Aku berjalan mantap menuju
kelas baruku. Kelas 3 IPA 3, kelas favorit di sekolahku. Rasanya senang sekali
begitu menginjakkan kaki ke lantai keramik putih yang identik dengan harum cat
pelitur yang melapisi meja dan bangku.
“ Hai, boleh saya duduk disini?”
tanya seorang cowo. Wow…dia…sangat tampan!!! Jujur saja aku sangat terpana
begitu melihat wajahnya. Hidung mancung, mata cokelat terang, rambut hitam
kecoklatan, dan wangi Davidoff Cool Water tercium dari arahnya.
Sedikit tersentak kaget, aku
tersadar dari lamunanku memuji dirinya. “ Ya…boleh duduk disini” jawabku cepat
“ Saya Dimas” ujarnya sambil
mengulurkan tangannya padaku
“ Marun”
“ Mmm maaf ya, kalau kamu
harus duduk sama saya hari ini. Karena, as you can see, saya tidak mendapatkan
tempat duduk selain disini” jelasnya, aku tersenyum menanggapi penjelasannya.
Wow, selain tampan, ia juga sangat sopan, what a boy!
Aku lalu tersenyum mengingat
kembali memori pertama kali aku bertemu dengan Dimas yang sekarang menjadi
sahabatku di kelas.
“ Hai…makan yuk?” ajak Dimas
sambil menarik tanganku
“ Iya iya, slow down!!”
Kami berjalan bersebelahan
menuju kantin sekolah sambil bercanda satu sama lain, akrab sekali.
“ Saya pesen makanan dulu
ya? Kamu sama seperti saya-kan?” tanya Dimas padaku, aku mengangguk membalas.
Ia pergi, lalu aku dihampiri segerombolan anak cheers yang lantas duduk
mengelilingiku.
“ Lo masih sama David-kan?”
tanya Melsi
“ Mmm kenapa kalian nanya
kaya’ gitu?” aku balik bertanya, ada apa gerangan mereka tiba-tiba ingin tahu
hubunganku dengan kekasihku
“ Kita nanya gini karena
kita ingin ngingetin lo, kalau lo tuh udah punya David. So lo jangan
deket-deket banget sama Dimas” sambung Nelsya, ketua cheers, tenang
“ Iya…lo-kan udah punya
David. Apa karena kalian beda sekolah terus lo mau punya cowo lagi sebagai
cadangan lo?” timpal Nike dengan nada yang tinggi, jelas saja itu membuatku
kesal
“ Kalian apa-apaan sih?! Gua
sama Dimas deket karena dia yang mau. Kita cuman temen! Dan gua masih setia
sama David!! Kalian jangan macem-macem!!” ancamku
“ Ok, kita bukannya mau
macem-macem sama lo. Kita cuman pengen tau seperti apa sih hubungan kalian itu,
itu aja kok! Ya udah, met makan…Dah! Come on gals!!” Nelsya lalu beranjak pergi
dan diikuti teman cheers yang lain.
“ Nih makanan kamu! Enak
lo…” ujar Dimas sembari memberikan sepiring spagetti
“ Thanks” balasku lemah
“ Hei…kenapa? Kok jadi lemes
gitu? Nggak suka makan ini? Ya udah, kita balik ke kelas aja yuk?!” ajak Dimas
sambil menarik tanganku
“ Bu-bukan…aduh pelan-pelan
dong Dim!!” lantas aku melirik ke arah Nelsya yang sedang menatapku curiga dari
arah bangku khusus anak cheers didepanku
“ Temen?!” ujar Nelsya
dingin
“ Dave… ngapain kesini?”
tanyaku kaget setelah melihat David yang tiba-tiba dateng menjemputku pulang
sekolah
“ Kenapa? Kasih kejutan
sedikit buat cewe gua nggak apa-apa-kan?” ujar David tersenyum, tampan sekali
“ Mmm ya udah, bentar ya gua
ke dalam sebentar” ujarku, aku harus memberitahu Dimas kalau aku tidak jadi
pulang bersamanya
“ Gua tunggu di mobil aja
ya” ujar David meninggalkanku
“ Ya” lantas aku beranjak ke
kelas, “ Dimas! Gua nggak jadi pulang bareng sama lo, saudara gua udah jemput,
nggak enak kalau nolak, nggak apa-apa ya?!”
Dimas sedikit cemberut
mendengar alasanku mengapa tidak jadi pulang bersamanya.
“ Jangan cemberut gitu
dong!!! Iya, besok gua pasti ikutin kemauan lo untuk main seharian kemana
aja…jangan marah ya?!” godaku sambil merangkulnya
“ Iya…Tapi janji ya! Kamu
besok hanya punya saya”
“ SIP! Bye..” ujarku riang sambil mencubit pipi Dimas,
ia tersenyum. Aku beranjak pergi menuju tempat parkir mobil David, berharap
mobil David diparkir jauh dari mobil Dimas. Mengapa aku mengharapkan hal
tersebut ya? Entah….
“ Temen kata lo?” tanya
Nelsya dingin mencegatku sewaktu berjalan menuju tempat parkir
“ Excuse me?” tanyaku sopan,
aku tak ingin ada masalah dengan anak cheers apalagi ketuanya
“ Ya…baru aja pas istirahat
lo bilang lo hanya temen sama Dimas…kalau temen kenapa pake acara peluk-pelukan
segala? Ini sekolah, bukan tempat pacaran” ujar Nelsya dingin dengan nada mengancam. Aku mengerutkan alisku begitu mendengar
kata-katanya yang menurutku sangat sok mau ikut campur urusan pribadiku
“ Semau gua dong!!! Mau gua
peluk, cium, itu hak gua. Gua sama Dimas temenan aja TITIK!” ujarku dengan nada
tinggi
“ Calm down gals…kalau memang
hanya temen, nggak usah pake marah-marah dong! Atau memang lo menduakan David?”
Sial,
Nelsya benar-benar membuatku naik pitam. Apasih maunya?
“ Mau lo apa?” tanyaku
“ Gua mau Dimas…ngerti?”
“ Ooo jadi lo merasa
tersaingi sama gua? Cheers is a sportif girls, so be sportif. You want Dimas?
Go get it!!! Jangan pake jalan busuk dengan ngancam atau ikut campur urusan
gua!!” balasku tenang merasa menang karena mengetahui alasan mengapa Nelsya
bersikap seperti itu kepadaku
“ Denger…mentang-mentang lo
kasih jabatan ketua cheers ke gua lantas lo bisa seenaknya ngatur gua! Eh…dulu
gua ikhlas ngasih David buat lo, gua ngalah buat lo dalam dapetin jabatan ketua
cheers buat lo, jangan kira gua bakalan ngalah lagi buat kasih Dimas untuk
menduakan David!! Nggak untuk kali ini gua ngalah ngasihin apa yang gua
sayangi…Lo udah berkali-kali dapetin pengorbanan gua, dan apa hasilnya? Lo
malah mainin jabatan ketua cheers, dan menduakan David!! Gila, dua hal yang
paling gua impikan selama ini dan gua korbanin perasaan gua demi sahabat gua,
salah maksud gua mantan sahabat gua, malah justru lo mainin begitu aja!!!”
balas Nelsya mulai kehilangan kontrol emosinya.
Aku tak mau munafik, aku
merasa bersalah juga mendengar kata-kata Nelsya yang memang benar, kecuali
perihal menduakan David. Tidak, aku tidak menduakan David…
“ Makasih atas pengorbanan
lo! Jujur, gua nggak butuh itu semua dari lo! Gua menang karena gua pantas
menang dapetin jabatan cheers, gua lepas karena gua rasa itu udah cukup buat
gua…Justru gua yang berbaik hati kasih jabatan itu buat lo! Lo yang harus
berterimakasih sama gua!!” aku lantas beranjak pergi, berhenti sesaat lalu
membalikkan tubuhku, “ David nggak pernah gua duakan, soal Dimas, lo coba aja
narik perhatian dia SENDIRI!!!” lalu aku bergegas ke mobil David. Nelsya hanya
bisa berdiri terengah-engah menahan air mata yang sedikit lagi jatuh dari
pelupuk matanya.
“ Liat Run…kali ini gua yang
menang” ujar Nelsya dingin
“ Hai…kok lama?” tanya David
begitu aku masuk ke dalam mobilnya
“ Sori, tadi ada urusan
sebentar sama Nelsya” jawabku dengan nada yang kuatur sedemikian rupa agar
tidak terdengar seperti orang yang baru saja marah-marah
“ Ooo. Mmm gini, sebenarnya
gua kesini mau ajak lo ke Jakarta” ujar David kalem
“ Jakarta?” tanyaku tak
percaya
“ Iya”
“ Mau ngapain? Jalan-jalan
keliling Bandung juga bisakan?” tawarku
“ Come on…kita udah lama
banget nggak jalan bareng, gua pengen ajak lo ke tempat spesial…mau ya?” David
memohon sambil menggenggam tanganku. Oh tak kuat aku memandang sorot mata indah
itu memohon padaku, David selalu memenangkan hatiku.
“ Ok”
“ Lo memang cewe gua yang
paaaling baik!” ujar David sambil mencium pipi kananku, rasanya saat ini
wajahku merah dibuatnya
“ Bandara? Ngapain kita ke
bandara?” tanya ku kebingungan begitu mobil David memasuki jalan tol menuju
bandara Soekarno-Hatta
“ Mmm kita mau ke Bali”
jawab David riang, aku menengok ke arahnya tak percaya…David? Ke Bali? Aku
tersenyum senang sesaat sebelum ingat janjiku pada Dimas untuk bisa jalan-jalan
bersamanya keliling Bandung besok
“ Kok nggak jadi ketawanya?”
tanya David menatapku sambil menyetir
“ Ah…udah nyetir yang bener”
ujarku menolehkan kepalanya ke arah jalan
“ Kenapa? Nggak suka sama
ide gua ini ya?” tanya David lagi
“ Mmm SUKA banget!!” jawabku
riang, menutupi kegelisahanku memikirkan Dimas. David tersenyum puas mendengar
ucapanku tadi. Rasa bersalah mulai mengerayangi sekujur
tubuhku…terngiang-ngiang kembali kata-kata Nelsya tadi siang…
“ Wow!!! BALI here I come!!”
teriakku begitu sampai di Bali. Gila, tapi menyenangkan!! Ide David ini memang
mengejutkanku, liburan yang sangat menyenangkan
“ Kenapa kita ke Bali hari
gini? Maksud gua, inikan bukan vacation time?” tanyaku pada David yang duduk
disebelahku sedang fokus ke arah jalan
“ Mmm waktu liburan kenaikan
kelas kemarin gua ninggalin lo sendirian ke Swiss, jadi gantinya ini” jawabnya
riang
“ Mmm malam ini kita nginep
dimana Dave?” tanyaku lagi
“ Di hotel…tenang, kita beda
kamar kok!” jawab David
“ Ok, terserah lo. BTW,
bokap-nyokap gua? Gua lupa ngasih tau mereka!” aku baru ingat kalau aku kesini
belum izin pada mereka
“ Tenang, udah gua bilangin
kok! Lagian mana mungkin kita kesini kalau ortu-lo nggak ngizinin? Udah deh
kita have fun aja ya? Jangan mikirin yang lain-lain selain gua” ujar David
sambil mengedipkan sebelah matanya padaku, aku tersenyum membalasnya.
Tiga hari yang menyenangkan
bersama David di Bali. Kami berputar-putar keliling Bali, Jimbaran, Sanur,
Tanah Lot, berjemur di pantai Kuta,
belanja perak di Gianyar, nonton tari kecak, sampai clubbing. David sangat
memanjakan aku. Dia memperlakukan aku sangat baik, gentle, perhatian, pokoknya
sempurna sekali, beruntungnya aku memiliki kekasih seperti David. Aku tak akan
melupakan dan akan menepati janjiku bersama David di pinggir pantai Kuta sore hari itu…
Kami sedang duduk bersama
saling menyandar satu sama lain, aku dalam pelukkan David sore itu
“ Bagus banget ya pantai Kuta…Makasih, kalau bukan karena David, gua nggak bisa liat
pemandangan indah ini” ujarku, aku memejamkan mataku begitu angin pantai
mengusap wajahku
“ Run, gua nggak akan
melupakan kenangan indah ini” ujar David lembut sambil mempererat pelukkannya
“ Gua juga… I love you”
balasku
“ I love you too”
Beberapa saat kemudian aku
mendapat anugrah luar biasa…My first kiss…bersama orang yang sangat kusukai,
David…
Sesaat seusai kami berciuman
aku menatap matanya, tersenyum padanya…
“ I’ll be the one to hold
you and make sure that you’ll be alright. I’ll be the one who will make your
sorrows undone. I can show you what true love means” ucap David lembut
ditelingaku
“ Sure, we can share our
dreams coming true.. I promise, nobody else can replace your posisition in my
heart” janjiku pada David. Itu janjiku padanya, ya, akan kutepati janji itu.
Selama di Bali membuatku
lupa akan kesibukkanku sehari-hari termasuk janjiku pada Dimas. Aku bahkan baru
ingat kalau aku punya janji pada Dimas begitu aku sampai di Bandung. Oh tidak,
bagaimana bisa aku berjanji pada David sedangkan aku mengingkari janjiku pada
Dimas…Aduh Dimas maaf, aku benar-benar lupa!
“ Met malam…istirahat, kalau
besok masih capek, nggak usah sekolah dulu, biar gua yang izinin” ujar David
sesampainya didepan rumahku
“ Thanks…gua nggak capek
kok! Gua besok mau sekolah, rindu sama sekolah”
“ Iya-iya yang sekolah
favorit mah beda!” goda David
“ Hahaha bisa aja, udah ya,
gua masuk dulu”
“ Mau gua bantuin bawa
belanjaannya?” tawar David
“ Nggak usah! Lo langsung
pulang ya?! See you” ujarku keluar dari mobil David. Aku menaruh belanjaanku di
teras rumah dan kembali lagi ke dalam mobil David.
“ Kok balik lagi?” tanya David
keheranan, “ Untung aja gua belum per…” ucapan David terputus karena aku
menciumnya tepat dibibirnya.
“ Thank you…buat vacationnya
yang amazing” ujarku pelan setelah menciumnya
“ You are welcome” jawab
David tersipu malu
“ Good night” aku beranjak
keluar
“ Bye”
“ Waaa!!! Gila lo, tiga hari
tiba-tiba ngilang!! Kemana aja Mbak?” tanya Nia
“ He-eh ada deh…rahasia…eh
udah dulu ya” aku melihat Dimas melintas didepanku, aku buru-buru berlari ke
arah Dimas yang sedang berjalan menyelusuri koridor sekolah
“ Hai…sori ya nggak kasih
kabar ke lo” ujarku sambil berjalan cepat mengimbangi langkah Dimas yang cepat.
Dimas diam saja, bahkan ia menganggapku seperti tidak ada.
“ Hei!! Dimas!! Halo?!” aku
memegang tangannya berharap ia menoleh padaku. Tidak, ia terus jalan tanpa
menghiraukan aku…Oh tidak, jangan-jangan Dimas marah besar gara-gara aku lupa
akan janjiku padanya.
“ Dimas marah ya?” tanyaku
lagi. Dimas masih diam, terus berjalan.
“ Aduh…maaf ya! Gua lupa
banget kalau gua ada janji sama lo, jalan-jalan keliling Bandung…Kita bisa
jalan-jalan hari ini!! Pake mobil gua aja!” ujarku riang, berharap Dimas
mendengarkan aku
“ Maaf?!” akhirnya Dimas
berbicara juga
“ Jangan keras-keras!”
ujarku khawatir
“ Ini di taman, bukan di
rumah sakit! Terserah gua mau ngomong sekeras apa!!!” teriak Dimas padaku, gua?
Sejak kapan Dimas berbicara dengan bahasa gaul?
“ Ok ok..terserah lo…Gua…gua
mau minta maaf” ujarku menunduk takut Dimas marah lagi, berabe jadinya kalau
kejadian ini dilihat orang
“ MAAF?!! Lo bilang MAAF?”
teriak Dimas lagi
“ Mmm iya maaf, gua janji
kita bakalan jalan bareng!” tambahku lagi
“ Janji? Lo cuman janji aja”
ujar Dimas dengan nada marah dan berjalan ke arahku. Aku mundur lalu terjatuh
kebelakang karena kakiku terantuk batu, untungnya aku jatuh diatas rumput
“ Maaf…maaf” lirihku
“ Sini…bangun!” ujar Dimas
sambil menarik lenganku kasar sehingga aku bangun. Dimas menarik lenganku,
menghadapkan wajahku ke wajahnya dekat sekali…aku risih dibuatnya, apa-apaan
sih Dimas?
“ Aduh-duh pelan-pelan dong
Dim!! Sakit tau?!” ujarku ketus
“ Lo tau sakit ya? Memangnya
nggak sakit apa nungguin lo sampai jamuran? Seenaknya aja batalin janji, nggak
kasih kabar! HP non-aktif! Gua cemas setengah mati, takut ada apa-apa sama lo!
Gua nggak tau harus cari lo kemana?! Dan lo enteng banget minta maaf ke gua
kaya lo lupa bawa Hp…Segitu nggak berharganyakah gua di mata lo?” aku
tercengang mendengar perkataan Dimas. Ternyata Dimas sangat memperhatikan aku,
mencemaskan aku, aku semakin merasa bersalah saja…Aduh Dimas, aku juga tidak
tahu kalau David tiba-tiba mengajakku ke Bali, maaf…
“ Ma-maaf. Gua ada
kepentingan lain, gua bener lupa hubungin lo. Bukan artinya lo nggak ada
apa-apanya di mata gua. Lo sangat berarti buat gua. Bener…gua-gua menyesal
banget nggak nepatin janji sama lo…maaf” lirihku sambil menundukkan kepalaku.
Tak kuasa melihat kemarahan dalam mata Dimas.
Dimas terdiam…tampak sedang
berfikir…
“ Mas…bener deh, gua nyesel
banget ingkar janji sama lo” ujarku pelan, Dimas mulai melepaskan cengkraman
tangannya padaku. Dia masih terdiam
“ Please…don’t mad at me…I
need to be next to you…please…” aku memohon agar kami bisa kembali bersahabat
seperti biasanya
“ Really? Are you really
need to be next to me?” tanya Dimas pelan
“ Yeah…really need you”
jawabku. Dimas langsung memelukku setelah mendengar ucapanku, erat sekali. Aku
bingung akan kelakuan Dimas ini, sebegitu pentingnyakah posisiku baginya? Tapi
biar, yang penting kami dapat bersahabat kembali…aku membalas pelukkannya erat.
“ Maaf ya Dave…aku nggak
bisa jalan bareng sama lo malam ini” ujarku di telefon, menatap Dimas yang
sedang mengisi bahan bakar mobilnya
“ Kenapa? Kan udah seminggu
kita nggak ketemuan?” tanya David kecewa
“ Mmm ada saudara yang mau
dianter jalan-jalan keliling Bandung” aku berbohong, kenapa aku berbohong pada
David? Padahal ia sudah sangat baik kepadaku? Biar, ini white lie, jika aku
tidak bohong Dimas pasti kecewa padaku lagi. Tidak, aku tidak akan membuat
Dimas kecewa untuk kedua kalinya.
“ Ooo saudara ya? Kenapa
jalannya malem-malem sih?” tanya David lagi
“ Mmm katanya mau liat
pemandangan kota Bandung malam hari, juga dia mau ke Dago gitu deh” jawabku
“ Ya udah”
“ Dave jangan marah ya?
Lagiankan baru aja kita ke Bali bareng, masa udah pengan ketemuan lagi sih?”
godaku
“ Pengen aja liat wajah
cewekku…I miss you” ujar David
“ Ya i…me too” aku mengubah
kata-kataku yang tadinya ingin kuucapakan ‘ I miss you too’ menjadi ‘ me too’
saja karena Dimas sudah selesai mengisi bahan bakar dan duduk dibelakang kemudi
disebelahku.
“ Bye”
“ Bye” ujarku pendek
mematikan Hp-ku. “ Udah?” tanyaku riang pada Dimas
“ Full, kita berangkat!!!”
ujar Dimas riang
Kami putar-putar kota malam
itu. Makan malam bersama di restoran, dan terakhir duduk bersama menikmati
dinginnya udara Lembang.
“ Dingin banget ya” ujar
Dimas sambil memeluk tubuhku dari belakang. Aku terkejut dan merasa risih
dibuatnya.
“ Mmm iya” balasku ragu
“ Kalau gini jadi anget
nggak?” tanya Dimas sambil memelukku erat. Aku tak dapat berkutik apa-apa.
Lalu tiba-tiba Dimas
menciumku…Apa? Dimas menciumku? Apa Dimas suka padaku? Dimas, tidak, aku sudah
punya David, tahukah engkau? Jelas saja tidak tahu, aku tidak pernah
memberitahukan keberadaan David sebagai kekasihku.
“ Jadi waktu lo ingkar janji
sebenernya lo kemana?” tanya Dimas seusai ia menciumku. Aku berusaha menghilangkan
rasa gugupku dan menjawab pertanyaan Dimas, tapi sudah dijawab dengan benar
oleh orang lain. Aku buru-buru mencari dari arah mana suara itu, rasanya sangat
familiar sekali suaranya…
“ Dia ke Bali” jawab David
pendek
“ David?” aku melepaskan
pelukkan Dimas, terkejut luarbiasa
“ Ya…kenapa? Kaget?” tanya
David dingin
“ Mmm kok tahu gua ada
disini?”
“ Tau aja…Jadi ini saudara
lo yang mau dianter jalan-jalan?” tanya David lagi, didalam matanya ada
kemarahan yang sangat besar, aku takut melihatnya
“ Saudara? Heh asal tau ya,
gua ini cowo-nya, bukan saudara…Enak aja!” timpal Dimas. Aduuuh Dimas, sejak
kapan gua jadi cewe lo? Yang bener aja? Jangan bikin keadaan jadi tambah runyam
ah!!
“ Mmm kita-kita disini..”
ujarku terputus
“ Ngapain?” tanya David
dingin, kali ini lebih dingin lagi, nampaknya ia siap menikamku dengan sebilah
pisau karena nada suaranya begitu dingin dan berbahaya
“ Gua nggak ngapa-ngapain”
aku kehabisan kata-kata untuk menjelaskan keadaanku saat ini
“ Tega lo Run…Tega lo ingkar
janji kita di Kuta…You promised me, never replace my place on
your heart…tapi buktinya, mana?” geram David sambil mencengkram lenganku, sakit
sekali
“ Aduh Dave, le-lepas…sakit
Dave…please lepas…Dave…please” lirihku tak kuat menahan cengkraman erat David
“ Lo nggak denger dia minta
lepas?” timpal Dimas sambil meninju pipi David
“ LO, KURANG AJAR!!” lantas
David membalas pukulan Dimas diperutnya. Dimas membalas dengan tendangan ke
kepala David. David jatuh tersungkur, Dimas berlari ingin kembali memukul David
sekuat tenaga. Aku mengejar Dimas, menariknya, menahan dia sekuat tenaga.
“ Lepasin Run! Biar gua
kasih pelajaran!” gelak Dimas
“ UDAH STOP!” jerit Nelsya
yang muncul melindungi David yang sedang mengusap hidungnya yang berdarah
“ Nelsya?” tanyaku lebih
kaget lagi
“ Ya, gua…gua yang ajak
David kesini…gua tau kalian mau kesini, Dimas yang bilang kalau malam ini dia
mau bilang kalau dia suka sama lo! Sekarang terbukti Dave, kalau cewe lo nggak
sesuci yang kira selama ini?” jelas Nelsya
“ Apa maksudnya? Lo? Cewe
dia?” tanya Dimas bingung padaku. Jujur saja, aku tak kuasa membuka mulutku
untuk memberikan jawaban yang sebenarnya pada Dimas.
“ Ya… Marun cewe gua!” jawab
David
“ NGGAK ADA YANG MINTA
PENDAPAT LO!!” teriak Dimas pada David, Dimas kembali menatapku
“ Iya!! David cowo gua…gua
ingkar janji sama lo karena gua sedang ke Bali sama dia…gua cewe dia…gua”
jawabku keras
“ Apa? Lo?” tanya Dimas tak
percaya
“ Ya, GUA CEWE nya David! Lo
denger?” ujarku tegas
“ Tega lo Run? Kenapa lo
nggak bilang sama gua kalau lo udah punya cowo? Kenapa lo biarin kita deket?
Kenapa lo biarin gua suka sama lo? Kenapa lo terima waktu gua peluk? Kenapa lo
diam waktu gua cium? KENAPA??” teriak Dimas kearahku
Aku menunduk tak kuasa
melihat ke arah Dimas…
“ Jawab RUN!!” Dimas
menguncang-guncangkan tubuhku
“ Gua nggak nyangka kalau lo
suka sama gua, gua anggap lo sahabat gua yang paling baik, gua sayang sama lo
as a friend…gua juga nggak ngerti kenapa gua diam aja waktu lo cium gua…maaf”
jawabku pelan masih tertunduk
“ Maaf…memang ya, gua nggak
ada apa-apanya dihadapan lo…sampai nggak sadar kalau perhatian yang gua kasih
ke lo lebih dari siapapun!!! Gua nyesel kenal sama lo, bener kata Nelsya, lo
tuh nggak tahu bagaimana menghargai perasaan orang lain…lo… I hate you” Dimas
berbalik pergi meninggalkan kami yang terdiam.
“ Sorry, I don’t mean it”
aku mulai mengucurkan air mata
“ Well, Nelsya benar lagi.
Lo nggak anggap janji kita di Kuta
seriuskan?” David berbicara kali ini. Aku bangun, menatap matanya tajam
“ Nggak, gua serius mau
tepati janji…Lo udah denger alasan gua semuakan? Gua nggak suka sama Dimas,
Dimas aja yang suka sama gua. Gua nggak menduakan elo!” ujar ku cepat
“ Tapi lo bohong sama gua…Lo
bilang mau jalan sama saudara, ternyata sama dia. Kenapa lo bohong?”
“ Gua…gua”
“ Nggak bisa jawabkan?”
David menatap mataku tajam, ada gurat benci dimatanya. “ It mean you like him”
“ NGGAK!!! ONLY YOU IN MY
HEART!!!” aku berteriak pada David, memegang tangannya, “ Dave…believe me,
please”
“ Gimana gua bisa percaya
kalau untuk urusan kecil aja lo bohong. Nggak cerita kalau lo temenan sama dia,
pura-pura jadi cewe yang baik buat gua”
“ Dave…gua nggak suka sama
dia”
“ Bisa aja lo lagi bohong
sama gua”
“ Nggak, gua nggak bohong!
Sumpah Dave, demi kenangan kita waktu di Bali”
“ JANGAN SUMPAH ATAS NAMA
MEMORI ITU!!! Jangan sebut lagi kenangan itu!” potong David marah
“ Dave…gua bener-bener nggak
bohong! Gua harus apa agar lo percaya sama gua? Maaf Dave…gua bener-bener nggak
pernah ganti tempat lo di hati gua” ujarku lemah, letih membuatnya percaya
“ Lo mau lakukan apa aja
supaya buat gua percaya?” tanya David
“ Ya…just name it, I’ll do
it” ujarku mulai semangat, akhirnya ia percaya juga, terimakasih Tuhan
“ Leave me alone” ujar David
pendek, kental sekali dengan kesedihan
“ What?” aku tak percaya
“ Leave me alone”
“ But Dave?!”
“ I’ve seen enough”
“ But Dave??! I cant live
without you, you promised me..”
“ STOP!! Stop acting like
you’re giving up, just go get on with your life”
“ I NEED YOU!” seruku, tak
percaya David mengucapkan kata-kata itu padaku
“ I’m telling you, go get on
with your life, stop acting like you’re giving up!!… Listen, I mean it…Get
another boy friend, Ok?!” David mencium keningku, menunduk, berjalan pergi dari
hadapanku. Ingin sekali menahannya kembali…tapi aku hanya diam, menjatuhkan
tubuhku ke tanah, ditopang lutut aku menangis…
“ Kenapa? Dimas? Dave? Gua
nggak seperti yang kalian kira…Salah paham” aku berbicara sendiri
“ Ya, salah paham yang lo
buat sendiri…I’ve told you…remember?” tanya Nelsya
Aku bangun, menatap Nelsya,
rasanya ingin memukulnya sampai mati..
“ Ngapain lo masih disini?”
tanyaku ketus
“ Marun… kamu
kalah…Sekarang, Dimas bukan punya lo, apalagi David”
“ TERSERAH!! Lo mau ambil
Dimas, David, TERSERAH!! Satu yang pasti, gua nggak menduakan David. Jangan
salahkan gua kalau Dimas suka sama gua, bukannya lo!” balasku terengah-engah
menahan emosi
“ Thank you…O iya asal lo
tahu, semuanya udah gua atur. Gua yang suruh Dimas untuk ajak lo kesini, gua
suruh Dimas untuk meluk, cium, semua…gua yang meyakinkan dia untuk nembak lo
malam ini, gua yang support dia untuk memberanikan nembak lo!! Tadinya gua
khawatir rencana gua gagal, karena Dimas ternyata marah sama lo, dan keliatan
benci sama lo. Tapi ternyata enggak, Dimas bener-bener suka sama lo, itu
senjata ampuh gua! Dimas dengan polosnya menerima usul gua, rencana gua
berjalan mulus, perfect!!” ujar Nelsya tenang dengan nada senang, aku tak
percaya mendengar ucapannya
“ Gua yang suruh David untuk
ajak lo liburan ke Bali…biar lo makin bingung milih antara David atau Dimas?
Ternyata lo terbuai sama kedua-duanya…rencana gua berhasil seratus persen!! Ini
hasilnya, lo kehilangan dua-duanya!!” seru Nelsya puas
“ Brengsek!” lantas aku
menampar keras pipi Nelsya, ia sampai jatuh tersungkur
“ Hahaha lo cuman bisa
nampar gua? Sportif gals…lo dulu juga cheers, kudu sportif! Akui kalau lo kalah
langsung DUA!!” ujar Nelsya sambil kembali bangkit
“ SIAL!!” aku berjalan
mundur beberapa langkah menjauhi Nelsya, kepalaku pusing mendengar ucapan yang
keluar dari mulut Nelsya
“ Gua sutradara semua
ini…gua MENANG, gua ambil orang yang lo sayangi…sakit? Ya seperti itu perasaan
gua waktu lo ambil David dari gua!! Lo ambil Dimas dari gua!!…Kita impas” ujar
Nelsya tenang, ia berjalan pergi meninggalkan aku yang duduk sendiri…
Aku bingung…apa yang baru
saja terjadi? Kenapa? Aku mendongak ke arah langit…satu bintang bergerak
jatuh…berharap bintang akan mengabulkan permintaanku saat ini…
“ Dimas…Dave…maaf…bintang,
tolong katakan pada mereka, maaf”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar