku. Aku lantas
tersenyum padanya. Dan kami berpelukkan…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar