Selasa, 16 Juli 2013

Maaf



Aku berjalan mantap menuju kelas baruku. Kelas 3 IPA 3, kelas favorit di sekolahku. Rasanya senang sekali begitu menginjakkan kaki ke lantai keramik putih yang identik dengan harum cat pelitur yang melapisi meja dan bangku.
“ Hai, boleh saya duduk disini?” tanya seorang cowo. Wow…dia…sangat tampan!!! Jujur saja aku sangat terpana begitu melihat wajahnya. Hidung mancung, mata cokelat terang, rambut hitam kecoklatan, dan wangi Davidoff Cool Water tercium dari arahnya.
Sedikit tersentak kaget, aku tersadar dari lamunanku memuji dirinya. “ Ya…boleh duduk disini” jawabku cepat
“ Saya Dimas” ujarnya sambil mengulurkan tangannya padaku
“ Marun”
“ Mmm maaf ya, kalau kamu harus duduk sama saya hari ini. Karena, as you can see, saya tidak mendapatkan tempat duduk selain disini” jelasnya, aku tersenyum menanggapi penjelasannya. Wow, selain tampan, ia juga sangat sopan, what a boy!
Aku lalu tersenyum mengingat kembali memori pertama kali aku bertemu dengan Dimas yang sekarang menjadi sahabatku di kelas.
“ Hai…makan yuk?” ajak Dimas sambil menarik tanganku
“ Iya iya, slow down!!”
Kami berjalan bersebelahan menuju kantin sekolah sambil bercanda satu sama lain, akrab sekali.
“ Saya pesen makanan dulu ya? Kamu sama seperti saya-kan?” tanya Dimas padaku, aku mengangguk membalas. Ia pergi, lalu aku dihampiri segerombolan anak cheers yang lantas duduk mengelilingiku.
“ Lo masih sama David-kan?” tanya Melsi
“ Mmm kenapa kalian nanya kaya’ gitu?” aku balik bertanya, ada apa gerangan mereka tiba-tiba ingin tahu hubunganku dengan kekasihku
“ Kita nanya gini karena kita ingin ngingetin lo, kalau lo tuh udah punya David. So lo jangan deket-deket banget sama Dimas” sambung Nelsya, ketua cheers, tenang
“ Iya…lo-kan udah punya David. Apa karena kalian beda sekolah terus lo mau punya cowo lagi sebagai cadangan lo?” timpal Nike dengan nada yang tinggi, jelas saja itu membuatku kesal
“ Kalian apa-apaan sih?! Gua sama Dimas deket karena dia yang mau. Kita cuman temen! Dan gua masih setia sama David!! Kalian jangan macem-macem!!” ancamku
“ Ok, kita bukannya mau macem-macem sama lo. Kita cuman pengen tau seperti apa sih hubungan kalian itu, itu aja kok! Ya udah, met makan…Dah! Come on gals!!” Nelsya lalu beranjak pergi dan diikuti teman cheers yang lain.
“ Nih makanan kamu! Enak lo…” ujar Dimas sembari memberikan sepiring spagetti
“ Thanks” balasku lemah
“ Hei…kenapa? Kok jadi lemes gitu? Nggak suka makan ini? Ya udah, kita balik ke kelas aja yuk?!” ajak Dimas sambil menarik tanganku
“ Bu-bukan…aduh pelan-pelan dong Dim!!” lantas aku melirik ke arah Nelsya yang sedang menatapku curiga dari arah bangku khusus anak cheers didepanku
“ Temen?!” ujar Nelsya dingin

“ Dave… ngapain kesini?” tanyaku kaget setelah melihat David yang tiba-tiba dateng menjemputku pulang sekolah
“ Kenapa? Kasih kejutan sedikit buat cewe gua nggak apa-apa-kan?” ujar David tersenyum, tampan sekali
“ Mmm ya udah, bentar ya gua ke dalam sebentar” ujarku, aku harus memberitahu Dimas kalau aku tidak jadi pulang bersamanya
“ Gua tunggu di mobil aja ya” ujar David meninggalkanku
“ Ya” lantas aku beranjak ke kelas, “ Dimas! Gua nggak jadi pulang bareng sama lo, saudara gua udah jemput, nggak enak kalau nolak, nggak apa-apa ya?!”
Dimas sedikit cemberut mendengar alasanku mengapa tidak jadi pulang bersamanya.
“ Jangan cemberut gitu dong!!! Iya, besok gua pasti ikutin kemauan lo untuk main seharian kemana aja…jangan marah ya?!” godaku sambil merangkulnya
“ Iya…Tapi janji ya! Kamu besok hanya punya saya”
“ SIP! Bye..” ujarku riang sambil mencubit pipi Dimas, ia tersenyum. Aku beranjak pergi menuju tempat parkir mobil David, berharap mobil David diparkir jauh dari mobil Dimas. Mengapa aku mengharapkan hal tersebut ya? Entah….
“ Temen kata lo?” tanya Nelsya dingin mencegatku sewaktu berjalan menuju tempat parkir
“ Excuse me?” tanyaku sopan, aku tak ingin ada masalah dengan anak cheers apalagi ketuanya
“ Ya…baru aja pas istirahat lo bilang lo hanya temen sama Dimas…kalau temen kenapa pake acara peluk-pelukan segala? Ini sekolah, bukan tempat pacaran” ujar Nelsya dingin dengan nada mengancam. Aku mengerutkan alisku begitu mendengar kata-katanya yang menurutku sangat sok mau ikut campur urusan pribadiku
“ Semau gua dong!!! Mau gua peluk, cium, itu hak gua. Gua sama Dimas temenan aja TITIK!” ujarku dengan nada tinggi
“ Calm down gals…kalau memang hanya temen, nggak usah pake marah-marah dong! Atau memang lo menduakan David?”
Sial, Nelsya benar-benar membuatku naik pitam. Apasih maunya?
“ Mau lo apa?” tanyaku
“ Gua mau Dimas…ngerti?”
“ Ooo jadi lo merasa tersaingi sama gua? Cheers is a sportif girls, so be sportif. You want Dimas? Go get it!!! Jangan pake jalan busuk dengan ngancam atau ikut campur urusan gua!!” balasku tenang merasa menang karena mengetahui alasan mengapa Nelsya bersikap seperti itu kepadaku
“ Denger…mentang-mentang lo kasih jabatan ketua cheers ke gua lantas lo bisa seenaknya ngatur gua! Eh…dulu gua ikhlas ngasih David buat lo, gua ngalah buat lo dalam dapetin jabatan ketua cheers buat lo, jangan kira gua bakalan ngalah lagi buat kasih Dimas untuk menduakan David!! Nggak untuk kali ini gua ngalah ngasihin apa yang gua sayangi…Lo udah berkali-kali dapetin pengorbanan gua, dan apa hasilnya? Lo malah mainin jabatan ketua cheers, dan menduakan David!! Gila, dua hal yang paling gua impikan selama ini dan gua korbanin perasaan gua demi sahabat gua, salah maksud gua mantan sahabat gua, malah justru lo mainin begitu aja!!!” balas Nelsya mulai kehilangan kontrol emosinya.
Aku tak mau munafik, aku merasa bersalah juga mendengar kata-kata Nelsya yang memang benar, kecuali perihal menduakan David. Tidak, aku tidak menduakan David…
“ Makasih atas pengorbanan lo! Jujur, gua nggak butuh itu semua dari lo! Gua menang karena gua pantas menang dapetin jabatan cheers, gua lepas karena gua rasa itu udah cukup buat gua…Justru gua yang berbaik hati kasih jabatan itu buat lo! Lo yang harus berterimakasih sama gua!!” aku lantas beranjak pergi, berhenti sesaat lalu membalikkan tubuhku, “ David nggak pernah gua duakan, soal Dimas, lo coba aja narik perhatian dia SENDIRI!!!” lalu aku bergegas ke mobil David. Nelsya hanya bisa berdiri terengah-engah menahan air mata yang sedikit lagi jatuh dari pelupuk matanya.
“ Liat Run…kali ini gua yang menang” ujar Nelsya dingin

“ Hai…kok lama?” tanya David begitu aku masuk ke dalam mobilnya
“ Sori, tadi ada urusan sebentar sama Nelsya” jawabku dengan nada yang kuatur sedemikian rupa agar tidak terdengar seperti orang yang baru saja marah-marah
“ Ooo. Mmm gini, sebenarnya gua kesini mau ajak lo ke Jakarta” ujar David kalem
“ Jakarta?” tanyaku tak percaya
“ Iya”
“ Mau ngapain? Jalan-jalan keliling Bandung juga bisakan?” tawarku
“ Come on…kita udah lama banget nggak jalan bareng, gua pengen ajak lo ke tempat spesial…mau ya?” David memohon sambil menggenggam tanganku. Oh tak kuat aku memandang sorot mata indah itu memohon padaku, David selalu memenangkan hatiku.
“ Ok”
“ Lo memang cewe gua yang paaaling baik!” ujar David sambil mencium pipi kananku, rasanya saat ini wajahku merah dibuatnya


“ Bandara? Ngapain kita ke bandara?” tanya ku kebingungan begitu mobil David memasuki jalan tol menuju bandara Soekarno-Hatta
“ Mmm kita mau ke Bali” jawab David riang, aku menengok ke arahnya tak percaya…David? Ke Bali? Aku tersenyum senang sesaat sebelum ingat janjiku pada Dimas untuk bisa jalan-jalan bersamanya keliling Bandung besok
“ Kok nggak jadi ketawanya?” tanya David menatapku sambil menyetir
“ Ah…udah nyetir yang bener” ujarku menolehkan kepalanya ke arah jalan
“ Kenapa? Nggak suka sama ide gua ini ya?” tanya David lagi
“ Mmm SUKA banget!!” jawabku riang, menutupi kegelisahanku memikirkan Dimas. David tersenyum puas mendengar ucapanku tadi. Rasa bersalah mulai mengerayangi sekujur tubuhku…terngiang-ngiang kembali kata-kata Nelsya tadi siang…


“ Wow!!! BALI here I come!!” teriakku begitu sampai di Bali. Gila, tapi menyenangkan!! Ide David ini memang mengejutkanku, liburan yang sangat menyenangkan
“ Kenapa kita ke Bali hari gini? Maksud gua, inikan bukan vacation time?” tanyaku pada David yang duduk disebelahku sedang fokus ke arah jalan
“ Mmm waktu liburan kenaikan kelas kemarin gua ninggalin lo sendirian ke Swiss, jadi gantinya ini” jawabnya riang
“ Mmm malam ini kita nginep dimana Dave?” tanyaku lagi
“ Di hotel…tenang, kita beda kamar kok!” jawab David
“ Ok, terserah lo. BTW, bokap-nyokap gua? Gua lupa ngasih tau mereka!” aku baru ingat kalau aku kesini belum izin pada mereka
“ Tenang, udah gua bilangin kok! Lagian mana mungkin kita kesini kalau ortu-lo nggak ngizinin? Udah deh kita have fun aja ya? Jangan mikirin yang lain-lain selain gua” ujar David sambil mengedipkan sebelah matanya padaku, aku tersenyum membalasnya.
Tiga hari yang menyenangkan bersama David di Bali. Kami berputar-putar keliling Bali, Jimbaran, Sanur, Tanah Lot, berjemur di pantai Kuta, belanja perak di Gianyar, nonton tari kecak, sampai clubbing. David sangat memanjakan aku. Dia memperlakukan aku sangat baik, gentle, perhatian, pokoknya sempurna sekali, beruntungnya aku memiliki kekasih seperti David. Aku tak akan melupakan dan akan menepati janjiku bersama David di pinggir pantai Kuta sore hari itu…
Kami sedang duduk bersama saling menyandar satu sama lain, aku dalam pelukkan David sore itu
“ Bagus banget ya pantai Kuta…Makasih, kalau bukan karena David, gua nggak bisa liat pemandangan indah ini” ujarku, aku memejamkan mataku begitu angin pantai mengusap wajahku
“ Run, gua nggak akan melupakan kenangan indah ini” ujar David lembut sambil mempererat pelukkannya
“ Gua juga… I love you” balasku
“ I love you too”
Beberapa saat kemudian aku mendapat anugrah luar biasa…My first kiss…bersama orang yang sangat kusukai, David…
Sesaat seusai kami berciuman aku menatap matanya, tersenyum padanya…
“ I’ll be the one to hold you and make sure that you’ll be alright. I’ll be the one who will make your sorrows undone. I can show you what true love means” ucap David lembut ditelingaku
“ Sure, we can share our dreams coming true.. I promise, nobody else can replace your posisition in my heart” janjiku pada David. Itu janjiku padanya, ya, akan kutepati janji itu.
Selama di Bali membuatku lupa akan kesibukkanku sehari-hari termasuk janjiku pada Dimas. Aku bahkan baru ingat kalau aku punya janji pada Dimas begitu aku sampai di Bandung. Oh tidak, bagaimana bisa aku berjanji pada David sedangkan aku mengingkari janjiku pada Dimas…Aduh Dimas maaf, aku benar-benar lupa!
“ Met malam…istirahat, kalau besok masih capek, nggak usah sekolah dulu, biar gua yang izinin” ujar David sesampainya didepan rumahku
“ Thanks…gua nggak capek kok! Gua besok mau sekolah, rindu sama sekolah”
“ Iya-iya yang sekolah favorit mah beda!” goda David
“ Hahaha bisa aja, udah ya, gua masuk dulu”
“ Mau gua bantuin bawa belanjaannya?” tawar David
“ Nggak usah! Lo langsung pulang ya?! See you” ujarku keluar dari mobil David. Aku menaruh belanjaanku di teras rumah dan kembali lagi ke dalam mobil David.
“ Kok balik lagi?” tanya David keheranan, “ Untung aja gua belum per…” ucapan David terputus karena aku menciumnya tepat dibibirnya.
“ Thank you…buat vacationnya yang amazing” ujarku pelan setelah menciumnya
“ You are welcome” jawab David tersipu malu
“ Good night” aku beranjak keluar
“ Bye”


“ Waaa!!! Gila lo, tiga hari tiba-tiba ngilang!! Kemana aja Mbak?” tanya Nia
“ He-eh ada deh…rahasia…eh udah dulu ya” aku melihat Dimas melintas didepanku, aku buru-buru berlari ke arah Dimas yang sedang berjalan menyelusuri koridor sekolah
“ Hai…sori ya nggak kasih kabar ke lo” ujarku sambil berjalan cepat mengimbangi langkah Dimas yang cepat. Dimas diam saja, bahkan ia menganggapku seperti tidak ada.
“ Hei!! Dimas!! Halo?!” aku memegang tangannya berharap ia menoleh padaku. Tidak, ia terus jalan tanpa menghiraukan aku…Oh tidak, jangan-jangan Dimas marah besar gara-gara aku lupa akan janjiku padanya.
“ Dimas marah ya?” tanyaku lagi. Dimas masih diam, terus berjalan.
“ Aduh…maaf ya! Gua lupa banget kalau gua ada janji sama lo, jalan-jalan keliling Bandung…Kita bisa jalan-jalan hari ini!! Pake mobil gua aja!” ujarku riang, berharap Dimas mendengarkan aku
“ Maaf?!” akhirnya Dimas berbicara juga
“ Jangan keras-keras!” ujarku khawatir
“ Ini di taman, bukan di rumah sakit! Terserah gua mau ngomong sekeras apa!!!” teriak Dimas padaku, gua? Sejak kapan Dimas berbicara dengan bahasa gaul?
“ Ok ok..terserah lo…Gua…gua mau minta maaf” ujarku menunduk takut Dimas marah lagi, berabe jadinya kalau kejadian ini dilihat orang
“ MAAF?!! Lo bilang MAAF?” teriak Dimas lagi
“ Mmm iya maaf, gua janji kita bakalan jalan bareng!” tambahku lagi
“ Janji? Lo cuman janji aja” ujar Dimas dengan nada marah dan berjalan ke arahku. Aku mundur lalu terjatuh kebelakang karena kakiku terantuk batu, untungnya aku jatuh diatas rumput
“ Maaf…maaf” lirihku
“ Sini…bangun!” ujar Dimas sambil menarik lenganku kasar sehingga aku bangun. Dimas menarik lenganku, menghadapkan wajahku ke wajahnya dekat sekali…aku risih dibuatnya, apa-apaan sih Dimas?
“ Aduh-duh pelan-pelan dong Dim!! Sakit tau?!” ujarku ketus
“ Lo tau sakit ya? Memangnya nggak sakit apa nungguin lo sampai jamuran? Seenaknya aja batalin janji, nggak kasih kabar! HP non-aktif! Gua cemas setengah mati, takut ada apa-apa sama lo! Gua nggak tau harus cari lo kemana?! Dan lo enteng banget minta maaf ke gua kaya lo lupa bawa Hp…Segitu nggak berharganyakah gua di mata lo?” aku tercengang mendengar perkataan Dimas. Ternyata Dimas sangat memperhatikan aku, mencemaskan aku, aku semakin merasa bersalah saja…Aduh Dimas, aku juga tidak tahu kalau David tiba-tiba mengajakku ke Bali, maaf…
“ Ma-maaf. Gua ada kepentingan lain, gua bener lupa hubungin lo. Bukan artinya lo nggak ada apa-apanya di mata gua. Lo sangat berarti buat gua. Bener…gua-gua menyesal banget nggak nepatin janji sama lo…maaf” lirihku sambil menundukkan kepalaku. Tak kuasa melihat kemarahan dalam mata Dimas.
Dimas terdiam…tampak sedang berfikir…
“ Mas…bener deh, gua nyesel banget ingkar janji sama lo” ujarku pelan, Dimas mulai melepaskan cengkraman tangannya padaku. Dia masih terdiam
“ Please…don’t mad at me…I need to be next to you…please…” aku memohon agar kami bisa kembali bersahabat seperti biasanya
“ Really? Are you really need to be next to me?” tanya Dimas pelan
“ Yeah…really need you” jawabku. Dimas langsung memelukku setelah mendengar ucapanku, erat sekali. Aku bingung akan kelakuan Dimas ini, sebegitu pentingnyakah posisiku baginya? Tapi biar, yang penting kami dapat bersahabat kembali…aku membalas pelukkannya erat.

“ Maaf ya Dave…aku nggak bisa jalan bareng sama lo malam ini” ujarku di telefon, menatap Dimas yang sedang mengisi bahan bakar mobilnya
“ Kenapa? Kan udah seminggu kita nggak ketemuan?” tanya David kecewa
“ Mmm ada saudara yang mau dianter jalan-jalan keliling Bandung” aku berbohong, kenapa aku berbohong pada David? Padahal ia sudah sangat baik kepadaku? Biar, ini white lie, jika aku tidak bohong Dimas pasti kecewa padaku lagi. Tidak, aku tidak akan membuat Dimas kecewa untuk kedua kalinya.
“ Ooo saudara ya? Kenapa jalannya malem-malem sih?” tanya David lagi
“ Mmm katanya mau liat pemandangan kota Bandung malam hari, juga dia mau ke Dago gitu deh” jawabku
“ Ya udah”
“ Dave jangan marah ya? Lagiankan baru aja kita ke Bali bareng, masa udah pengan ketemuan lagi sih?” godaku
“ Pengen aja liat wajah cewekku…I miss you” ujar David
“ Ya i…me too” aku mengubah kata-kataku yang tadinya ingin kuucapakan ‘ I miss you too’ menjadi ‘ me too’ saja karena Dimas sudah selesai mengisi bahan bakar dan duduk dibelakang kemudi disebelahku.
“ Bye”
“ Bye” ujarku pendek mematikan Hp-ku. “ Udah?” tanyaku riang pada Dimas
“ Full, kita berangkat!!!” ujar Dimas riang
Kami putar-putar kota malam itu. Makan malam bersama di restoran, dan terakhir duduk bersama menikmati dinginnya udara Lembang.
“ Dingin banget ya” ujar Dimas sambil memeluk tubuhku dari belakang. Aku terkejut dan merasa risih dibuatnya.
“ Mmm iya” balasku ragu
“ Kalau gini jadi anget nggak?” tanya Dimas sambil memelukku erat. Aku tak dapat berkutik apa-apa.
Lalu tiba-tiba Dimas menciumku…Apa? Dimas menciumku? Apa Dimas suka padaku? Dimas, tidak, aku sudah punya David, tahukah engkau? Jelas saja tidak tahu, aku tidak pernah memberitahukan keberadaan David sebagai kekasihku.
“ Jadi waktu lo ingkar janji sebenernya lo kemana?” tanya Dimas seusai ia menciumku. Aku berusaha menghilangkan rasa gugupku dan menjawab pertanyaan Dimas, tapi sudah dijawab dengan benar oleh orang lain. Aku buru-buru mencari dari arah mana suara itu, rasanya sangat familiar sekali suaranya…
“ Dia ke Bali” jawab David pendek
“ David?” aku melepaskan pelukkan Dimas, terkejut luarbiasa
“ Ya…kenapa? Kaget?” tanya David dingin
“ Mmm kok tahu gua ada disini?”
“ Tau aja…Jadi ini saudara lo yang mau dianter jalan-jalan?” tanya David lagi, didalam matanya ada kemarahan yang sangat besar, aku takut melihatnya
“ Saudara? Heh asal tau ya, gua ini cowo-nya, bukan saudara…Enak aja!” timpal Dimas. Aduuuh Dimas, sejak kapan gua jadi cewe lo? Yang bener aja? Jangan bikin keadaan jadi tambah runyam ah!!
“ Mmm kita-kita disini..” ujarku terputus
“ Ngapain?” tanya David dingin, kali ini lebih dingin lagi, nampaknya ia siap menikamku dengan sebilah pisau karena nada suaranya begitu dingin dan berbahaya
“ Gua nggak ngapa-ngapain” aku kehabisan kata-kata untuk menjelaskan keadaanku saat ini
“ Tega lo Run…Tega lo ingkar janji kita di Kuta…You promised me, never replace my place on your heart…tapi buktinya, mana?” geram David sambil mencengkram lenganku, sakit sekali
“ Aduh Dave, le-lepas…sakit Dave…please lepas…Dave…please” lirihku tak kuat menahan cengkraman erat David
“ Lo nggak denger dia minta lepas?” timpal Dimas sambil meninju pipi David
“ LO, KURANG AJAR!!” lantas David membalas pukulan Dimas diperutnya. Dimas membalas dengan tendangan ke kepala David. David jatuh tersungkur, Dimas berlari ingin kembali memukul David sekuat tenaga. Aku mengejar Dimas, menariknya, menahan dia sekuat tenaga.
“ Lepasin Run! Biar gua kasih pelajaran!” gelak Dimas
“ UDAH STOP!” jerit Nelsya yang muncul melindungi David yang sedang mengusap hidungnya yang berdarah
“ Nelsya?” tanyaku lebih kaget lagi
“ Ya, gua…gua yang ajak David kesini…gua tau kalian mau kesini, Dimas yang bilang kalau malam ini dia mau bilang kalau dia suka sama lo! Sekarang terbukti Dave, kalau cewe lo nggak sesuci yang kira selama ini?” jelas Nelsya
“ Apa maksudnya? Lo? Cewe dia?” tanya Dimas bingung padaku. Jujur saja, aku tak kuasa membuka mulutku untuk memberikan jawaban yang sebenarnya pada Dimas.
“ Ya… Marun cewe gua!” jawab David
“ NGGAK ADA YANG MINTA PENDAPAT LO!!” teriak Dimas pada David, Dimas kembali menatapku
“ Iya!! David cowo gua…gua ingkar janji sama lo karena gua sedang ke Bali sama dia…gua cewe dia…gua” jawabku keras
“ Apa? Lo?” tanya Dimas tak percaya
“ Ya, GUA CEWE nya David! Lo denger?” ujarku tegas
“ Tega lo Run? Kenapa lo nggak bilang sama gua kalau lo udah punya cowo? Kenapa lo biarin kita deket? Kenapa lo biarin gua suka sama lo? Kenapa lo terima waktu gua peluk? Kenapa lo diam waktu gua cium? KENAPA??” teriak Dimas kearahku
Aku menunduk tak kuasa melihat ke arah Dimas…
“ Jawab RUN!!” Dimas menguncang-guncangkan tubuhku
“ Gua nggak nyangka kalau lo suka sama gua, gua anggap lo sahabat gua yang paling baik, gua sayang sama lo as a friend…gua juga nggak ngerti kenapa gua diam aja waktu lo cium gua…maaf” jawabku pelan masih tertunduk
“ Maaf…memang ya, gua nggak ada apa-apanya dihadapan lo…sampai nggak sadar kalau perhatian yang gua kasih ke lo lebih dari siapapun!!! Gua nyesel kenal sama lo, bener kata Nelsya, lo tuh nggak tahu bagaimana menghargai perasaan orang lain…lo… I hate you” Dimas berbalik pergi meninggalkan kami yang terdiam.
“ Sorry, I don’t mean it” aku mulai mengucurkan air mata
“ Well, Nelsya benar lagi. Lo nggak anggap janji kita di Kuta seriuskan?” David berbicara kali ini. Aku bangun, menatap matanya tajam
“ Nggak, gua serius mau tepati janji…Lo udah denger alasan gua semuakan? Gua nggak suka sama Dimas, Dimas aja yang suka sama gua. Gua nggak menduakan elo!” ujar ku cepat
“ Tapi lo bohong sama gua…Lo bilang mau jalan sama saudara, ternyata sama dia. Kenapa lo bohong?”
“ Gua…gua”
“ Nggak bisa jawabkan?” David menatap mataku tajam, ada gurat benci dimatanya. “ It mean you like him”
“ NGGAK!!! ONLY YOU IN MY HEART!!!” aku berteriak pada David, memegang tangannya, “ Dave…believe me, please”
“ Gimana gua bisa percaya kalau untuk urusan kecil aja lo bohong. Nggak cerita kalau lo temenan sama dia, pura-pura jadi cewe yang baik buat gua”
“ Dave…gua nggak suka sama dia”
“ Bisa aja lo lagi bohong sama gua”
“ Nggak, gua nggak bohong! Sumpah Dave, demi kenangan kita waktu di Bali”
“ JANGAN SUMPAH ATAS NAMA MEMORI ITU!!! Jangan sebut lagi kenangan itu!” potong David marah
“ Dave…gua bener-bener nggak bohong! Gua harus apa agar lo percaya sama gua? Maaf Dave…gua bener-bener nggak pernah ganti tempat lo di hati gua” ujarku lemah, letih membuatnya percaya
“ Lo mau lakukan apa aja supaya buat gua percaya?” tanya David
“ Ya…just name it, I’ll do it” ujarku mulai semangat, akhirnya ia percaya juga, terimakasih Tuhan
“ Leave me alone” ujar David pendek, kental sekali dengan kesedihan
“ What?” aku tak percaya
“ Leave me alone”
“ But Dave?!”
“ I’ve seen enough”
“ But Dave??! I cant live without you, you promised me..”
“ STOP!! Stop acting like you’re giving up, just go get on with your life”
“ I NEED YOU!” seruku, tak percaya David mengucapkan kata-kata itu padaku
“ I’m telling you, go get on with your life, stop acting like you’re giving up!!… Listen, I mean it…Get another boy friend, Ok?!” David mencium keningku, menunduk, berjalan pergi dari hadapanku. Ingin sekali menahannya kembali…tapi aku hanya diam, menjatuhkan tubuhku ke tanah, ditopang lutut aku menangis…
“ Kenapa? Dimas? Dave? Gua nggak seperti yang kalian kira…Salah paham” aku berbicara sendiri
“ Ya, salah paham yang lo buat sendiri…I’ve told you…remember?” tanya Nelsya
Aku bangun, menatap Nelsya, rasanya ingin memukulnya sampai mati..
“ Ngapain lo masih disini?” tanyaku ketus
“ Marun… kamu kalah…Sekarang, Dimas bukan punya lo, apalagi David”
“ TERSERAH!! Lo mau ambil Dimas, David, TERSERAH!! Satu yang pasti, gua nggak menduakan David. Jangan salahkan gua kalau Dimas suka sama gua, bukannya lo!” balasku terengah-engah menahan emosi
“ Thank you…O iya asal lo tahu, semuanya udah gua atur. Gua yang suruh Dimas untuk ajak lo kesini, gua suruh Dimas untuk meluk, cium, semua…gua yang meyakinkan dia untuk nembak lo malam ini, gua yang support dia untuk memberanikan nembak lo!! Tadinya gua khawatir rencana gua gagal, karena Dimas ternyata marah sama lo, dan keliatan benci sama lo. Tapi ternyata enggak, Dimas bener-bener suka sama lo, itu senjata ampuh gua! Dimas dengan polosnya menerima usul gua, rencana gua berjalan mulus, perfect!!” ujar Nelsya tenang dengan nada senang, aku tak percaya mendengar ucapannya
“ Gua yang suruh David untuk ajak lo liburan ke Bali…biar lo makin bingung milih antara David atau Dimas? Ternyata lo terbuai sama kedua-duanya…rencana gua berhasil seratus persen!! Ini hasilnya, lo kehilangan dua-duanya!!” seru Nelsya puas
“ Brengsek!” lantas aku menampar keras pipi Nelsya, ia sampai jatuh tersungkur
“ Hahaha lo cuman bisa nampar gua? Sportif gals…lo dulu juga cheers, kudu sportif! Akui kalau lo kalah langsung DUA!!” ujar Nelsya sambil kembali bangkit
“ SIAL!!” aku berjalan mundur beberapa langkah menjauhi Nelsya, kepalaku pusing mendengar ucapan yang keluar dari mulut Nelsya
“ Gua sutradara semua ini…gua MENANG, gua ambil orang yang lo sayangi…sakit? Ya seperti itu perasaan gua waktu lo ambil David dari gua!! Lo ambil Dimas dari gua!!…Kita impas” ujar Nelsya tenang, ia berjalan pergi meninggalkan aku yang duduk sendiri…
Aku bingung…apa yang baru saja terjadi? Kenapa? Aku mendongak ke arah langit…satu bintang bergerak jatuh…berharap bintang akan mengabulkan permintaanku saat ini…
“ Dimas…Dave…maaf…bintang, tolong katakan pada mereka, maaf”


                          R 24 Juli 2004

 



Tidak ada komentar: